"Daffin, cerita saja. Apa yang membuatmu seperti ini?" tanya Kakek Ilyas.
Dua lelaki itu hampir seperempat jam duduk bersama, tetapi hingga detik ini Daffin tak melontarkan jawaban apa pun. Lalu Daffin bangkit berdiri dan beranjak pergi meninggalkan Kakek Ilyas duduk tertegun dengan tanda tanya besar yang bertengger di benak.
Langkah Daffin lebar meninggalkan rumah. Dia hanya membutuhkan waktu untuk sendiri.
Sementara itu. Shakira menangis di pangkuan Wina. Dia tak mengerti dengan cara pikir Daffin yang tak menyukai bila dirinya saat ini hamil. Batinnya terpukul menerima kenyataan bahwa sang suami tak menginginkan kehamilannya.
"Sudahlah, jangan menangis terus. Biar Ibu yang bicara dengan Daffin. Aneh sekali suamimu. Harusnya dia bahagia mendengarmu hamil. Ini malah marah-marah," tandas Wina berusaha menenangkan Shakira seraya tangannya tak henti-hentinya mengusap rambut Shakira yang terurai panjang.
Pukul sepuluh malam. Daffin masuk ke rumah diam-diam. Pandangannya mengedar sekelilingnya. Tampak sunyi. Dia pun melanjutkan langkahnya memasuki ruang di mana kamar singgasananya bersama Shakira.
Gelap. Iya, kata itu yang pantas saat ini Daffin ucapkan saat masuk ke kamar. Dia pun lekas mencari stopkontak dan menekannya. Seketika itu juga lampu menyala terang benderang. Jantung Daffin seolah mencelos dari tempatnya saat melihat Shakira duduk menundukkan wajahnya di atas kasur.
"Kamu ngapain duduk gelap-gelapan? Belum tidur?" tanya Daffin datar.
Shakira mengangkat wajahnya dan dia menyunggingkan senyum tipis, lalu menjawab, "Mas, dari mana saja? Baru pulang. Ngojeg atau pergi ke mana? Kata Ibu motormu ada di halaman."
Wanita itu menodongkan banyak pertanyaan kepada Daffin. Akan tetapi, lelaki tersebut tenang duduk di pinggir kasur dan tersenyum simpul seraya berkata, "Saya pergi ke mana pun tak selingkuh. Tapi, kamu apa? Tak bisa jalan ternyata selingkuh."
Seperti ditikam belati dari belakang. Shakira terkesiap dan terpekik. Spontan dia memukul dadaaa bidang Daffin. Tak terima dengan apa yang Daffin katakan. "Jaga ucapanmu, Mas. Kamu kira aku selingkuh?!"
"Iyaaaahh!" bentak Daffin sambil berdiri. Dia pun terdiam sejenak untuk mengumpulkan kembali kata-kata. Napasnya dibuang kasar. Sejurus kemudian kembali berucap, "Kalau kamu tak selingkuh. Maka itu anak siapa, ah?! Saya kerja keras banting tulang dan kamu enak-enakan sama lelaki lain. Siapa lelaki yang sudah tidur denganmu?!"
"Mas ... jahaaaaaaaat. Kita sering bercinta. Bisa-bisanya Mas tuduh aku selingkuh dengan lelaki lain. Selama ini kita melakukan hubungan di ranjang apa, Mas? Jika kamu tak mau mengakui ini anakmu."
Mata Daffin memicing, lalu dia menyodorkan sebuah amplop putih yang baru diambil di dalam saku celananya. "Baca ini."
Shakira menatap nanar amplop putih tersebut, dahinya berkerut, dan kedua alisnya terangkat satu seakan mencari tahu apa yang ingin Daffin tunjukkan kepadanya.
"Ini apa, Mas?" tanya Shakira.
"Bacaaaa!" bentak Daffin. Biasanya lelaki itu lemah-lembut dan penyayang kepada Shakira. Namun, malam ini benar-benar emosi menguasai jiwa lelaki berhidung bangir itu. Bahkan, Shakira saat ini tak mengenal sosok lelaki yang ada di depannya saat ini yang berdiri bergeming dengan sorot mata yang tajam seperti harimau yang hendak menangkap mangsanya.
Lalu Shakira mengambil amplop putih itu. Lekas dia mengambil secarik kertas yang berisi tulisan. Bibir Shakira mengatup dan matanya membulat sempurna seketika saat membaca. Surat hasil kesehatan Daffin dari dokter.
Surat itu terjatuh dari tangan Shakira. Kertas itu melayang tepat jatuh ke kaki Daffin yang saat ini masih berdiri bergeming di tempat masih dengan ekspresi yang sama.
"Mas," lirih Shakira.
"Bisa kamu jelaskan apa itu?"
"Mas, aku----"
"Kamu selingkuh, Shakira. Saya kerja mengejar impian. Iya, saya hanya laki-laki biasa yang bercita-cita menjadi orang sukses. Apakah itu salah? Di saat saya sedang merangkak mencari rezeki. Justru saya dikhianati oleh wanita yang saya cintai selama ini!" potong Daffin dengan nada tinggi.
Pasca kecelakaan itu dia divonis mandul. Pria itu sengaja menyembunyikan kenyataan ini supaya Shakira tak sedih. Namun, ternyata Daffin merasakan sesak saat mendengar sang istri hamil.
Shakira menundukkan wajahnya. Dia pun memukul perutnya sendiri. "Aku tak mau punya anak dari lelaki bajingaaan itu!" pekiknya.
Sontak Daffin terbelalak. Dia pun menghambur mendekati Shakira yang berteriak histeris seolah membelah langit malam ini.
"Tiidaaaaaaaaaaakk. Aku tak selingkuh, Mas. Jangan salah paham."
"Apa yang terjadi, Shakira?" tanya Daffin mengernyit. Lalu dia kembali berkata, "Tak usah berakting di depan saya. Kamu bilang tak selingkuh. Apa karena sewaktu saya di penjara kamu membutuhkan kehangatan pria?"
Hening.
Shakira diam seribu bahasa tanpa mau menatap wajah Daffin. Lalu dia langsung memunggungi Daffin. Hatinya berkecamuk pilu seketika itu juga di saat tahu jika suaminya tak dapat memiliki keturunan. Tuduhan Daffin membuat Shakira kecewa.
"Shakira, jawab. Siapa lelaki yang tidur denganmu?" Daffin membuka pembicaraan lagi.
Namun, sunyi tak ada jawaban dari Shakira. Hampir tiga puluh menit Daffin menunggu jawaban. Akhirnya, lelaki itu pun beranjak keluar dari kamar, sedangkan Shakira masih menangis tanpa bersuara. Bayangan Arwana melintas di benak. Dia pun memukuli perutnya sendiri dan merutuk Arwana.
Sementara itu Daffin merebahkan tubuhnya di sofa. Pandangannya nanar melihat langit-langit ruang tamu. Hatinya sesak menerima kenyataan bahwa rumah tangganya seperti berada di ujung tanduk. Di kala dirinya sedang semangat mencari uang untuk membuktikan bahwa dia dapat berhasil tanpa bantuan Kennedy. Justru Daffin terpukul juga karena mengetahui bahwa saat ini Shakira hamil.
Lelaki mana yang akan terima jika istrinya hamil bukan dari tetesan benihnya sendiri. Rahim istrinya sudah dihangatkan dari lelaki lain yang sampai saat ini. Daffin belum mengetahui sosok lelaki yang menjadi orang ketiga di rumah tangganya.
"Kenapa kamu melakukan hal ini pada saya?" gumam Daffin.
Rasa kantuk sudah menggeluti kelopak mata Daffin. Lalu dia berusaha melepaskan rasa kecewanya dan penatnya dengan tidur.
Saat Daffin terlelap tidur. Kakek Ilyas terbangun dan keluar dari kamar sambil membawa gelas kosong. Ternyata dia kehausan.
Dia terhenyak saat melihat Daffin yang tidur meringkuk di sofa. Lelaki itu pun mendekati Daffin dengan tatapan nanar dan penuh kasih sayang.
"Daffin, bangun."
Namun, Daffin tak bangun. Lalu Kakek Ilyas pun mengusap pipi lelaki berhidung bangir yang sedang terlelap tidur. Lalu Kakek Ilyas berkata, "Kamu sudah kerja keras selama ini. Kamu pantas bahagia."
Kemudian Kakek Ilyas merogoh ponsel yang ada di dalam sakunya. Lelaki itu pun balik badan. Tukai kakinya mengayun lebar menuju teras rumah. Lelaki menuju senja itu menghubungi seseorang.
Keesokan harinya. Daffin bangun tidur langsung menuju kamar mandi. Biasanya dia sarapan bersama.
Kini tak lagi, Daffin usai mandi dan mengambil baju di kamar, sedangkan Shakira berada di dalam kamar, tetapi atmosfer di ruangan tersebut ada perang dingin antara Shakira dan Daffin yang tak ada mau membuka percakapan sama sekali.
Daffin mengayunkan tukai kakinya keluar dari rumah dan mengais rezeki kembali. Dia menomor duakan masalahnya dengan Shakira. Bukankah hidup harus terus berjalan seperti biasanya. Walaupun berada di titik kecewa seperti yang dirasakan oleh Daffin.
Shakira mengintip dari balik gorden. Air mata luruh membasahi pipi. Matanya terpejam rapat menikmati setiap lirikan mata Daffin yang tajam seakan seperti silet yang menyayat hati.
Lantas dia membuka mata dan tangannya bergerilya mengetik pesan. Wanita itu menghela napas berat.
Shakira
[Mas, aku minta cerai.]
Pesan terkirim ke nomor Daffin. Kemudian Shakira mematikan data teleponnya. Air matanya kembali berlomba-lomba keluar tiada henti. Ini adalah keputusan yang terbaik diambil oleh Shakira setelah pergulatan batinnya berkecamuk.
"Maafkanku, Mas," lirihnya sendu.
Tok, tok, tok!
Suara ketukan pintu membuat Shakira menoleh. Terdengar suara Wina memanggilnya.
"Shakira, apakah kamu baik-baik saja? Ibu boleh masuk?" pinta Wina.
"Bu, aku baik-baik saja. Biarkan aku sendiri," jawab Shakira.
"Kenapa Daffin tak sarapan bersama? Kalian masih marahan?" Selidik Wina sambil memutar kenop pintu dan derit pintu terdengar membuat Shakira lekas mengusap air mata. Lalu dia menoleh ke arah Wina seraya melempar senyum manis.
"Shakira, apa yang terjadi?!" Wina terbelalak melihat mata Shakira yang sembab.