Dua tahun yang lalu...
Untuk yang pertama kalinya setelah kejadian beberapa minggu yang lalu, Aileen kembali mendatangi tempat tinggal orang tanpa kasta.
Seperti yang telah Eros janjikan, orang pertama yang Aileen temui begitu dia turun dari mobil adalah pria itu sendiri.
Eros menatap Aileen sambil tersenyum, tatapan mata pria itu menjelaskan jika dia sangat bahagia saat ini.
Aileen juga demikian, entah kenapa dia merasa sangat bersemangat untuk menemui Eros dan juga Ethan dari ini.
Aileen telah tersiksa selama berminggu-minggu karena ayah dan ibunya melarang semua aktivitasnya. Aileen dikurung di dalam rumah, tidak ada satupun hal yang bisa dia lakukan. Tapi sekarang, Aileen akhirnya memiliki kesempatan untuk kembali pada kehidupannya yang sebelumnya.
“Akhirnya kamu datang..” Kata Eros sambil mengulurkan tangannya.
Aileen tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
Ada perasakan bahagia yang membuncah di dadanya. Entahlah, ini perasaan asing yang begitu menyenangkan.
“Aku pasti datang. Aku senang karena kembali bertemu dengan kalian..” Kata Aileen sambil menerima uluran tangan Eros. Pria itu menuntun Aileen untuk turun dari tangga curam yang akan membawa mereka ke pemukiman orang tanpa kasta.
Aileen sebenarnya telah menghubungi Gavi dan juga tim-nya, tapi tampaknya mereka datang terlambat. Tidak masalah, sepertinya akan menyenangkan jika Aileen menghabiskan waktunya untuk mengobrol dengan Eros dan Ethan. Selama berminggu-minggu ini Aileen terus memikirkan mereka berdua.
“Aileen, bagaimana keadaanmu? Apakah saat itu kamu terluka parah?” Tanya Ethan.
Aileen menggelengkan kepalanya.
“Sebenarnya aku baik-baik saja, tapi orang tuaku tidak mengizinkan aku keluar rumah sejak insiden hari itu. Maaf karena aku baru bisa mengunjungi kalian sekarang..” Kata Aileen.
Aileen melayangkan matanya ke depan. Sekalipun belum sampai di anak tangga terakhir, Aileen sudah bisa melihat bagaimana keadaan pemukiman ini.
Tempat ini tidak layak ditinggali oleh manusia.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Seandainya saja dia bisa melakukan perubahan, Aileen pasti tidak akan membiarkan satupun orang tinggal di tempat seperti ini.
Aileen terus memperhatikan pemukiman yang ada di depannya hingga tanpa sadar kakinya tersandung batu besar. Aileen kehilangan keseimbangan, tapi kali ini dia tidak terjatuh. Tangan Eros terulur untuk menariknya, pria itu menyelamatkannya.
Aileen terdiam untuk sesaat, kali ini wajahnya begitu dekat dengan mata Eros sehingga Aileen bisa melihat dengan jelas jika jauh di dalam tatapan itu, ada sesuatu yang tersembunyi dengan begitu rapi.
Aileen tenggelam di dalam tatapan Eros, begitu juga dengan sebaliknya.
Namun, mau tidak mau Aileen harus memutus tatapan mereka.
Aileen mengerjapkan matanya untuk sesaat. Dia masih tidak percaya akan apa yang baru saja terjadi.
“Terima kasih karena sudah menyelamatkan aku..” Kata Aileen sambil menundukkan kepalanya.
Eros tetap diam sehingga Aileen memutuskan untuk kembali melanjutkan langkahnya.
***
Menghabiskan waktu di tempat ini memang terasa sangat menyenangkan. Aileen bisa melihat senyuman tulus dari orang-orang yang menerima bantuannya. Beberapa anak kecil yang akhirnya bisa mendapatkan mainan baru berlalu lalang sambil tertawa bahagia. Benar, ini memang hanya hal kecil, tapi senyum yang mereka berikan begitu tulus.
Setiap kali Aileen menatap senyum mereka, Aileen merasa jika dia melakukan hal yang benar.
Di dunia ini, Aileen tidak kekurangan satu apapun. Bukan hal yang aneh jika Aileen tersenyum bahagia. Tapi bagaimana dengan mereka? Bagaimana dengan orang-orang yang hidup kekurangan? Bagaimana dengan orang-orang yang selama ini hidup dalam kesengsaraan? Sangat wajar jika mereka mengeluh tentang keadaan, tapi lihatlah apa yang mereka lakukan sekarang. Mereka tersenyum dan bersyukur hanya karna mereka mendapatkan bantuan kecil.
Kadang, manusia lupa caranya bersyukur. Tapi, begitu Aileen menatap senyuman orang-orang ini, Aileen kembali ingat jika di dunia ini, satu-satunya hal yang perlu dilakukan adalah tersenyum dan bersyukur.
“Bagaimana harimu, Eros? Apakah semuanya baik-baik saja?” Tanya Aileen kepada Eros yang saat ini sedang duduk di sebelahnya.
Aileen melayangkan matanya, menatap matahari yang sebentar lagi akan tenggelam.
“Tidak ada yang baik-baik saja di sini, Aileen.. tapi bagaimanapun juga, aku harus tetap mengatakan jika aku baik-baik saja, bukan?”
Aileen terdiam. Benar, tidak ada yang baik-baik saja di tempat ini. Bagaimana mungkin manusia bisa hidup tanpa uang? Tanpa fasilitas kesehatan dan tanpa tempat tinggal yang layak. Kehidupan ini memang sangat tidak adil.
Kata orang, roda akan berputar. Keadaan tidak akan sama selamanya. Tapi, bagaimana dengan orang tanpa kasta? Sampai kapan mereka akan seperti ini?
Orang yang memiliki kasta bisa saja kehilangan kasta jika mereka melanggar peraturan atau mereka membuat kesalahan fatal. Tapi, sebaik apapun kehidupan orang tanpa kasta, mereka tidak akan pernah bisa memiliki kasta. Bukankah semua ini sangat tidak adil?
“Jangan menyerah, Eros.. aku yakin jika kamu akan menjadi orang hebat suatu saat nanti..” Kata Aileen sambil mengusap bahu Eros dengan pelan.
Aileen menatap Eros yang sedang tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
“Menjadi orang hebat? Bagaimana caranya?” Tanya Eros.
Aileen kehilangan kata-kata. Tidak ada yang bisa dia lakukan selain diam sambil tetap menatap Eros yang tampak putus asa.
Apa yang bisa dia lakukan? Mungkin Aileen bisa memberikan bantuan berupa uang, baju, dan makanan. Tapi bukan hanya itu saja yang dibutuhkan oleh orang tanpa kasta. Mereka membutuhkan kehidupan yang layak, mereka membutuhkan pekerjaan dan fasilitas umum. Orang tanpa kasta tidak bisa menikmati fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan. Mereka bagaikan manusia yang diasingkan di dunia ini.
“Bagaimana rasanya?” Tanya Eros.
Aileen mengernyitkan dahinya.
“Apa?” Tanya Aileen.
“Bersalaman dengan orang-orang hebat, bertemu dengan para petinggi negara, memiliki rumah mewah dan hidup dalam kelimpahan. Bagaimana rasanya, Aileen?”
Aileen merapatkan bibirnya. Kenapa mereka harus membicarakan hal ini? Apa yang bisa Aileen katakan kepada Eros?
“Aku tidak sedang menginginkan kehidupanmu. Aku hanya ingin tahu saja.. katakan kepadaku, apakah kehidupanmu menyenangkan?” Tanya Eros.
Untuk sejenak Aileen terdiam. Otaknya sedang merangkai kata yang tepat untuk dia ucapkan kepada Eros. Aileen tidak ingin menyinggung perasaan Eros.
“Kadang, manusia lupa caranya bersyukur. Aku juga demikian. Aku memiliki orang tua yang sering membatasi kehidupanku. Mereka ingin aku masuk ke dalam pemerintahan, bukannya hidup bebas dan berusaha membangun yayasan amal seperti yang sedang aku lakukan sekarang..” Kata Aileen. Dia berhenti sejenak lalu kembali melanjutkan, “Aku pikir aku memiliki kehidupan yang membosankan, Kakakku sangat menyebalkan, kami bahkan sangat jarang berbicara. Tapi, aku memiliki adik yang cukup baik, dia adalah Adeline..”
Eros memperhatikan cerita Aileen dengan seksama. Pada akhirnya, Aileen memilih untuk kembali melanjutkan ceritanya.
“Dulu ibuku juga seorang relawan, tapi setelah menikah dengan ayahku, dia tidak diizinkan untuk melakukan kegiatan sosial. Aku juga memiliki sahabat bernama Keizaro, kurasa kamu sudah bertemu dengannya saat di rumah sakit” Kata Aileen.
Eros menganggukkan kepalanya.
“Dia orang yang cukup dekat denganku. Aku mengenalnya hampir sepanjang hidupku. Dia teman terbaikku..” Kata Aileen.
“Dia kekasihmu?” Tanya Eros.
Aileen tertawa pelan lalu menggelengkan kepalanya.
Banyak yang mengira jika Aileen dan Keizaro menjalin hubungan asmara karena mereka terlihat sangat dekat. Padahal tidak demikian. Keizaro sering menjalin hubungan dengan wanita lain, mereka tidak saling mencintai. Mereka berdua hanya saling menyayangi sebagai sahabat.
“Dia bukan kekasihku. Keizaro bahkan memiliki kekasih saat ini..” Kata Aileen dengan santai.
“Tapi kalian—”
“Terlihat sangat dekat? Iya, memang seperti itulah kami. Hanya dia yang mengerti semua mimpiku, dia selalu memberikan dukungan kepadaku ketika orang tuaku berusaha mematahkan sayapku. Eros, secara ekonomi, keluargaku memang berkecukupan.. tapi menjadi kaya tidak menjamin kebahagiaan..” Kata Aileen.
Setelah itu keheningan kembali menguasai mereka.
Aileen menutup mulutnya, begitu juga dengan Eros.
Seakan sama-sama mencoba tenggelam di dalam pikiran masing-masing, baik Eros maupun Aileen memilih untuk diam sambil menatap matahari yang perlahan mulai menghilang.
Malam datang, tempat ini akan gelap gulita. Sama seperti yang seharusnya, pemukiman orang tanpa kasta akan gelap tanpa cahaya.
Semua orang yang tinggal di tempat ini hanya akan menyimpan harapan di atas cahaya gemerlap yang terpantul dari kota. Di sana, di tempat jauh yang penuh dengan kenyamanan, apakah mereka pernah merasa ketakutan akan hari esok? Apakah mereka pernah khawatir tentang makanan yang akan mereka makan?
Tidak, bukan hanya orang tanpa kasta saja yang mengkhawatirkan hari esok. Setiap manusia yang masih hidup, mereka akan selalu tidur dengan rasa khawatir. Baik manusia dengan kasta Aporipse, Syntorium, Platon, maupun manusia tanpa kasta... setiap malam mereka memikirkan kekhawatiran yang sama.
***
“Aku akan kembali ke sini ketika aku memiliki waktu. Minggu depan, aku harus mengunjungi tempat yang lain..” Kata Aileen ketika dia berpamitan dengan Ethan.
Pemuda itu tampak bersedih ketika Aileen mengatakan jika dia akan pulang. Seharian ini Aileen menghabiskan waktunya bersama dengan Ethan dan orang-orang tanpa kasta yang tinggal di daerah ini.
“Apakah kamu berjanji akan kembali ke sini?” Tanya Ethan.
Aileen menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Dia akan meluangkan waktu untuk kembali datang ke tempat ini. Entah kenapa, dibandingkan dengan orang lain, Aileen merasa jauh lebih dekat dengan Ethan dan Eros.
“Tentu saja.. aku senang ada di sini..” Kata Aileen dengan pelan.
Aileen menatap Eros yang berdiri di sampingnya. Sejak mereka berbicara tadi sore, Eros terus diam tanpa mau mengatakan apapun.
“Eros? Apakah kamu tidak mau mengucapkan selamat tinggal kepadaku? Kamu hanya diam saja sejak tadi..” Kata Aileen.
Eros mengangkat kepalanya sehingga sekarang dia menatap lurus ke arah mata Aileen.
Lagi, sesuatu yang menyenangkan kembali terasa di dalam hati Aileen setiap kali matanya menatap mata Eros.
Mata Eros yang berwarna coklat terang terlihat begitu mengagumkan. Mata itu seperti menyimpan sebuah mimpi dan harapan yang begitu besar.
Aileen menghembuskan napasnya dengan pelan. Ada apa dengan dirinya?
“Aku tidak akan pernah mengucapkan selamat tinggal, Aileen. Aku terus berharap jika kita bisa kembali bertemu..” Kata Eros.
Aileen kehilangan kata-katanya. Hatinya menghangat begitu dia mendengar suara Eros.
Sejak tadi Aileen gelisah untuk alasan yang tidak jelas, tapi begitu mendengar kalimat Eros, semua kegelisahan itu menghilang begitu saja.
Kenapa.. kenapa Aileen merasa jika dia ingin tetap di sini? Dia suka menghabiskan waktunya untuk berbicara dengan Eros. Rasanya begitu menyenangkan.
Eros adalah orang asing yang baru saja menjadi temannya. Tapi kenapa Aileen merasa jika mereka sangat dekat?
“Tentu, aku akan kembali ke sini dan menemuimu. Jangan lupakan janjimu.. kamu akan selalu menjadi orang pertama yang menemuiku di tempat ini..” Kata Aileen sambil tersenyum.
Eros menganggukkan kepalanya.
“Aku akan selalu menunggumu..” Kata Eros.
Aileen terdiam, dia tidak bisa mengatakan apapun.
“Ini sudah malam, lebih kamu kamu segera pulang, Aileen..” Kata Ethan.
Aileen menganggukkan kepalanya. Benar, ini memang sudah malam. Aileen harus segera pulang karena sesuai janji yang dia berikan kepada orang tuanya, Aileen harus kembali sebelum makan malam.
“Jaga diri kalian baik-baik. Jika kalian memiliki waktu untuk pergi ke kota, jangan lupa untuk menemuiku. Eros tahu alamat rumahku.. tapi ingat, kalian harus hati-hati..” Kata Aileen sambil menatap Eros dan Ethan.
“Tentu saja, aku akan sangat senang jika kita bisa bertemu di kota. Kehidupan di kota terlihat sangat menyenangkan. Bukankah begitu, Aileen?” Tanya Ethan dengan semangat.
Aileen tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
“Di kota memang menyenangkan, tapi di tempat ini juga tidak kalah menyenangkan..” Kata Aileen.
“Benarkah?” Tanya Ethan.
“Apakah kamu tidak percaya kepadaku?” Tanya Aileen.
Ethan menggelengkan kepalanya sambil tertawa.
“Tidak, Aileen.. aku sangat mempercayaimu..”
Aileen tersenyum lalu menghembuskan napasnya dengan pelan.
Aileen sudah sering menghadapi hal seperti ini. Saat dimana dia harus pulang setelah seharian menghabiskan waktu bersama dengan orang tanpa kasta, tapi kenapa saat ini terasa begitu berbeda? Saat ini Aileen merasa sangat sedih. Dia seperti kehilangan sesuatu di dalam hatinya.
“Baiklah kalau begitu, aku harus pulang..” Kata Aileen.
“Hati-hati di jalan..” Kata Ethan.
Aileen menganggukkan kepalanya lalu mulai berjalan menuju ke arah mobil terbang miliknya.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Dia mencoba meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak menangis saat ini. Astaga, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya? Dia bisa kembali lagi ke tempat ini, kenapa harus bersedih?
“Aileen!”
Aileen menolehkan kepalanya, menatap Eros yang tampak ingin mengatakan sesuatu.
“Ya?” Tanya Aileen.
Eros melangkahkan kakinya untuk mendekati Aileen sehingga membuat Aileen mengernyitkan dahinya sambil menyipitkan matanya.
“Ada apa, Eros?” Tanya Aileen begitu Eros telah sampai di hadapannya.
“Boleh aku memelukmu?”
Saat itu juga Aileen tahu jika ada sesuatu yang tidak beres dengan hatinya.
Apa.. apa yang terjadi padanya?
Karena tepat ketika dia merasakan pelukan Eros, mendengarkan detak jantung pemuda itu, merasakan aliran darahnya.. Aileen merasa jika hatinya kembali utuh. Sesuatu yang hilang, telah kembali ditemukan.