Langit malam yang dipenuhi oleh bintang menjadi saksi bagaimana Aileen terus bungkam di sepanjang perjalanan pulang.
Tidak, tidak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya. Aileen hanya diam tanpa bisa mengatakan apapun.
Apa.. apa yang terjadi padanya?
Begitu merasakan pelukan Eros, Aileen merasakan sesuatu yang luarbiasa. Pemuda itu membawa Aileen masuk ke dalam suatu tempat di dalam hatinya, tempat asing yang terasa begitu nyaman untuk ditinggali.
Kenapa.. kenapa Aileen bisa merasa seperti ini?
Bahkan, setelah bermenit-menit terus diam sambil menerung, Aileen tetap tidak menemukan satupun jawaban.
Tidak ada jawaban apapun.
Pelukan yang Eros berikan masih terasa sangat jelas. Aileen masih mengingat bagaimana suara detak jantung pemuda itu, bagaimana deru napasnya, dan juga tatapan matanya.
Eros.. kenapa dia terus mengganggu pikiran Aileen?
Sungguh, Aileen tidak pernah merasakan semua ini sebelumnya.
Ada banyak orang yang berusaha mendekati dirinya, tapi tidak ada yang membuat Aileen merasa tertarik untuk mendekat. Saat ini, untuk yang pertama kalinya, Aileen merasa tidak sabar untuk menunggu hari esok dimana dia bisa kembali bertemu dengan Eros.
“Nona, kita sudah sampai..”
Aileen mengerjapkan matanya, dia menatap ke arah luar dan ternyata dia sedang berada depan pintu rumahnya.
Aileen tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.
“Ah, maafkan aku.. aku sedang banyak pikiran saat ini..” Kata Aileen.
“Tentu, Nona..”
Aileen menarik napasnya dengan pelan lalu melangkahkan kakinya untuk turun dari mobil.
Suara langkah kakinya memecahkan keheningan rumah ini.
Iya, rumah ini memang selalu diisi dengan kesunyian. Sangat berbeda dengan pemukiman tempat tinggal orang tanpa kasta. Di sana, sekalipun mereka hidup serba kekurangan, mereka bisa sangat berbicara satu sama lain, bisa tertawa dan bermain bersama. Tidak pernah ada kesepian di tempat itu.. tapi, begitu Aileen pulang ke rumahnya sendiri, dia harus kembali menghadapi kesunyian dan kesendirian.
Ah, Aileen bukannya tidak bersyukur dengan keadaannya, tapi sebagai manusia.. kadang Aileen juga merasa kesepian.
“Aileen!”
Aileen mengernyitkan dahinya ketika dia melihat Adeline berlari ke arahnya. Dari ekspresi adiknya itu, Aileen tahu jika ada masalah yang terjadi.
“Ada apa? Apakah ada masalah?” Tanya Aileen.
Adeline menatapnya dengan cemas.
Astaga, sepertinya memang ada masalah besar.
“Mama dan Papa sedang menunggumu di ruangan kerja mereka. Apa yang kamu lakukan hari ini? Mereka terlihat sangat marah.. Aruna juga ada di sana..” Kata Adeline.
Aileen mengernyitkan dahinya. Apa yang terjadi? Memangnya apa yang salah?
Aileen sudah meminta izin kepada orang tuanya, dia diminta untuk pulang sebelum makan malam dan Aileen tidak melanggar apapun. Jadi, apa yang salah?
Aileen mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri.
“Apa yang terjadi?” Tanya Aileen.
“Aku tidak tahu, aku justru ingin bertanya kepadamu..” Kata Adeline.
Aileen mengusap wajahnya dengan pelan. Baiklah, dia akan datang ke ruangan orang tuanya. Aileen harus tetap tenang, dia tidak boleh gelisah seperti ini.
“Aku akan ke sana dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi..” Kata Aileen sambil melangkahkan kakinya.
“Tidak, jangan ke sana!” Adeline menghentikan langkah Aileen, adiknya itu menggenggam tangannya dengan kuat.
“Kenapa? Aku harus ke sana, Adeline..” Kata Aileen.
“Di sana ada Aruna. Sebaiknya kamu menghubungi Kak Keizaro. Aruna akan diam jika dia melihat Kak Keizaro, begitu juga dengan Mama dan Papa..” Kata Adeline.
Aileen tersenyum lalu menggelengkan kepalanya.
Apa yang dikatakan oleh Adeline memang benar. Orang tuanya sangat dekat dengan Keizaro, mereka tidak akan marah jika melihat Aileen sedang bersama dengan Keizaro. Aruna juga demikian, perempuan itu selalu berusaha untuk mendapatkan nilai baik di mata Keizaro sehingga dia tidak akan mencari masalah dengan Aileen di depan pria itu. Tapi, ini masalah keluarganya.. Aileen tidak ingin melibatkan sahabatnya dalam masalah ini.
“Aku akan menghadapinya sendiri. Aku yakin ini bukan masalah besar..” Kata Aileen dengan santai.
***
“Jadi kamu akhirnya pulang, Aileen?”
Aileen menganggukkan kepalanya. Dia masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi jika melihat bagaimana tatapan mata ayahnya, Aileen yakin kalau dia sedang berada di dalam masalah yang besar.
“Aku dengar dari Adeline, kalian sedang menungguku. Ada apa?” Tanya Aileen.
Aruna tampak tersenyum dengan sinis.
Ah, Kakaknya itu memang sangat menyebalkan. Dia pasti merasa senang karena Aileen sedang dalam masalah.
“Kemana saja kamu seharian ini?” Tanya ayahnya.
“Seperti yang biasanya aku lakukan, tentu saja aku datang ke yayasan lalu mengunjungi pemukiman orang tanpa kasta. Aku kembali sebelum makan malam..” Kata Aileen.
Aileen menatap ibunya yang sejak tadi hanya diam sambil menundukkan kepalanya.
Astaga, ada apa sebenarnya? Apakah ayahnya marah karena Aileen mengunjungi pemukiman orang tanpa kasta?
Kenapa mereka harus marah? Bukankah biasanya Aileen memang melakukan semua ini?
“Siapa yang kamu kunjungi?” Tanya ayahnya.
Aileen mengernyitkan dahinya.
“Orang tanpa kasta?” Aileen justru menjawab dengan nada bertanya.
“Papa, bukankan aku sudah sering mengatakan jika seharusnya kita tidak terlalu mempercayai Aileen? Papa terlalu memanjakan dia, dia bisa melakukan apapun yang dia inginkan. Sekarang, Papa lihat sendiri bagaimana kelakuannya.. dia semakin tidak terkendali” Kata Aruna.
Aileen menolehkan kepalanya, kali ini dia memilih untuk membalas tatapan sinis kakaknya.
Sebenarnya, kenapa Aruna sangat senang membuat orang lain semakin terpojok? Jika ada masalah, maka Aruna akan dengan senang hati membuat masalah itu jadi semakin besar. Apakah Aruna dibayar untuk ini?
“Diamlah, Aruna. Papa tidak memintamu berbicara..” Kata ayahnya.
Aileen tersenyum kecil.
“Kenapa Papa selalu tidak adil? Aku anak tertua di sini, aku memiliki hak untuk bicara!” Kata Aruna.
Kakaknya itu terlihat sangat kesal. Astaga, dimana sopan santunnya? Bukankah dia anak tertua? Apakah dia tidak tahu bagaimana cara yang tepat untuk berbicara kepada orang tuanya sendiri? Aruna memang sangat menyedihkan!
“Tutup mulutmu atau kamu pergi dari ruangan ini. Jangan bicara sembarangan, di rumah ini Papa adalah kepala rumah tangga. Jangan mendahului ucapan Papa” Kata Aruna.
Aileen menarik napasnya dengan pelan.
Tubuhnya terasa lelah karena seharian ini dia menghabiskan waktu di pemukiman orang tanpa kasta. Perutnya juga mulai terasa lapar. Seharusnya dia langsung makan lalu tidur begitu dia sampai di rumah, tapi tampaknya Aileen harus menunggu sedikit lagi.
“Ada apa sebenarnya? Kenapa kalian ingin menemui aku?” Tanya Aileen dengan tenang.
“Apa saja yang kamu lakukan di sana, Aileen? Papa memberikan kamu izin untuk tetap mengurus yayasanmu itu, tapi bukan berarti kamu bisa bersikap sesukamu. Ada yang mengatakan jika kamu bersentuhan langsung dengan orang tanpa kasta. Kamu memeluk orang itu.. katakan kepada Papa, apakah itu benar?”
Aileen kehilangan kata-katanya.
Eros. Ayahnya sedang membicarakan tentang Eros.
Astaga, bagaimana mungkin ayahnya tahu tentang hal itu?
Aileen mencoba untuk tetap tenang.
“Papa memang mendapatkan laporan dari orang yang terpercaya, tapi Papa jauh lebih mempercayaimu dibandingkan orang lain. Jadi, katakan kepada Papa.. apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Ayahnya.
Aileen memejamkan matanya untuk sesaat.
Sampai saat ini, Aileen sendiri masih belum tahu kenapa Eros memeluknya. Aileen terus berpikir dan mencoba untuk menebak alasan dibalik perlakuan pemuda itu, tapi Aileen tidak menemukan apapun.
Sekarang, apa yang harus dia katakan kepada keluarganya?
“Papa, aku tidak tahu kenapa dia memelukku. Dia mungkin hanya terlalu bahagia karena seharian ini aku dan tim-ku memberikan banyak bantuan kepadanya..” Kata Aileen dengan pelan.
“Lalu kamu membiarkan mereka memelukmu? Apakah jika mereka membawa pisau dan berusaha membunuhmu, kamu juga akan diam dan menerimanya?” Tanya ayahnya.
Aileen mengerjapkan matanya. Kenapa ayahnya berpikir sejauh itu?
“Papa, tidak seperti itu..”
“Lalu seperti apa, Aileen?”
Aileen mengalihkan tatapannya, dia mencoba mencari bantuan dari ibunya. Astaga, apa yang harus dia katakan kepada ayahnya?
Haruskah Aileen mengatakan hal yang sebenarnya? Hanya dalam hitungan detik, ayahnya akan menemukan Eros dan Ethan lalu memberikan hukuman untuk mereka.
Tidak, Aileen tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Tapi, bagaimana caranya menghadapi ayahnya saat ini?
“Papa, aku bisa menjaga diriku sendiri—”
“Terakhir kali keluar rumah, kamu terluka dan berakhir di rumah sakit. Apakah kamu tidak ingat akan hal itu?”
Aileen menutup mulutnya.
“Jangan kamu pikir Papa tidak tahu apa yang kamu lakukan saat itu, Aileen. Kamu meninggalkan pesta bersama dengan Adeline, kamu pergi menggunakan mobil Keizaro. Bahkan Papa tahu jika kamu jatuh dari tangga pemukiman orang tanpa kasta. Sekarang, apa yang ingin kamu katakan?”
Aileen memundurkan langkahnya. Ayahnya tahu semua itu?
Untuk sesaat Aileen memilih diam sambil memejamkan matanya. Semua ini benar-benar tidak terduga.
“Apa? Jadi dia berbohong kepada kita? Kenapa Papa tidak menghukumnya?” Aruna kembali bertanya.
Aileen menundukkan kepalanya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Berbohong? Membohongi ayahnya bukanlah cara yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Tidak ada masalah yang selesai karena kebohongan.
“Diamlah, Aruna.. jangan bicara apapun..” Kata ayahnya.
“Kenapa Papa sangat menyebalkan? Ini tidak adil! Aileen terus saja membuat masalah tapi Papa selalu dian!”
“Keluarlah dari ruangan ini, Aruna..” Kata Ibunya.
Aileen mengangkat pandangannya. Kini dia menatap ibunya yang tampak sangat kecewa.
Astaga, apa yang Aileen lakukan? Kenapa dia bisa membuat orang tuanya bersedih seperti ini?
Aileen tahu kalau dia melakukan hal yang baik, tapi kadang hal baik tidak membuat semua orang bahagia. Aileen hanya ingin membantu Eros dan Ethan yang saat itu sedang dalam bahaya.
“Mama.. Kenapa Mama memintaku keluar?” Tanya Aruna.
“Keluarlah. Keluarlah dari sini atau Mama akan mengatakan hal buruk kepadamu..” Kata ibunya.
“Apa? Kenapa Mama seperti—”
“Aruna, sedang ada masalah di sini. Jangan membuat masalah ini jadi semakin besar. Kamu bisa melakukan dramamu di luar sana, jangan di sini..” Kata Ibunya.
Aileen menatap Aruna yang langsung berjalan keluar ruangan dengan kesal. Sekarang di ruangan ini hanya tersisa mereka bertiga saja.
“Jadi, apa yang ingin kamu jelaskan kepada kami, Aileen?” Tanya ibunya.
Aileen menggelengkan kepalanya dengan pelan. Tidak ada yang bisa dijelaskan. Orang tuanya sudah mengetahui segalanya..
“Apa yang kamu harapkan dari anak ini, Adena? Tidak ada penjelasan apapun. Mulai sekarang, kamu tidak boleh datang ke yayasan amalmu itu. Mulailah belajar di pemerintahan seperti Aruna” Kata Ayahnya.
“Tidak, Papa.. jangan seperti ini..” Kata Aileen dengan pelan.
Aileen tidak ingin terlibat dalam dunia pemerintahan. Jika tidak bisa membantu orang tanpa kasta, setidaknya Aileen tidak ingin membuat mereka menjadi semakin sengsara.
“Adrew, aku akan mencoba—”
“Mengurus semua ini? Kita sudah melihat bagaimana hasilnya, Adena. Kamu sudah mengatakan itu beberapa minggu yang lalu, tapi lihatlah apa yang terjadi saat ini. Aileen, mulai saat ini kamu akan berada di bawah pengawasan Papa”
***
Aileen kembali melayangkan tatapannya ke arah langit yang gelap. Cahaya bintang memang tampak cukup berkilau, tapi tidak ada yang mampu menerangi langit malam.
Malam ini Aileen tidak bisa tidur. Matanya sama sekali tidak mau terpejam barang sedetikpun. Pikirannya sedang sangat kacau sekarang.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Tanya Adeline.
Sejak tadi Adeline terus menanyakan hal yang sama, tapi Aileen tidak menjawab sama sekali.
Aileen menarik napasnya dengan pelan. Sepertinya dia memang harus bercerita dengan Adeline.
“Kita ketahuan. Ternyata selama ini Papa mengetahui semuanya. Dia bahkan tahu kalau saat itu aku terjatuh dari tangga jembatan pemukiman orang tanpa kasta” Kata Aileen.
Adeline menatap Aileen dengan pandangan terkejut. Ya, tentu saja dia terkejut. Selama berminggu-minggu berlalu, orang tuanya tampak biasa saja, mereka seakan mempercayai semua yang dikatakan oleh Aileen dan Adeline, tapi ternyata tidak demikian.
“Apa kamu sedang bergurau?” Tanya Adeline.
Aileen mengendikkan bahunya. Ini bukan saat yang tepat untuk bergurau.
“Hati-hati, sepertinya Papa juga mencurigai hubunganmu dengan kekasihmu itu..” Kata Aileen dengan pelan.
“Apa? Bagaimana dia bisa tahu? Apakah kamu mengatakan sesuatu kepadanya?” Tanya Adeline.
Aileen menggelengkan kepalanya. Untuk apa Aileen melakukan semua itu?
“Papa melihatmu. Aku sedang memperingatkan dirimu sekarang.. berhati-hatilah. Papa bahkan tahu kalau tadi Eros sempat memelukku”
“APA? Bagaimana bisa?!”
Aileen mengernyitkan dahinya. Kenapa Adeline sangat histeris? Bukankah dia sudah tahu kalau ayah mereka memiliki kekuasaan yang tidak main-main?
“Papa bisa melakukan apapun yang dia inginkan termasuk mengganggu privasiku” Kata Aileen.
“Bukan itu, aku bertanya tentang Eros. Bagaimana bisa dia memelukmu?”
Aileen terdiam. Memangnya kenapa jika Eros memeluknya? Apa yang salah dengan hal itu?
Untuk yang pertama kalinya, Aileen merasa begitu tenang karena pelukan seseorang. Apa yang salah dengan hal itu?
“Apakah dia tidak boleh memelukku?” Tanya Aileen.
“Tidak boleh dan tidak bisa. Apakah kamu sudah gila? Kamu akan mendapatkan masalah besar jika—”
“Aku sudah mendapatkannya, Adeline. Kali ini, untuk yang pertama kalinya aku sama sekali tidak menyesal sekalipun aku mendapatkan masalah. Adeline, bagaimana perasaanmu ketika kamu dipeluk oleh kekasihmu?” Tanya Aileen.
Adeline tampak tercengang ketika dia mendengarkan pertanyaan Aileen.
“Sepertinya kamu memang sudah gila!” Kata Adeline.
Aileen menggelengkan kepalanya.
Kali ini dia benar-benar ingin memastikan sesuatu.
“Katakan padaku, bagaimana perasaanmu?” Tanya Aileen.
“Aku merasa tenang. Tidak ada satupun pelukan yang bisa membuatku merasa tenang. Pelukan itu singkat, tapi aku masih bisa merasakannya hingga saat ini. Ketika dia memelukku, aku merasa seperti pergi ke dunia baru yang begitu menyenangkan. Lalu aku merasa sangat kuat..” Kata Adeline dengan pelan.
Aileen melemaskan bahunya.
Kenapa.. kenapa penjelasan Adeline sama seperti perasaannya sekarang?