"Usaha sendiri lebih baik untuk membuktikan bahwa kita lakukan yang terbaik."
*****
"Bukannya itu Papi kamu?" tanya Joe kepada Lili.
"Bukan, mereka cuma orang baik yang nolong aku waktu aku hampir mati," jawab Lili.
"Mati dari monster itu maksudnya?" Lili mengangguk.
"Tapi, sampai sekarang orang di sini aja enggak ada yang tahu kenapa monster itu mati, masa iya sih Laki-laki itu bilang monster itu bisa mati."
"Kamu enggak percaya juga pasti sama kayak mereka. Katanya kamu juga pengen ada cara buat ngancurin monster itu tapi kamu enggak percaya," saut Lili kesal dengan Joe. Padahal, Lili yang kurang dekat dengan orang lain Dan mencari kesempatan untuk dekat dengan Joe. Bukan karena Lili suka Joe tapi dengan ini dia memiliki kesempatan untuk membuat Joe dekat dan membantu rencana Harry. Soalnya Joe dan beberapa temannya yang pertama ada di sini. Mungkin ada kesempatan untuk membuat cara mereka agar berhasil.
"Bukan enggak percaya apalagi yang dibilang cuma pake peluit Dan pistol kayak enggak masuk akal aja, Li."
"Aku kira aku deket kamu adalah keputusan yang bener ya, Joe. Kamu pertama di sini. Aku bisa minta bantuan kamu untuk membantu aku Dan keluarga baruku tapi apa? Kamu malah kayak gini." Lili langsung bangkit dari sana. Tapi, Joe tarik tangan Lili.
"Apalagi sih. Kalau kamu enggak percaya juga sama aku Dan keluargaku yaudah terserah. Aku Dan keluarga ku yang akan berusaha."
"Enggak gitu. Oke aku percaya tapi apalagi yang harus aku lakuin buat bantu kamu." Lili pun luluh kembali dan duduk di samping Joe.
"Aku enggak marah kalau kamu enggak percaya. Setidaknya bantu aku buktiin sama mereka semua bahwa kita bisa adain perubahan."
"Li, tapi itu enggak mudah. Kalau aku nyeret mereka lagi dalam masalah aku kasihan kalau mereka harus kehilangan keluarga."
"Setiap keberhasilan memang perlu ada pengorbanan. Perlu ada yang direlakan tapi aku akan mencoba bahwa kalian akan selamat. Bahkan kalaupun nyawaku sendiri yang jadi taruhannya, aku akan terima. Demi balas budiku terhadap keluarga Harry yang telah banyak membantuku. Kalau kamu mau tahu itu."
"Iya kalau kamu Dan keluarga kamu yang tewas. Kalau orang di sini gimana, Li?" Lili malah mengerutkan keningnya Joe. Jadi, Lili langsung tertawa meremehkan dia salah kenal dengan Joe. Lili langsung bangkit bahkan tangan yang dicegah Joe tetap dia hempaskan Dan pergi dari sana.
"Li. Tunggu, Li." Lili sama sekali tidak menggubrisnya dia tetap berjalan jauh dari sini. Tetap tidak peduli dengan apa yang diucapkan Joe.
.....
Angelina menarik tangan Harry menjauh dari sana. Membawa Harry ke tempat yang sepi. Gorge pun ikut di belakang mereka, bukan maksudnya ingin ikut campur tapi entah kenapa Gorge yakin kalau Harry inilah yang bisa membantu kita semua menyingkirkan monster lain. Hanya saja mereka tidak mau membantu.
"Harry kamu apaan sih main ngomong kayak gitu. Kita ini orang baru, ya pasti mereka enggak akan percaya."
"Angel. Ini demi kebaikan kita. Dengan mereka semua turun langsung monster itu pasti akan hancur."
"Enggak segampang itu, Harry. Kamu itu harus buktiin dulu ke mereka ucapan kamu itu bener atau enggak. Kalau kamu main bilang kayak tadi ya benar saja mereka enggak akan percaya."
"Tapi, apa yang istri kamu ucapin bener, Har. Mungkin kita perlu buat alat-alat untuk Menghancurkan Monster itu dulu. Setelah itu kita buktikan baru kita bisa buat mereka percaya."
"Mereka pernah gagal menghancurkan monster itu, Har. Dan keluarga mereka sangat merasa kehilangan sama kayak waktu kita kehilangan Violine jadi kamu ngerti 'kan. Enggak semua orang mudah menerima masukan."
"Oke aku ngerti aku salah. Sekarang kalau mereka emang enggak ada yang mau bantuin aku, aku akan rancang semua alat itu sendiri. Gorge gimana kalau aku minjem ruangan yang kamu tunjukkan tadi. Aku lihat semua alat lengkap banyak yang tidak terpakai dari pada kebuang lebih baik aku gunakan lagi. Dengan begitu aku bakal buktiin kalau aku enggak main-main untuk menyelamatkan kita semua. Kita bakal balik lagi kayak dulu semoga aja berhasil." Angelina dan Gorge mengangguk.
Memang benar untuk membuat orang lain percaya bukan hanya dengan kata-kata tetapi dengan pembuktian bahwa kata-kata yang kita ucapkan itu benar bukan hanya lontaran tidak berguna sementara.
"Maaf ya, Angel tadi aku enggak ngomong dulu sama kamu. Seandainya aku ngomong dulu sama kamu pasti kejadiannya enggak kayak gini. Mereka enggak mencemoh aku Dan percaya kalau apa yang aku lakukan benar."
"Enggak papa lagian udah terlanjur juga. Yaudah kalau gitu Mami bakal tetep bantuin Papi."
"Iya, tenang aja Har aku yakin juga kalau emang kali ini kita bakal berhasil. Kita berdoa aja semoga monster ini segera berakhir Dan kehidupan kita cepat berakhir dengan damai."
"Ya semoga saja," jawab Harry. Mereka pun berjalan ke tempat tadi lagi. Sampai di sana banyak beberapa orang yang sudah masuk ke dalam rumah. Rumahnya memang besar semua orang tinggal di dalam.
"Harry, Angelina aku pamit dulu ya, aku mau ke keluarga ku dulu." Gorge pamit untuk pisah bersama keluarganya. Harry dan Angelina mengangguk.
"Makasih ya, Gorge udah bawa aku ke sini. Maaf juga jadi buat kamu dicemoh sama orang-orang."
"Hahaha udahlah enggak papa santai aja. Lagian niat kamu baik cuma mereka masih takut aja kalau keluarga mereka jadi korban nanti kalau mereka udah tahu apa yang kamu ucapin bener juga lama-lama mereka bakal luluh percaya deh." Harry mengangguk, "Makasih, Gorge."
"Iya santai aja. Dah yak aku ke sana dulu."
"Iya." Setelah kepergian Gorge. Angelina Dan Harry mencari anak-anaknya.
"Anak-anak pada ke mana, Ngel?" tanya Harry.
"Tadi, di sini kok sekarang enggak ada ya apa mereka masuk duluan."
"Iya, katanya. Lili juga enggak ada," ucap Harry lagi. Mereka pun masuk bersama.
......
"Stel ... Stel Papi kamu itu aneh banget sih. Bisa-bisanya mau bunuh monster. Dulu aja ada monster yang datang semua udah pada saling memburu enggak ada yang berhasil mana mungkin Papi kamu sendiri bisa ngalahin monster itu."
"Apa yang diucapin Papi aku itu bener. Aku lihat sendiri pake mata kepala aku kalau monster itu beneran mati."
"Halah. Udahlah kamu sama keluarga kamu itu udah kelihatan aneh masa satu orang ngelawan monster mustahil banget sih."
Estel geram dia mendorong perempuan yang memgejeknya itu. Tapi, yang lainnya malah membela temannya. Estel yang malah dicemoh. Lalu, kedua orang tua Estel datang memisahkan mereka.
"Estel kamu enggak boleh dorong-dorong dia kayak gitu."
"Dia duluan Mami. Dia hina Papi. Mereka enggak percaya kalau kita bisa bunuh monster itu. Kenapa sih enggak ada yang percaya sama kita."
"Estel kamu kasar ya udahlah kita enggak usah deket sama Estel. Kebanyakan halu kasar juga orangnya. Ngapain deket-deket sama orang kayak gitu." Estel ingin maju Dan mendorong wanita lemes itu tapi Angelina menariknya.
"Estel udah." Anak-anak lain pun langsung pergi dari hadapan Estel.
"Estel kamu itu enggak boleh kayak gitu. Kita di sini orang baru."
"Tapi, mereka Hina Papi, aku enggak terima orang aku lihat pake mata kepala aku kalau Papi bisa bunuh monster itu." Angelina melihat ke arah Harry. Harry jadi merasa bersalah dengan keputusannya mengatakan itu semua kepada mereka. Kini anaknya malah jadi dikucilkan.
"Estel udah kamu ada gunanya kamu meyakinkan mereka di saat mereka enggak tahu jadi enggak usah maksa mereka untuk percaya sama kamu."
"Tapi apa yang aku ucapin kan bener, Mi. Mereka yang pada nyebelin kenapa sih cuma mikir diri sendiri enggak pernah mikirin orang lain."
"Kakak kamu ke mana?" tanya Angelina mengalihkan pertanyaan Estel.
"Enggak tahu tadi bawa adik ke dalam."
"Kok enggak sama kamu?" tanya Harry.
"Kakak marah sama aku gara-gara aku jadi anak yang rese. Aku yang buat kak Violine meninggal katanya."
"Enggak kok sayang. Kamu enggak buat kakak kamu meninggal kan sudah Mami bilang itu takdir jadi kamu enggak usah ngerasa bersalah gitu. Udah yuk kita masuk. Cari kakak." Harry langsung menggendong Estel ke gendongannya. Dia mencari Steven dan juga Eveline.
Masuk ke dalam dia benar melihat Steven sedang tiduran memeluk adiknya. Mereka menghampiri Steven bersama dengan adiknya.
"Stev..." panggil Maminya. Steven menengok dia lantas duduk saat mengetahui Papi Dan Maminya sudah datang.
"Kenapa adiknya ditinggal?"
"Aku kesel dia enggak ngerti sama yang aku ucapin seenaknya aja nyuruh percaya. Sedangkan mereka belum lihat yang aslinya."
"Udah enggak usah dibahas lagi. Yuk tidur aja udah malem. Maafin, Papi ya gara-gara Papi kamu jadi kena sasarannya. Begitupun dengan adik-adik kamu. Tadi Estel dibully juga."
"Sama siapa?" tanya Steven. Ada nada khawatir yang terpancar dari raut wajah Steven karena merasa tidak bisa melindungi adiknya.
"Temennyaa. Dan itu gara-gara Papi yang umumin Hal tadi."
"Enggak salah Papi kok, mereka aja yang enggak ngerti. Jadi, enggak mau ada perubahan makanya bilang kayak gitu. Entar kalau Papi berhasil baru mereka diem," ucap Estel lagi. Orang-orang yang mendengar ucapan Estel pun jadi melirik keluarga Harry tidak terima. Harry lihat tatapan mereka yang tidak suka. Tapi, sudahlah dia hanya perlu membuktikan kalau apa yang dia ucapkan itu benar.
"Udah kita lewatin aja Hal tadi kita susun rencana aja sekarang."
"Cuma kita aja, Pi?" tanya Steven.
"Ya. Semua orang sudah tidak percaya dengan Papi jadi yaudah enggak papa tapi Paman Gorge mau kok minjemin ruangan Dan alat-alat yang enggak kepake buat kita gunain."
"Wah Bagus juga. Yaudah besok kita langsung buat aja ya."
"Iya, sekarang tidur yuk." Angelina melihat ke kanan Kiri. Dia baru sadar kalau Lili tidak ada.
"Lili ke mana?"
"Enggak tahu tadi masih di tempat yang tadi sama laki-laki entah siapa," jawab Steven.
"Iya tadi mereka masih di sana kok. Waktu aku juga pergi."
"Tapi, tadi Mami pas nyari kalian di sana enggak ada."
"Mungkin lagi ke kamar mandi, Mi atau lagi cari udara segar." Steven memilih tidak terlalu ambil pusing. Dia memilih untuk istirahat karena memang lelah seharian berjalan lumayan jauh.
Di samping itu mereka pun satu persatu memilih untuk istirahat saja. Orang-orang seakan tidak mau mendekat dengan Harry. Tapi, mereka tidak peduli. Mereka akan menunjukkan kalau apa yang mereka katakan itu benar.
......
Keesokan harinya, Harry dan keluarganya sudah bangun. Mereka makan bersama-sama di halaman. Beberapa orang sudah ada yang mulai mencari bahan makanan dengan inisiatif sendiri-sendiri. Tidak ada yang malas-malasan karena mereka tahu di sini mereka hidup bersama-sama.
"Sini saya bantu," ucap Angelina saat melihat ada orang yang tidak kuat mengangkat ember berisi air besar.
"Terimakasih," jawab orang itu. Angelina mengangguk mereka pun saling membantu dalam memasak.
"Sudah lama ya, Nyonya di sini?" tanya Angelina dengan ramah. Terlihat wajahnya lebih tua dari Angelina.
"Iya, lumayan saya waktu itu sudah hampir mati terlantar di pinggir hutan. Saya sudah tidak punya siapa-siapa, keluarga pun tidak ada. Untung saja saya dibawa ke sini jadi merasa ada keluarga baru."
"Maaf nyonya kalau boleh tahu keluarganya pada ke mana?" tanya Angelina lagi. Mereka duduk bersama sambil memotong sayur-sayuran yang tersedia. Angelina memang mudah bersosialisasi tapi berbeda masih ada beberapa orang yang tidak suka dengannya karena ucapan Harry kemarin.
"Saya terpisah bersama keluarga saya saat monster itu muncul. Saya kadang berfikir dari mana asal monster itu. Sampai sekarang monster itu tidak punah walaupun selama kemunculan monster itu saya sudah di sini. Saya juga tidak berniat untuk ke luar. Umur saya sudah tidak muda lagi jadi jalan jauh pun rasanya sudah pegal."
"Tapi, kenapa Ibuk malah ngelakuin berat-berat di sini. Kenapa enggak yang ringan aja?" tanya Angelina tadi dia malah lihat Nyonya ini mau mengangkat ember berisi air yang banyak sekali sudah dipastikan kalau itu sangat berat. Tapi, tidak ada satupun orang yang membantu mereka seakan sibuk dengan Kegiatan mereka sendiri-sendiri.
"Tidak papa sudah biasa juga, kok."
"Nama Nyonya siapa?" tanya Angelina.
"Saya lupa nama asli saya, nak. Tapi, orang-orang memanggil saya Ibu Minah."
"Oh gitu. Kok bisa lupa, bu?" tanya Angelina lagi.
"Heh Angelina kamu itu kerja yang gerak tangan. Jangan nanya-nanya mulu deh." Salah satu dari ibu-ibu di sini ada yang menyahutinya.
"Iya, maaf," jawab Angelina. Angelina kira di sini kekeluargaannya kental seperti apa yang diucapkan Gorge tapi apa saat dia berada di sini mereka semua malah tidak suka dengan Angelina. Angelina jadi penasaran siapa yang menemukan tempat ini pertama dia ingin tahu asal Mula tempat ini gimana. Bagaimana orang-orang bisa berkumpul juga.
"Udah enggak usah kamu dikirim ucapannya. Santai aja." Angelina mengangguk walaupun hatinya merasa tidak nyaman berada di sini. Lebih baik dia Dan keluarganya hidup di tengah hutan dengan marabahaya disekelilingnya dari pada dia tidak nyaman berada di sini.
.....
Gorge, Harry serta anak-anaknya sedang berada di ruangan yang kemarin Gorge tunjukkan kepadanya. Ruangan di mana sudah sama sekali tidak terpakai. Di ruangan ini mereka akan merangkai semuanya.
"Ini tempat apa, Pi?" tanya Estel melihat ruangan ini sangat berdebu.
"Iya, berdebu sekali Tuan. Apakah tempat ini sudah lama tidak terpakai?" tanya Lili sambil menggendong Eveline. Kasihan juga Eveline kalau dia bawa masuk ke sini udara di sini tidak Bagus.
"Iya di sini sudah tidak terpakai lama jadi berdebu."
"Li mending kamu di luar aja kasian Eveline berdebu."
"Oh baik, Tuan." Lili membawa Eveline ke luar kasian juga masih bayi. Kadang Lili merasa kasihan dengan Eveline. Dia anak yang kuat saat dia ditaruh dalam peti saat keadaan darurat sampai sekarang Eveline masih hidup. Apalagi saat mendengar cerita waktu proses lahiran Eveline entah mengapa dia langsung merasa takut saat ingin lahiran nanti. Atau punya anak.
Lili menimang Evelin. Bayi itu dengan lucunya tersenyum hingga dia mendengar seseorang seperti berbicara dengannya.
"Oh aku kira masih single ternyata udah punya anak."
"Joe? Ngapain kamu di sini."
"Ya terserah aku dong. Kebetulan lewat terus lihat kamu bawa-bawa bayi kayak gini. Ternyata kamu udah punya anak aku kira masih sendiri."
"Enggak usah sotoy deh jadi orang pergi sana. Ngapain sih di sini."
"Sewot aja jadi orang lagian cuma nanya doang. Itu di dalem pada ngapain sih?" tanya Joe. Ruangan ini dulu Joe Dan teman-temannya yang buat. Niatnya membuat ruangan ini memang digunakan untuk mereka membuat sesuatu apapun itu yang mereka bisa untuk menghancurkan monster itu tapi semua sia-sia. Hingga Akhirnya Joe membiarkan tempat itu kalau ada yang mau memakai Dan mencoba tempat itu lagi tidak apa-apa. Asalkan jangan mencoba di sini. Joe Dan yang lainnya tidak mau kalau ada sasaran lagi nantinya.
"Lihat aja sendiri ngapain nanya aku." Lili masih menjawab dengan sewot. Malah membuat Joe terkekeh dasar perempuan ini aneh sekali ditanya malah jawabannya sewot.
"Ya kan aku lihat tadi kamu ke luar dari dalem makanya aku nanya dulu sama kamu ada apa?"
"Yaudah sekarang lihat aja sendiri kan udah aku jawab." Joe hanya menggelengkan kepalanya dia pun masuk ke dalam untuk mengecek sedangkan Lili melihat Joe yang masuk ke sana.
Dia melihat ke arah dalem baru dia ingin ikut masuk tapi Eveline rewel. Jadilah dia membawa Eveline menjauh dari sana mungkin Eveline Haus jadi dia membawa Eveline ke Maminya.
.....
Joe masuk ke dalam melihat mereka membuka semua alat yang sudah lama ditutup karena tidak terpakai. Joe pun langsung bertanya apa yang akan mereka lakukan.
"Kalian lagi ngapain?"
"Joe? Kamu udah balik Dari berburu."
"Sudah, Paman kemarin aku udah pulang."
"Oh gitu, Paman baru melihat kamu hari ini. Oh iya kenalin ini Penghuni baru yang Paman temukan di sebuah hutan di tengah sana. Dan katanya dia menemukan brosur yang sudah lama banget kita sebar, Joe makanya saya langsung bawa mereka sekeluarga ke sini."
"Hmm ... Saya sudah tahu, yang tadi malam membuat pendapat kalau mau menghancurkan monster itu kan?" tanya Joe lagi.
"Oh berarti kamu juga sudah tahu akan Hal itu?"
"Sudah saya mendengar semuanya."
"Maaf ya Joe saya membawa mereka ke sini. Saya kira kamu belum pulang."
"Enggak papa. Jadi, kalian mau buat apa sebenernya?" tanya Joe lagi. Dia juga penasaran akan membuat apa mereka di sini.
"Saya rencananya mau buat sebuah radio kecil lalu saya akan Merancang sebuah pengerasnya. Saya lihat banyak sekali barang yang tidak terpakai di sini."
"Kalian yakin ini bisa cuma radio atau musik untuk apa? Kalian pikir monster suka musik gitu jadi pas denger musik mereka ngajak kita buat konser?" ucap Joe dengan nada meremehkan.
"Kakak kalau enggak tahu jangan mengatai kita seperti itu. Kita itu udah tahu kelemahan monster itu Dan aku yakin kita bisa ngancurin monster itu. Kakak jangan seenaknya ya kalau bilang." Joe hanya tersenyum meremehkan dia sebenarnya bukan orang yang mudah meremehkan tapi entah kenapa mendengar apa alat yang mau mereka buat membuat Joe berfikir aneh saja. Di saat dulu mereka membuat alat-alat tajam apapun itu saja tidak mampu membuat monster itu mati. Bagaimana kalau cuma alat enggak jelas kayak gitu.
"Kalian yakin ini akan berhasil? Bukannya malah membuat kericuhan Dan memakan banyak korban nantinya?" tanya Joe lagi.
Steven baru saja ingin menjawab tapi Papinya menahan, "Saya Tidak bisa menjanjikan ini berhasil atau tidak tapi saya rasa ini akan berjalan sesuai rencana kalau kalian ingin saling membantu." Harry mengatakan itu seolah-olah dia paling yakin saja rencananya akan berhasil.
"Gini ya, Tuan baru. Bukan saya enggak mau bantu kalian. Kalau saya enggak mau tempat ini enggak akan saya bolehin anda pake seenaknya karena bagaimanapun saya yang dulu membuat ruangan ini."
"Saya paham kok."
"Yaudah kalau paham omongan anda enggak usah sok merasa kalau cara ini berhasil. Saya sebelum ada kericuhan ini adalah seorang peneliti apapun akan saya teliti Dan cari kebenarannya, asalnya apapun itu asalkan saya bisa mendapatkan Informasi baru setiap harinya. Tapi, baru kali ini saya meneliti tidak tahu darimana monster itu muncul, dari mana monster lahir Dan apa kelemahannya saja. Saya Tidak tahu."
"Makanya saya akan buat alat ini karena saya tahu kelemahan monster itu."
"Dengan alat seperti radio itu maksud kamu? Dengan alat itu Kamu mampu ngusir atau bunuh monster itu? Kamu dulu jadi apa sih kok bisa percaya diri banget."
Gorge merasa keadaan mulai memanas dia membawa Joe untuk ke luar dari sana."Mas Joe Mari ke luar dulu mungkin agak biar sedikit tenang."
"Gorge kamu itu ngapain sih bawa orang kayak gitu ke sini."
"Inget Joe visi misi kita dulu kan menolong orang sampai orang itu selamat kita bawa dia ke sini kan? Dan saya menemukan dengan raut wajah panih Dan takutnya. Mereka enggak ada tempat tinggal lagi jadi saya bawa ke sini."
"Oke itu emang enggak salah Joe. Yang saya heran dia orang baru kenapa yakin dia bisa ngancurin monster itu yakali dia pikir monter yang dihadapin itu muncul Dan langsung dibunuh cuma dengan alat itu."
"Tapi saya percaya kok kalau apa yang dikatakan Harry benar."
"Yaudah terserah. Inget jangan pernah melakukan Hal tersebut di kawasan sini. Saya enggak mau kejadian dulu terulang lagi."
"Iya, saya paham setelah alat ini beres saya akan mencari Tempat yan lain."
"Yaudah bagus." Joe langsung pergi dari sana.
.....