Kebersamaan

2019 Kata
Rasa yang pernah dilalui, tiba-tiba datang mengusik diri yang ingin melupakan semuanya. Entah kenapa, seperti ada angon surga. Ia beruntung, beruntung sekali... **** Harry dan Angelina berjalan menyusuri jalan yang Lili tunjuk. Mereka berpegangan tangan karena terowongan tersebut gelap dan licin. Angelina tetap berada disisi Harry setakut apapun ia.  “Kau bisa tinggal, darling. Aku tak apa menyusuri jalan ini sendirian,” kata Harry yang paham bahwa istrinya ini berusaha melawan rasa takutnya demi Harry. Angelina lantas menggeleng tidak setuju.  Setakut apapun dia, dengan apapun. Harry adalah orang yang menenangkan dia dalam keadaan apapun. Ia tak mau kehilangan Harry, setidaknya dalam pengawasannya.  “Kita harus bersama, setidaknya kau bisa melindungiku atau pun sebaliknya,” ucap Angelina bersungguh-sungguh. Harry mengembangkan senyumannya.  “Aku beruntung memilikimu disaat-saat seperti ini,” kata Harry sambil mempererat tangannya pada Angelina. Angelina pun membalas genggaman tangan suaminya itu. Sejenak mereka saling melemparkan senyuman manis mereka.  Rasanya mereka seperti kembali pada saat semua baik-baik saja. Di mana manusia kanibal dan monster tidak ada, di mana manusia sangat tentram dan damai. Namun seolah sadar, mereka pun bergegas untuk menyusuri terowongan kembali.  Mereka hanya mendengar jejak kaki mereka sendiri dalam terowongan itu. Kemudian di ujung terowongan mereka di suguhkan dengan jalan setapak dengan banyak ranting dan daun.  Harry dan Angelina tetap menyusuri jalan tersebut. Mereka berdua melihat ke sekeliling. Lumayan banyak persediaan buah di tempat ini. Sepertinya tidak pernah ada yang berkunjung ke tempat ini. Harry dan Angelina tersenyum melihat kanan dan kiri pemandangan indah mereka.  Mungkin ada untungnya mereka menemukan tempat ini setelah musibah. Mereka harus berterima kasih dengan Lili yang nekat hendak menyusuri hutan ini.  "Angelina awas!" teriak Harry ketika Angelina tidak sadar berada di ujung tebing. Angelina yang tadinya sibuk melihat kanan dan kiri tentu saja terkejut setengah mati.  Ia sibuk melihat persediaan buah yang banyak tanpa sadar ia menginjak tepian jurang. Dengan cepat ia berjalan mundur sejauh mungkin bersamaan dengan Harry.  Pantas saja tak banyak orang yang mengambil persediaan buah yang ada. Ternyata ada tebing yang cukup curam dan dalam. Karena kejadian yang mengagetkan tadi, Angelina dan Harry memutuskan untuk beristirahat sebentar.  Mereka pikir tempat ini lumayan aman, walaupun ketika mereka disergap oleh seseorang kemungkinannya adalah lompat ke jurang. Namun Harry dan Angelina pikir ini adalah tempat terbaik mereka sementara.  Angelina memutuskan untuk memanggil anak-anak berserta Lili ke tempat tadi. Sementara Harry membersihkan area dan membuat tutupan untuk terowong sebagai bentuk kamuflase mereka. Harry memang sigap dan pintar, sangat bisa diandalkan dalam hal seperti ini.  "Anak-anak, ayo. Kita sudah menemukan tempat yang aman...." Angelina terlihat sangat girang. Bahkan kaki yang ia rasakan pun sudah mulai membaik. Walaupun tak sepenuhnya membaik.  Lili terlihat ragu-ragu untuk mengikuti mereka. Ya, dia mempunyai krisis kepercayaan kepada orang lain. Angelina yang melihat Lili ragu pun tak memaksakannya.  "Jika kau ragu, bahwa keluargaku adalah orang jahat. Kau bisa bebas pergi, Lili. Akan tetapi, jika kau takut untuk pergi sendirian kau bisa bergabung dengan kami." Angelina menatap Lili dengan senyuman tulus dan manis.  "Namun sebelumnya, aku cukup berterima kasih karena kau telah berhasil menemukan tempat persembunyian sementara yang pas...." kata Angelina lagi. Kemudian Angelina menggiring anak-anaknya untuk masuk ke dalam terowongan meninggalkan Lili yang masih dilanda kebingungan.  Lili bingung, di satu sisi ia percaya bahwa keluarga Harry adalah keluarga baik-baik yang tak mungkin mencelakakannya. Namun di sisi lain, ia masih tak bisa mempercayai orang baru begitu saja.  "Kau bisa menyusuri terowongan ini, aku dan keluargaku ada di ujung," kata Angelina sebelum masuk ke dalam terowongan.  Lili lama berpikir di bibir terowongan. Ia ragu untuk masuk atau tidak. Setelah lama menimbang, akhirnya Lili perlahan masuk. Pilihannya hanya mati di tangan manusia–jika keluarga Harry adalah orang jahat–atau mati di tangan monster.  Dan pilihan Lili jatuh kepads mati di tangan manusia. Setidaknya Lili bisa mengutuk mereka sebelum ia mati, tak seperti monster yang tak bisa ia kutuk dengan sempurna. "Aku tahu kau akan bergabung dengan kita, Lili...." sapa Angelina yang sedang mengupas buah-buahan yang ia dapat. Kemudian ia menyuruh Lili untuk duduk.  Makanan mereka malam ini hanyalah buah-buahan yang Steven petik. Sementara Harry mencari air yang untungnya tak berada jauh di belakang tempat mereka berada.  "Makanlah," kata Angelina sambil memberikan buah yang sudah ia kupas. Perlahan Lili menerimanya, ia memakan sedikit demi sedikit buah yang dikupas.  Kemudian secara tak sadar Lili menangis. Steven yang melihat itu kaget, begitu juga dengan semua orang yang ada di sana kecuali si bayi yang belum mengerti apa-apa.  "Mengapa kau menangis?" tanya Steven pada Lili.  Walaupun ia kesal melihat sifat keras kepala Lili, namun ia masih memiliki sifat kemanusiaan. Ia iba melihat Lili menangis tersedu seperti ini dengab memakan buah-buahan yang Angelina kupas.  "Kau kenapa Lili ... Coba ceritakan kepadaku," Angelina mencoba untuk menenangkan Lili yang terisak.  "Aku ... Hanya mengingat betapa lembutnya dulu ibuku, sepertimu...." Angelina tersenyum pahit. Gadis ini ternyata merindukan ibunya.  "Kamu bisa menganggapku sebagai ibu kedua, aku tak keberatan." Angelina berusaha menghibur gadis di depannya ini. Kemudian Lili mendongak setelah mendengar penuturan dari Angelina.  "Benarkah?" tanyanya polos. Angelina terkekeh reaksi yang dibuat oleh gadis itu terlalu menggemaskan.  "Benar,"  "Terima kasih, Angeline. Kamu sedikit menghiburku...."  "Sama-sama sweetheart,"  **** Malam pun menjelang, Harry dan Steven sudah mempersiapkan semuanya sejak sore tadi. Tenda kokoh sudah dibangun, api unggun pun sudah di nyalakan, walaupun mereka harus membuat api tersebut di dasar tanah agar tidak terlalu terlihat.  Mereka juga sudah menutup terowongan dengan hasil kerja keras mereka. Tak ada yang bisa masuk dari luar, namun mereka bisa membuka terowongan tersebut dari dalam.  Angelina sudah tertidur bersama dengan anak-anak perempuannya. Harry dan Steven pun sepertinya juga sudah tertidur, hanya Lili saja yang bangun dan tidak bisa memejamkan matanya.  Karena takut mengganggu semua orang yang tengah terlelap, Lili memutuskan untuk pergi keluar tenda. Ia menyusuri jalan setapak, hingga sampai di bibir tebing yang dimaksud.  Lili duduk sambil ditemani oleh cahaya bulan. Malam ini, semua sangat sunyi seperti tidak ada kehidupan lain selain mereka. Lili menikmati semilir angin yang menerpa lembut kulitnya yang mendingin.  "Apa yang kau lakukan?" tanya Steven, tiba-tiba mengejutkan Lili yang sedang menatap ke depan.  Lili langsung menatap ke arah Steven. Steven pun menatap ke arahnya, kemudian ia mengikuti Lili dengan duduk tak jauh dari bibir jurang.  "Menikmati pemandangan, aku tak bisa tidur. Kalau kau?" tanya Lili balik kepada Steven. Steven pun mulai menikmati angin yang menerpa kulitnya dengan halus.  "Aku, sama. Aku hanya takut saat tidur ada orang yang mencelakakan keluargaku,"  "Kau takut aku akan mencelakakan keluargamu?"  "Bukannya kau sudah menjadi bagian keluargaku?"  Lili terdiam setelah mendengar pertanyaan Steven. Ternyata remaja tanggung ini sudah menerima keberadaannya. Tentu saja Lili senang, berada di tengah-tengah keluarga yang harmonis dan saling menyayangi.  "Kau tahu, dulu aku mempunyai ibu. Tapi aku tak memiliki ayah," jelas Lili pada Steven.  "Aku sangat menyayangi ibuku. Dia pandai meracik obat dari tumbuh-tumbuhan, begitu juga denganku...." sambung Lili.  "Kalau begitu, bisakah kau membuatkan obat untuk mami? Kakinya sakit, ia harus segera diobati," kata Steven pada Lili.  Lili merasa bodoh tak menyadari jalan Angelina karena sibuk memikirkan diri sendiri. Steven menjelaskan semuanya kepada Lili. Kemudian Lili mengangguk dan meminta Steven untuk menemaninya mencari obat disekitar sini.  Dua jam mereka berkelilimg dan obatnya pun sudah didapatkan. Lili kemudian menumbuk dan memasaknya di dalam api unggun yang hendak mati itu. "Kau terlihat sangat pandai," celetuk Steven. Lili tersenyum, ternyata Steven adalah orang yang sangat cerewet. Ia tak menduganya.  "Ya, aku sudah menemani ibuku berkerja sejak bayi. Mungkin sudah ada koneksi batin antara aku dan obat-obatan herbal ini." Lili terkekeh karena selorohannya sendiri. Tentu saja Steven ikut tersenyum, ia sudah mau menerima keberadaan Lili sebagai saudara barunya.  "Nah, sudah selesai. Kita bisa tidur dulu. Besok akan kuberikan kepada mami," kata Lili kemudian diangguki oleh Steven.  Mereka pun memutuskan kembali ke tenda untuk beristirahat. Sementara obatnya dibiarkan mengeras dulu untuk kemudian dijadikan salep herbal.  *****  Pagi menjelang, hanya Lili dan Steven yang belum bangun karena mereka tidur larut sekali. Harry berserta Angelina sudah sibuk untuk menyiapkan sarapan pagi mereka.  Harry mencari binatang yang bisa dimakan disekitar sini, ternyata nihil. Ia harus pergi keluar untuk mencari binatang-binatang yang menjadi santapan mereka.  "Aku harus keluar, aku tak berhasil menamukannya," keluh Harry kemudian bersiap untuk pergi mencari binatang. Angelina melarangnya, karena ia tak ingin Harry pergi sendiri tanpa dirinya atau pun Steven.  "Tidak, aku tak memberikanmu izin."  "Lalu bagaimana kita makan?" tanya Harry kebingungan dengan sikap istrinya ini.  "Tadi aku menemukan umbi-umbian. Ubi dan kentang ini bisa kita masak,"  "Baiklah, aku akan berburu nanti. Bersama Steven," mendengar itu tentu saja Angelina tersenyum. Ternyata suaminya mengerti alasannya melarang, jadi ia tak perlu menjelaskan kepada suaminya lagi.  "Tumben sekali Steven lama bangunnya," Harry keheranan karena anak lelakinya itu tak biasa bangun sesiang ini.  "Lili dan Steven tidur saat Caroline meminta s**u. Mereka tidur jam tiga atau jam empat subuh," kata Angelina pads Harry.  Ternyata ia tahu bahwa Lili dan Steven tak tidur semalaman. Akan tetapi, Angelina tidak tahu pasti alasan yang membuat mereka terjaga semalaman. Harry pun mengangguk dan membiarkan kedua anaknya itu tertidur pulas.  Hari sudah semakin siang, akhirnya Lili terbangun dari tidurnya. Begitu juga dengan Steven yang ikut terbangun karena pergerakan Lili.  "Lili, makan dulu...." kata Angelina sambil menyiapkan makanan untuk Lili. Kemudian Lili mengangguk dan menerima makanan yang Angelina berikan kepadanya.  "Maaf, aku tidur terlalu larut sehingga sulit bangun pagi...."  "Tak apa, Mami yang minta maaf karena menyuguhkab makanan yang sudah dingin,"  "Ini salahku, jadi tak apa Mami...."  Kemudian tak lama kemudian, Steven yang bangun dengan membawa wadah obat yang mereka diamkan. Salep itu sudah mengeras, kemudian ia menyerahkannya kepada Angelina.  Harry dan Angelina melihat barang itu pun kebingungan. "Apa ini Steven?" tanya Angelina namun ia masih menerima pemberian anaknya itu dengan senang hati.  "Obat untuk kaki mami, kita tadi malam sibuk mencari herbal dan meracik obat mami,"  "Bukan kita sih, hanya Lili. Namun aku ikut membantu menemani Lili," sambung Steven menjelaskan bagaimana kerja sama tim ini terbentuk.  "Kau bisa meracik obat, Nak?" tanya Angelina takjub. Lili mengangguk mengiyakan pertanyaan Angelina.  "Ya, aku bisa meracik obat seperti ibuku..."  Angelina langsung memakai obat yang sudah diracikkan oleh Lili. Kemudian ia merasakan sensasi dingin dan menenangkan di bagian kakinya yang berdenyut. Salep ini seperti memberikan ketenangan pada luka-luka Angelina yang tegang.  "Mami bisa memakainya dua kali sehari," jelas Lili yang diangguki oleh Angelina yang sedang menikmati pengobatan alami dari obat Lili.  "Ini terasa dingin dan menenangkan,"  "Ya, salep itu mendingin ketika didiamkan di suhu ruangan seperti malam tadi."  "Aku sudah merasa mendingan, kau membantuku Lili."  "Mami juga sudah banyak membantuku,"  ****  Siang pun datang, Harry dan Steven sudah sibuk menyiapkan peralatan perang mereka untuk berburu. Estel menatapi kedua orang yang sangat ia sayangi, ia tak rela dan ingin ikut. Namun apa daya, dia hanya gadis kecil yang akan menyusahkan ayah dan kakak tertuanya itu.  "Hati-hati. Bawakan saja ikan, tidak usah daging rusa," pesan Estel yang membuat Steven serta Harry tersenyum geli.  "Selain nakal, kau juga pengertian ya adikku?" tanya Steven jahil. Kemudian raut wajah khawatir Estel menghilang digantikan dengan wajah cemberutnya.  Saat dirasa semua sudah selesai. Akhirnya Harry dan Steven pergi keluar. Mereka membuka terowongan dan menutupnya namun tak sesempurna ketika mereka semua di dalam. Mereka memberikan celah untuk mereka masuk kembali ketika habis berburu.  Sementara Angelina sedang menyusui Caroline. Estel dan Lili duduk diam karena mereka tak mempunyai tugas apa pun sekarang.  "Mami, bolehkah aku mencari buah-buahan?" tanya Lili yang ingin berkerja karena bosan.  "Buah-buahan kita sudah cukup hingga besok," jawab Angelina.  "Bagaimana dengan aku bermain-main disekitar sini?" tanya Estel kali ini bersuara, ia pun mati kebosanan di sini. "Baiklah, Lili tolong temankan Estel bermain ya? Setelah puas harus langsung ke tenda." Angelina memberikan instruksi yang jelas. Kemduian kedua perempuan yang berbeda usia jauh itu pun mengangguk.  Estel menarik Lili dan membawanya ke tempat yang ia kira menarik. Di sana mereka bermain masak-masakan dengan daun dan buah-buahan yang jatuh ke tanah. Baru kali ini Estel merasakan main yang sesungguhnya.  Selama ini ia sedikit merasa kesepian karena meninggalnya kakak keduanya. Ia merasa tak punya teman untuk diajak bermain, akan tetapi sekarang ia merasakan kenyamanan karena Lili menggantikan posisi kakaknya untuk menemaninya bermain.  "Lili, aku bersyukur kau ada di keluargaku. Aku senang bermain denganmu. Apakah kau senang?" tanya Estel dengan senyuman manisnya.  "Tentu saja aku senang, aku juga bersyukur mempunyai keluarga baru seperti kalian...."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN