"Biarkan mereka pergi."
****
Steven membuka matanya, dikala secercah cahaya menyilaukan matanya membuatnya terbangun. Di sampingnya ada Papinya, Maminya bersender di pundak Papinya. Estel tidur dengan bantalan kaki Papinya. Semua masih tertidur nyenyak. Steven bangun. Entah kenapa tenggorokannya terasa haus.
Tapi, saat dia terbangun. Steven mengurutkan keningnya, bukankah sebelumnya ada Kakek Tono dan cucunya, lalu satu wanita yang Steven lupa namanya siapa. Ke mana mereka sekarang.
"Pi ... Pi bangun," bisik Steven pelan. Harry membuka matanya perlahan-lahan mendengar suara anaknya.
"Kenapa, Stev?" Harry mengucek matanya dan menegakan badannya.
"Kakek Tono, Jeromy sama wanita itu enggak ada, Pi," ucap Steven pelan. Maminya pun bangun mendengar sedikit suara dari anak Dan suaminya.
Sedangkan Harry langsung bangkit mencari mereka. Memang tidak ada. Dia bangun mencari ke tempat lain. Angelina yang melihat suaminya muter-muter pun bertanya kepada Steven, "Papi kamu ngapain, Stev?"
"Cari Kakek Tono Dan cucunya. Satu wanita itu juga tidak ada." Angelina melihat ke arah sana.
"Ke mana memangnya?" Steven menggelengkan kepalanya, "Tidak tahu. Aku bangun sudah tidak ada mereka, Pi, Mi."
"Gimana, Har? Kamu udah nyari mereka?"
"Udah. Tapi, enggak ada." Lili terbangun mendengar sedikit suara bisik-bisik dari mereka.
Harry langsung membongkar tasnya. Firasatnya mengatakan tidak enak. Sedangkan yang lainnya hanya melihat Harry yang entah melakukan apa.
"Kenapa?" tanya Angelina.
"Lili...."
"Iya, Tuan?" jawab Lili. Dia tidak mengerti kenapa malah dirinya yang dipanggil.
"Kamu benar." Lili mengerutkan keningnya tidak mengerti.
"Benar apa, Pi? Kenapa Lili yang dibilang benar," ucap Steven.
"Awalnya, Lili ikut kita karena Lili dituduh ngambil peluit sama pistol serta peralatan lainnya. Lili ngikutin Papi dari belakang karena setelah kejadian Lili hampir saja termakan oleh monster Papi pake alat kita."
"Terus?"
"Kenapa, Lili enggak bilang aja kalau mau ikut?"
"Itu dia waktu Papi nyuruh Lili bergabung sama kita Kakek Tono menolak dengan keras Lili untuk ikut. Setelah itu, Papi mengalah untuk tidak mengajak Lili karena Estel pun menolak. Tapi, Lili enggak pergi gitu aja. Lili ngikutin kita dari belakang tanpa sepengetahuan kita semua. Waktu itu sama, kejadiannya malam. Papi, dengar berisik-berisik Dan Papi samperin ternyata Kakek Tono Dan cucunya bilang kalau Lili pencuri semua alat Papi. Papi, bingung harus percaya dengan siapa. Lalu, Octa datang membela Kakek Tono kalau Lili pencurinya."
"Berarti enggak salah lagi mereka kabur dengan kerjasama Dan ngambil semua alat kita iyakan, Pi?" tanya istrinya yang cepat.
"Ya. Itu yang Papi maksud dari awal. Mereka sengaja nuduh Lili agar mudah mengambil barang kita. Jadi, mereka mikir kalau kita bakal terus curiga sama Lili sedangkan tersangka utamanya mereka. Sebenernya Papi juga dari awal udah kepikiran mereka bukan Lili. Sikap mereka aneh setelah Papi bisa mengalahkan monster itu."
"Aneh gimana, Pi?" tanya Steven lagi.
"Kakek Toni jadi menyuruh Papi untuk mencari orang-orang yang bisa membantu kita. Dia enggak mau sabar kalau Papi bilang mau nyari kalian dulu."
"Dasar ya Kakek itu udah tua bukannya tobat malah mencuri. Biarin aja dia mati di tangan monster itu karena udah curi barang kita."
"Iya, biarin aja dia mati. Ngeselin banget sih. Dari awal aku percaya sama mereka tapi kenapa mereka malah mencuri mana barang itu penting lagi buat kita terus sekarang gimana, Pi?" tanya Estel dengan menggebu-gebu. Sedangkan Lili hanya bersyukur karena sudah bukan dia lagi yang dituduh.
.......