Yongki membuat heboh seluruh isi sekolah tepat setelah menginjakkan kaki melewati gerbang. Bukan hanya para siswi, para siswa yang biasanya enggan menatapnya -- karena iri -- sekarang justru terlihat lebih antusias dari pada para siswi.
Bukan. Mereka tidak homo kok. Mereka hanya kaget.
Tak hanya para siswa. Para Guru - pun demikian. Mereka tidak menyangka bahwa Yongki bisa seberani ini.
Tapi ... kenapa Yongki begini? Kenapa?
Jadi sebenarnya apa yang terjadi pada Yongki sehingga membuat semua orang terheran - heran?
Jawabannya ... ini lah yang terjadi pada Yongki.
Ia mengubah warna rambutnya menjadi pirang terang.
Iya, kalian tidak salah baca.
Warna pirang terang.
Dengan rasa percaya diri yang tinggi, ia berjalan tenang menuju kelas. Seakan tak mempedulikan tatapan heran dan takjub yang dilihatnya sejak masuk gerbang.
Para guru belum ada yang berani menegur. Mereka masih terlalu terguncang dengan kenyataan yang ada. Rasanya seperti baru ditampar dengan begitu keras. Karena selama ini, Yongki terkenal sebagai anak yang disiplin.
Kebalikan dari sang Musuh Bebuyutan — Kian. Tapi saat ini kesalahan Yongki malah sudah berada di tingkat lebih atas, dibandingkan Kian sang Rebel.
Sampai di kelas, dengan tenang Yongki berjalan menuju bangkunya. Para siswa dan siswi hanya memandang dengan mulut terbuka. Tak terkecuali Mina. Ia yang biasanya tak terlalu peduli. Mendadak ikut peduli. Hal ini terlalu mencolok untuk diabaikan begitu saja, bukan?
Kian - pun ikut -bikutan. Ia sangat heran. Sepertinya beberapa hari yang lalu Yongki masih sering mengatai penampilan dan juga tingkah lakunya yang urakan. Lalu kenapa sekarang Yongki malah terlihat lebih badung darinya?
Yongki memang terlihat jauh lebih menawan dengan rambut barunya. Semua mengakui itu. Poni yang menjuntai sampai ke alis, menutup sebagian mata. Membuatnya terlihat seperti seseorang yang keluar dari komik manga.
Para siswi mulai berkasak - kusuk seperti biasa.
"Itu beneran Yongki, kan? Ya Allah, dia cuman nggak masuk lima hari. Tapi dia udah berubah drastis gitu! Kira - kira dia kenapa, ya?"
"Nggak tahu, deh. Tapi gue nggak masalah, kok. Dia kelihatan tambah guanteeeeeng. Matanya itu lho! Tajam setajam silet. Menyilet - nyilet hatiku sampai berdarah - darah. Tapi aku suka."
"Dasar sikopet kamu. Eh, tapi setuju aku, Sis. Matanya kelihatan tajem bener. Dia kayaknya pakek eyeliner, deh. Buset, aku aja nggak bisa. Eh, dia malah gape banget. Kalah telak gue!"
"Gue kok pengen banget meluk dia sekarang, ya!? Yongki kayaknya lagi ada masalah berat. Jadi butuh seseorang buat meluk dia."
"Emang elu berani meluk dia?"
"Hehe, ya enggak, sih!"
Begitu lah segelintir dari seluruh kegilaan di sekolah hari ini. Kegilaan yang tiada habisnya menjadi perbincangan seluruh penghuni sekolah sepanjang hari. Kegilaan yang diciptakan oleh si Murid Teladan — ralat — mantan murid teladan bernama Yongki.
~~~~~ TM: ROLL EGG – Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~
Kepala sekolah bernama Sultan itu meremas songkok yang dipakainya dengan frustasi. Sementara Yongki hanya diam, bersantai di hadapannya. Tiap kali ditanya, Yongki hanya menjawab seperlunya.
Pak Sultan tidak bisa menutupi kekecewaannya. Ia telah kehilangan murid yang paling disukainya. Kehilangan murid yang selalu menjadi kebanggaannya. Kehilangan murid yang selalu ia jadikan contoh, ketika menyidang para murid bermasalah.
Yongki yang sedang berhadapan dengannya saat ini, terlihat seperti orang lain. Pak Sultan benar - benar tidak mengenal Yongki yang ini. Pak Sultan merindukan Yongki yang dulu.
"Nak, mungkin sekarang kamu sedang ada masalah. Tapi bukan begini caranya mengatasi sebuah masalah!" nasihat Pak Sultan lagi - lagi.
Yongki tak menjawab. Ia malah asyik memainkan pulpen di atas meja.
Jujur sebenarnya jantung Yongki berdebar - debar. Ia ketakutan dan merasa bersalah dengan apa yang dihadapinya saat ini. Ia juga sangat gugup. Namun ia berusaha menutupi semuanya dengan senantiasa memasang mimik datar. Berakting seperti itu memang lah bakat lahiriahnya.
"Pokoknya mulai besok rambut kamu harus sudah kembali hitam. Kamu mengerti kan, Nak?"
Pak Sultan menghitung sampai sepuluh dalam hati. Namun tak ada jawaban dari Yongki.
"Mengerti, Nak?" Pak Sultan sampai harus mengulang pertanyaannya.
Yongki justru menatap tajam Pak Sultan sekarang. "Maaf, Pak! Bukan saya bermaksud menggurui. Biar saya jelaskan. Selama lima hari saya tidak masuk, selama itu pula saya sadar, bahwa penampilan luar seseorang sama sekali nggak berhubungan dengan prestasi.
"Lagipula nggak ada yang salah dari rambut saya, kok. Penampilan saya masih relatif sopan. Saya bisa bicara seperti ini, karena tadi saya sudah berkali - kali bercermin. Rambut pirang tidak bisa dijadikan tolok ukur dalam menilai baik tidaknya seseorang. Kalau benar karena rambut pirang ini, saya jadi dicap urakan. Berarti bule - bule di Barat sana semuanya urakan, dong?"
Rentetan kata - kata Yongki sukses membungkam mulut Pak Sultan. Kepala sekolah itu sedang mencari celah salah dari penjelasan Yongki. Namun ia tidak menemukan kesalahan itu. Dilihat dari penampilan secara keseluruhan, Yongki masih terlihat rapi. Ia bahkan terlihat modis dan stylish.
Tidak ada dalam dirinya yang menunjukkan citra tak baik. Hanya saja ... Pak Sultan bingung bagaimana harus mengatakannya. Yang jelas, penampilan Yongki saat ini sudah melanggar peraturan - peraturan yang berlaku di sekolah.
"Ada kah yang ingin disampaikan lagi, Pak?" tanya Yongki.
Pak Sultan masih tetap bungkam.
"Ya udah. Karena nggak ada lagi, kalo gitu saya pamit!" Yongki beranjak tanpa keraguan dan melenggang pergi.
~~~~~ TM: ROLL EGG - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~
Yongki disambut oleh Kenzi di luar ruang kepala sekolah. Mereka berjalan beriringan menyeberangi lapangan hijau menuju ke deretan kelas - kelas.
"Ken, sekali lagi makasih, ya, udah nolongin gue waktu itu."
"Nggak perlu berterima kasih, Senpai. Tapi sekarang gimana keadaan, Senpai? Beneran udah sehat?"
"Ya, seperti yang lo lihat."
"Syukur, deh, kalo gitu. Maaf banget karena cuman bisa nengokin Senpai satu kali. Soalnya aku sibuk banget sama urusan teater."
"Santai aja kali!" Yongki terlihat murung. Karena perkataan Kenzi, ia jadi teringat tentang gagalnya kesempatan terakhir untuk mengikuti seleksi pertama teater musikal. "Oh, iya. Lo nurutin pesen gue waktu itu, kan?"
Kenzi terlihat berpikir, belum terlalu paham dengan pesan mana yang disampaikan Yongki. Untungnya ia tidak lemot - lemot amat. "Oh, itu ... sip, Senpai. Aku nggak bilang siapa - siapa kalo Senpai masuk rumah sakit. Aku cuman bilang sama para penyeleksi, kalau Senpai lagi sakit. Makanya nggak bisa hadir di hari itu."
"Bagus lah, kalo gitu. Lo emang paling bisa diandelin, Zi. Jadi bangga dan terharu gue."
"Tapi, Senpai, ngomong - ngomong kenapa kok aku nggak boleh jujur aja sama semua orang? Kali aja itu bakal bikin hukuman Senpai diringankan."
Yongki menyeringai. Bagaimana, ya? Jika semua orang tahu ia dirawat di rumah sakit, mereka pasti akan bertanya - tanya. Kenapa bisa dirawat? Apa yang terjadi? Ia sakit apa?
Yongki tidak mau fakta tentang penyakitnya diketahui oleh semua orang. Karena ia pribadi masih belum percaya bahwa di dalam tubuhnya bersarang penyakit semacam itu. Tapi Yongki tak terlalu mempermasalahkannya. Untuk apa?
Ia hanya perlu menikmati hidup sekarang. Setidaknya bila ia dipanggil sewaktu - waktu, ia tidak akan memiliki penyesalan apapun.
"Soalnya gue terlanjur bilang ke Pak Sultan, kalo gue bolos lima hari buat nyari Mom. Kan bisa berabe kalo jawaban lo sama jawaban gue nggak sinkron," jawab Yongki akhirnya.
Kenzi mengangguk paham. Sebenarnya ia merasa ada yang tidak beres dari jawaban Yongki. Tapi ia tak mau terlalu menggali. Pasti Yongki akan merasa tak nyaman bila ia ingin lanjut bertanya macam - macam.
"Oh iya, Senpai. Rambutmu bagus banget! Cocok!" ungkap Kenzi penuh kekaguman.
Yongki hanya tersenyum tipis menanggapinya. Ia sudah mendengar pujian semacam itu puluhan kali dalam sehari ini.
Pikiran Yongki masih berkutat pada urusan teater musikal. "Ngomong - ngomong gimana seleksi hari itu, Ken? Semua lancar, kan?"
Kenzi mengiyakan. "Syukur lah semua lancar, Senpai. Dan sudah terpilih dua puluh kandidat yang maju ke babak selanjutnya."
Yongki mengangguk paham. Ia membayangkan seandainya ia jadi mengikuti seleksi. Apakah ia akan menjadi salah satu dari dua puluh kandidat yang sudah terpilih?
Kenzi menyadari perubahan air muka Yongki. Ia sudah tahu apa penyebabnya. Dan Kenzi juga tidak sejahat itu dengan serta merta menjelaskan segala hal tentang seleksi pertama teater musikal secara gamblang pada Yongki tadi. "Seleksi berikutnya dilaksanakan minggu depan, Senpai."
"Oh," jawab Yongki singkat.
"Hanya oh? Senpai nggak senang?"
Yongki bingung sekarang. Tidak bisa menangkap maksud Kenzi. "Kenapa gue harus seneng?"
"Karena dari dua puluh kandidat terpilih, Senpai termasuk salah satu di antaranya."
Setelah mengetahui hal itu, seharusnya Yongki merasa senang. Tapi kebingungan masih menguasai dirinya. Ia bahkan tidak ikut seleksi. Lalu kenapa bisa terpilih?
"Senpai ingat dengan latihan yang kita lakukan diam - diam setahun yang lalu?"
Yongki berusaha mengingat - ingat. Oh, latihan itu.
"Kita merekam semuanya, kan?"
"Iya, lalu ...." Yongki sepertinya mulai bisa menangkap arah pembicaraan Kenzi. "Jangan bilang ...."
"Iya, Senpai." Kenzi tersenyum lebar. "Susah, tauk, meyakinkan para juri buat mau menjadikan rekaman itu sebagai subtitusi kehadiranmu. Untungnya aku adalah salah satu panitia yang berpengaruh. Jadi lah, mereka mau meskipun dengan setengah hati.
"Tapi setelah mereka melihat semua paket lengkap yang ada dalam diri Senpai. Suara Senpai, akting Senpai, fisik Senpai, mereka nggak ragu lagi. Kesetengah hatian mereka sudah hilang entah ke mana. Mereka bahkan melihat latihan kita selama dua jam tanpa mem - pause video itu sama sekali. Keren, kan?"
Yongki masih belum percaya. Meskipun Kenzi sudah menjelaskan seluruh kronologinya, hanya saja hal ini sama sekali tak pernah terlintas dalam pikiran terliarnya sekali pun.
Apa Yongki tidak senang? Tentu saja ia senang. Akhirnya setelah sekian lama, ia memiliki kesempatan untuk bermain teater. Akhirnya ia memiliki kesempatan. Meskipun mungkin ini adalah kesempatan terakhirnya.
"Nggak usah terharu gitu, Senpai! Aku jadi nggak enak!" Kenzi menggaruk tengkuknya sambil cengengesan. "Selama ini Senpai selalu menjadi tutor yang baik untukku. Anggap saja ini sebagai bayaranku. Meskipun semua nggak sepadan sama semua kebaikan dan ilmu yang Senpai berikan."
"G - gue nggak tahu harus ngomong apa, Ken. Yang jelas gue seneng. Dan gue sangat berterima kasih."
"Duh, Senpai, dibilangin nggak usah terima kasih segala!" omel Kenzi. "Tapi, Senpai ... ada sebuah berita spektakuler. Dan aku yakin Senpai pasti belum tahu."
"Berita spektakuler?"
Kenzi mengangguk tegas. "Ini tentang rival abadimu — Kian."
"Kian? Kenapa dengan Kian?"
"Dia juga lolos dua puluh besar."
"Lolos dua puluh besar dalam audisi apa?" bingung Yongki.
"Audisi apa lagi, Senpai? Ya seleksi teater musikal ini lah!
Hening sejenak.
"APA?" pekik Yongki.
"Beneran spektakuler, kan, beritanya? Nggak usah tanya gimana ceritanya dia bisa ikut. Aku sendiri juga kaget pas lihat dia ada di baris antrean," kenang Kenzi. "Yang membuat aku lebih kaget adalah ... ternyata dia pinter banget nyanyi. Dan aktingnya juga lumayan. Itu lah yang bikin dia lolos. Sepertinya dia bakal jadi salah satu saingan terberat Senpai. Jadi, persiapkan dirimu!"
~~~~~ TM: ROLL EGG - Sheilanda Khoirunnisa ~~~~~
Masya Allah Tabarakallah.
Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Theatre Musical: Roll Egg. Mau tahu kenapa dikasih judul Theatre Musical: Roll Egg? Ikutin terus ceritanya, ya.
Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.
Mereka adalah:
1. LUA Lounge [ Komplit ]
2. Behind That Face [ Komplit ]
3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]
4. The Gone Twin [ Komplit ]
5. My Sick Partner [ Komplit ]
6. Tokyo Banana [ Komplit ]
7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]
8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]
9. Asmara Samara [ Komplit ]
10. Murmuring [ On - Going ]
11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]
12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]
13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]
14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]
Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.
Cukup 1 kali aja ya pencetnya.
Terima kasih. Selamat membaca.
-- T B C --