"Ketika semakin hari mereka semakin tidak aman."
******
Kejadian itu sudah lewat beberapa minggu. Tapi, kejadian itu sangat sulit untuk Steven lupakan. Dia ingin melupakan itu semua tapi rasanya sangatlah tidak masuk akal dia bisa menghabisi manusia kanibal itu.
"Stev, kamu ngapain bengong di sini? Ayo masuk," ucap Angelina yang melihat anaknya bengong di depan sendiri.
"Enggak papa kok, Pi. Steven lagi suka lihat ini aja di sini." Harry menghampiri anak sulungnya. Sejak kejadian itu Steven lebih sering termenung. Pasti dia memikirkan bagaimana menghancurkan manusia kanibal Dan monster itu secara bersamaan.
"Stev kamu enggak perlu mikirin yang kemarin. Kita semua enggak papa kok," ucap Harry mengelus kepala anaknya.
"Pi, Steven cuma takut kalau semakin lama semakin mereka semua menghabisi kalian aku enggak mau tinggal di sini sendiri. Aku takut, Pi."
"Enggak akan kok, Papi akan selalu jaga keluarga, Papi. Udah ya kamu pasti baik-baik aja kok. Enggak usah dipikirin ya."
"Pi, Violine meninggal karena kecerobohan, Steven seharusnya waktu itu Steven selamatin Violine bukannya biarin Violine mati di depan mata Steven begitu pula dengan Paman Werd. Steven laki-laki tapi tidak bisa menjaga keluarga, Steven," jelas Steven tidak kuasa menahan tangisnya. Hal ini membuatnya gila rasanya dia ingin menjadi segalanya berakhir bukan malah semakin banyak korban.
"Sudah ini bukan salah kamu kok, dah yuk masuk enggak usah dipikirin," jawab Harry lalu membawa Steven masuk ke dalam.
.....