Dalam perjalanan menuju salah satu hotel, dimana orang-orang kedutaan Dubai datang ingin mengutarakan keinginan mereka.
"Ini," Maria menyodorkan beberapa berkas dokumen mengenai kedatangan kedutaan Dubai, dan beberapa orangnya yang ditujukan untuk Diamond Secret. "Fax itu dari kantor pusat Dubai Alibata, dimana mereka mengembangkan batu permata dan juga berlian bernilai sangat tinggi." Tutur Maria.
"Yang kudengar, mereka tengah mencari tempat untuk diajak kerjasama dalam pembukaan akhir tahun ini." Maxi menoleh menambah penjelasan dari Maria.
Layla mengangguk. "Bagaimana para pemegang saham?" Tanya nya.
"Sebagian sudah berada di hotel." Kata Maxi.
Layla kembali mengangguk, "Sebelum bertemu kedutaan mereka, lebih baik bertemu dengan para pemegang saham dulu. Kita juga butuh persetujuan mereka, walaupun sebenarnya tidak perlu karena aku sudah tau mereka tidak akan pernah menolak kesempatan besar ini." Layla menutup berkas di tangan nya, lalu memejamkan mata menghela nafas. Terdengar decakan kesal dari bibir mungil nya itu. "Harus nya hari ini aku bersantai, ish… sialan!"
"Apa kau ingin pertemuan nya besok saja, mereka juga perlu istirahat 'kan?"
Layla meluruskan punggung nya membuka mata, menatap Maria tersenyum.
"Bagaimana?" Tanya Maria memainkan alisnya membuat Layla mengangguk semangat, sebagai tanda persetujuan dari nya.
"Paman Max, berhenti di depan sana." Pintanya yang dibalas tatapan bingung dari kedua kepercayaan nya itu.
Layla kembali berdecak kesal, "Berhenti saja, oke." Dan mau tak mau Maxi menghentikan laju mobil di depan taman kota.
"Sebentar, apa yang kau lakukan?" Tanya Maria panik melihat Layla meraih kets converse nya, tak lupa mengacak-acak tatanan rambutnya lalu meraih tas kecil.
Merasa telah siap, Layla membuka pintu. Ia berbalik menatap Maxi dan Maria yang tengah melotot melihatnya. "Temui pemegang saham agar berpikir matang sebelum mengambil keputusan. Kesempatan ini memang tak boleh di sia-sia kan, tapi ada baik nya berpikir logis jangan hanya keuntungan yang harus dipikirkan, Oke." lalu dia pun turun lalu kembali berbalik, "Jangan mencariku, aku akan kembali sendiri. Lakukan seperti biasa nya Maria, Paman. Kalian tau harus apa, 'kan? Bye." Layla kemudian berjalan mundur melambaikan tangan, lalu berbalik dengan langkah lebar. Lebih tepatnya dia berlari dengan bebas.
Maria dan Maxi saling menatap kemudian mengerang kesal.
"Sial, tau gitu aku tak menyarankan itu." Gerutu Maria menghentakkan kaki nya.
"Makanya pikir dulu, sebelum mengatakan sesuatu." Sinis Maxi yang mulai melajukan mobil mereka.
"Mana tau macan betina itu kembali gila."
"Heh, mulutmu itu ya."
Maria terkekeh yang mendapat tatapan malas dari Maxi.
Sementara itu, Leo berada di toko besar bersama Helena ditemani Lana dan lain nya.
Pemuda itu tampak tidak menikmati semua yang Helena lakukan padanya. Mereka sudah mendatangi Salon shop untuk memotong rambut nya dan juga membersihkan kotoran yang berada di kuku-kuku nya. Dan sekarang, ia sudah lelah sejak tadi harus berganti pakaian untuk dia kuliah nya nanti.
Leo mengatakan kalau dia telah lulus dalam segala urusan sekolah, hanya saja tanpa sepengetahuan sang ibu yang berpikir jika ia keluar pagi untuk mencari kerja hingga petan.
Maka dari itu, Helena menemani nya untuk mencari perlengkapan kuliah untuk nya. Bukan ini yang ia inginkan, tapi kenapa Tuhan tak berpihak padanya sih.
Leo kira Helena akan berpihak padanya setelah menceritakan semua, walau sedikit ada bumbu kebohongan sih. Dia juga berpikir dua kali sebelum menceritakan kehidupan nya pada orang asing. Dia pintar, tak bodoh seperti yang ibunya selalu lontarkan tanpa tau anak nya seperti apa diluar sana.
"Bibi, aku ingin ke toilet sebentar." Kata Leo berbohong. Ia tau ada niat baik untuk nya dengan ingin menguliahkan nya, tapi bukan itu tujuan hidup nya sekarang. Ia hanya ingin keluar dari semua ini, dia terlalu lelah untuk terikat oleh seseorang lagi.
"Jangan lama, ingat masih banyak yang harus diurus."
Satu hal yang membuat seorang Leo memikirkan sesuatu, ia tidak ingin terlalu nyaman dengan kebaikan bibi Helena. Wanita yang menjual nya saja tak pernah melakukan semua itu, kenapa harus orang asing. Dia bodoh kali ini tentu saja, tapi balik lagi pada status nya yang di beli. Bisa saja kan, semua kebaikan mereka hanya untuk menipu nya.
Saat ini, Leo menjulurkan kepala nya mengintip kegiatan Helena bersama para pengasuh disana.
Helena yang percaya bahwa Leo tidak akan nekat melakukan apapun sibuk memilih pakaian, tanpa tahu bahwa Leonardo Christopher Lee berhasil keluar dari toko.
Kaki nya yang panjang melangkah ksluar, Leo berlari menjauh dari toko meninggalkan Helena dan lain nya.
'Maafkan aku, bibi.' Batin nya semakin berlalu pergi tanpa berpikir, dia akan tersesat nantinya. Tujuan nya hanya satu, pergi sebentar dan akan kembali setelah mendapat kerja.
Di sisi lain, Maria dan Maxi tengah mendengarkan beberapa pendapat dari para karyawan dari Diamond Secret serta pemegang saham.
Banyaknya pendapat, Maria dan Maxi saling melirik mengingat prediksi Layla beberapa saat lalu, jika para pemegang saham akan langsung menyetujui jika memang kedutaan dari Dubai Alibata membawa kabar baik untuk Diamond Secret.
"Bagaimana, ini kesempatan besar untuk Diamond Secret. Ya kami tahu tanpa inipun, nama Diamond Secret sudah besar begitu juga nama Presdir Lincoln. Tapi ada baiknya, jika bekerja sama dengan Dubai Alibata. Toh, Presdir juga pernah memikirkan tentang membuka sesuatu yang berbeda dari perhotelan atau pun resort."
Banyak karyawan yang menyetujui pernyataan salah satu pemegang saham itu.
"Benar, kami menyetujui nya." Seru mereka mulai mengangkat tangan tanda persetujuan mereka.
"Baiklah, Presdir sudah memprediksi persetujuan kalian semua. Maka dari itu, kita akan melakukan pertemuan besok dengan pihak kedutaan dan orang Dubai Alibata." Kata Maria di balas anggukan dari mereka.
"Presdir ingin Tuan Robert dan Tuan Calvin bertemu dengan kedutaan kita. Bagaimanapun, proyek ini berskala besar karena menyangkut perwakilan masing-masing negara." Ucap Maxi menyambung penjelasan Maria. Seperti itulah mereka berdua, saling melengkapi. Kedua nya akan segera mencari informasi apapun jika sesuatu terjadi, apalagi menyangkut keluarga Lincoln karena itu sudah tugas mereka untuk selalu berada disamping keluarga tersebut. Bisa dikatakan, sudah turun temurun.
Jika Maria masih bersama Helena yang seorang janda, lain hal nya dengan Maxi Alexander paruh baya berumur 67th itu masih setia mendampingi cucu majikan nya sampai saat ini. Kalaupun nanti ia menghembus kan nafas terakhirnya, dia tidak akan menyesal selama memenuhi wasiat sang majikan untuk terus berada di samping sang cucu sebelum gadis itu bersuami.
Berbeda dengan Maria, gadis 5th lebih muda daripada Layla sendiri. Dia sudah menjadi adik kesayangan Layla sebelum gadis itu berubah menjadi macan betina jika mengamuk. Jika bertanya apa ia sudah menikah, dia hanya menjawab untuk apa menikah jika ia saja bisa bekerja dan memuaskan dirinya sendiri. So, ia single tapi tak ngenes. Bahasa nya Maria mah seperti itu.
Selagi pertemuan mereka berjalan dengan lancar, Helena kini berkacak pinggang menatap satu persatu pengasuh nya tajam.
"Temukan dia, lakukan apapun untuk menemukan anak itu. Dia harus kembali sebelum Presdir kembali, MENGERTI!"
"Ba-baik Helena, maafkan kami." Mereka mulai berlarian mencari Leo. Kemanapun pemuda itu, dia harus kembali sebelum Presdir kembali lebih dulu.