Penyerangan Manusia Kanibal

2021 Kata
Perasaan ini muncul seperti terjadi sesuatu." ****     Angelina akhirnya memilih menunggu di rumah bersama anak bungsunya. Perasaannya sudah terasa tidak enak sejak Estel ikut dengan suaminya.    "Adek kok nangis terus," ucap Angelina yang masih mengayunkan anaknya. Sedari tadi Angelina sudah memberikan s**u kepada anaknya tapi tetap saja anaknya itu masih terus menangis.   "Sabar ya sayang. Nanti kakak pulang lagi sama Mami terus bawa makanan, diem ya. Eveline sayang anak Mami," ucap Angelina menimang anaknya. .....    Di sisi lain, Estel semakin dekat dengan manusia kanibal itu. Estel sudah mundur dengan pelan-pelan takut menimbulkan suara tapi lihatlah manusia kanibal itu kenapa semakin mendekat.     Di kirinya ada kakaknya agak jauh posisinya dari Estel tapi tetap saja kondisinya akan sangat berbahaya kalau mereka salah langkah.     "Ngikkkkk ... Jderrr...." Entah suara dari mana itu tiba-tiba membuat monster itu lari Dan juga manusia kanibal. Tapi manusia kanibal itu malah naas di cabik oleh monster itu.   Harry langsung berlari ke arah anak-anaknya pelan-pelan. Karena monster itu masih di sana. Tapi, yang membuatnya lebih bingung adalah kenapa manusia kanibal itu seakan tidak tahu keberadaan monster itu.   Harry tidak langsung menanyakan keadaan anaknya dia langsung saja membawa anaknya pergi. Steven mengikuti Papinya dari belakang. Mereka kembali di sungai yang airnya deras karena hanya di sana mereka teriak sekencang apapun tidak akan ada yang dengar.   "Kalian enggak papa 'kan?" tanya Harry.   "Enggak papa, Pi. Papi sendiri enggak papa 'kan?"   "Enggak kok. Hari ini kayaknya kita enggak bisa makan daging lagi. Kita makan ikan aja ya," ucap Harry. Tadi, dia sempat hampir dapat. Tapi, karena keadaan darurat dia langsung saja pergi.   "Enggak papa kok, Pi. Yang penting kita baik-baik aja," jawab Steven lagi.   "Iya bener dari pada terjadi sesuatu lagi." Mereka pun mengambil ikan saja di sungai itu. Walaupun, tadi sempat mereka makan hampir makan daging tapi akhirnya mereka memilih untuk tidak meninggalkannya saja.   "Pi, tadi manusia kanibal itu seakan tidak takut dengan monster itu kenapa ya?" tanya Estel. Apa yang ditanyakan Estel memang sedang dia pikirkan Hal itu.   "Iya, Pi. Apa manusia kanibal itu masih bagian monster itu."   "Tidak mungkin, kak. Kalau dia bagian dari monster itu tidak mungkin monster itu mencabik-cabik juga manusia kanibal itu." Dengan otak cerdasnya apa yang diucapkan anaknya itu benar.   "Papi masih tidak tahu tentang Hal itu. Tapi, Papi akan coba cari tahu Hal itu."   "Iya, Pi." Mereka pun sudah banyak mendapatkan ikan jadi memilih untuk pulang saja. Dari paada hari semakin malam Dan lebih berbahaya.    Mereka berjalan pulang ke rumah. Steven melewati jalan di mana Paman Werd tewas di sini. "Steven kenapa berhenti?" tanya Harry saat melihat anaknya malah menghentikkan jalannya. Steven tidak menjawab Dan malah menunduk untuk mengambil sesuatu.    Dia melihat sesuatu itu dengan seksama. "Kenapa, Kak?" tanya Estel mendekat ke arah Kakaknya.   "Kamera?" tanya Estel lagi.   "Iya, ini kamera tapi kok kecil banget ya."   "Coba Papi lihat." Steven memberikan kamera kecil yang hampir seperti sebuah jam tangan.   Ya benar. Ini semacam seperti jam tangan tapi bentuknya seperti ponsel yang bisa disentuh layarnya. Harry baru ingin mengotak-ngatik benda tersebut karena selama ini dia belum pernah lihat benda tersebut.   "Pi, ada manusia kanibal lagi ayo lari," ucap Steven melihat mereka berada di belakang. Harry melihat ke arah belakang. Sial, manusia kanibal itu lagi. Harry langsung menggendong Estel membawa jam tangan itu. Steven dengan membawa ikannya pun lari juga.    "Pi, Estel takut gimana ini, Pi."   "Kamu diam saja. Tutup mata kamu atau peluk, Papi." Harris memastikan Steven juga aman di belakangnya.   Steven dengan nafas terengah-engah tetap berlari, dia membawa keranjang berisi ikan itu. Rasanya sudah tidak kuat lagi tapi dia tidak mau jadi santapan manusia itu.   "Ayo, cepat, Stev."   "Iya, Pi." Saat dia sedang berlari karena tidak melihat jalan kaki Harry pun tertusuk duri membuatnya terjatuh begitupun dengan Estel yang terlempar tidak ke bawah.   "Akhh...." Mereka meringis.    "Papi, Steven."   "Stev bawa adik kamu, Stev."   "Enggak, Pi. Aku enggak mau. Aku enggak mau kayak waktu itu ninggalin, Paman Werd. Aku enggak mau kehilangan, Papi.” Harry berusaha untuk melepaskan duri itu dari kakinya. Sangat sakit tapi dia melihat ke belakang manusia kanibal itu semakin dekat l. Sedangkan Steven masih di depannya mengelap darah yang mengalir dari dahi Estel. Sial mereka harus merasa detak jantung mereka semakin kencang.      “Estel ajak kakak kamu pergi buruan, Papi akan baik-baik saja.” Estel menggelangkan kepalanya juga. Dia tidak mau kalau Papinya benar-benar pergi juga.”      Harry ingin berlari dan bangun tapi rasanya kian perih, kakinya juga terasa sulit untuk dibuat berdiri. Sial kalau dia tidak bisa bangun dia semua akan tertangkap dan malay jadi santapan manusia kanibal itu,”  batinnya.     “Estel kamu tunggu di sini dulu, Kakak mau bantuin, Papi.”  Estel mengangguk lalu dia segera untuk menurunkan Estel dari gendongannya.    Harry malah tetap menyuruh Steven untuk pergi dari sana. Bisa semakin bahaya kalau Steven di sini. “Steven kamu ngapain malah ke sini buruan pergi dari sini.”   “Aku mau bantuin, Papi. Aku enggak mau jadi anak yang enggak berguna lagi. Aku masih butuh Papi dan yang lainnya juga jadi ayo buruan aku bantu,” ucap Steven lagi. Dia membantu Papinya melepaskan duri yang lumayan panjang dan ada beberapa juga tertusuk di kaki Papinya. Benar saja pasti ini sakit..   “Ahhh sakit….”    “Tahan, Pi. Ini emang agak banyak di kaki pasti sakit dan juga gatel.” Satu persatu duri itupun terlepas. Cuma tetap saua untuk bangun kaki hHarry masih terasa sakit juga.      “Stev mending kamu enggak usah urusin Papi kamh bawa adikmu dulu pergi dari sini. Buruan sana.”   “Ayo, Papi. Papi bangun Steven yakin Papi bisa kok. Ayo, Pi steven bantu.”  Steven menaruh tangan Harry di pundaknya. Manusia kanibal itu semakin dekat. Namun, akhirnya dengan paksaan Harry bisa jalan dengan bantuan Steven. Kakinya perih gatal semua jadi satu tapi tetap saja dia tahan.   “Ayo, Estel kamu jalan di samping kakak jangan di belakang kakak. Buruan jalan lebih dulu.”   “Iya, Kak.” Mereka berjalan lagi ke depan. Kepala Estel sebenarnya pusing karena benturan di kepalanya. Tapi, dia tidak mau menyusahkan kakak dan Papinya jadi dia lebiy memilih menahan. Dia berjalan masih dengan sempoyongan tapi dia pasti bisa.   “Estel buruan jamgan lama-lama.” Steven terus mengaba-ngaba agar adiknya itu berjalan cepat.     Tiba-tiba di depannya terdapat manusia kanibal yang lain yang mencegahnya. Seketika Estel berhenti berlari. Steven dan Harry pun demikian. Estel mundur ke belakang hingga dia menabrak kakaknya.   "Kakak gimana ini?"   "Kalian tenang dia belum lihat kita."   "Tapi, di belakang kita, Pi," ucap Estel lagi. Harry melihat ke arah belakang. Lagi-lagi mereka dalam bahaya. Di cegat empat manusia kanibal depan maupun belakang. Kaki Harry masih perih tapi tidak mungkin dia mengeluh kalau saja sekarang anak-anaknya dalam bahaya.   "Papi, mau ngapain?" tanya Steven saat melihat Papinya saat ini melepaskan diri darinya. Dengan terpincang-pincang Papinya itu melangkah mengambil sebuah kayu. Manusia Kanibal itu sudah dekat. Tidak ada pilihan lain selain menghadapi. Jadi, yasudah Harry akan memutuskan untuk melawan.   "Pi...."   "Kalian tetap diam, Papi akan melawan mereka. Jangan sampai Papi lawan mereka monster lain datang jadi kamu tenang aja ya."   "Pi, Estel takut." Steven memeluk adiknya lantas menggendongnya kemudian dia menengok ke kanan Kiri. Dan mengambil sebuah kayu runcing.   "Stel, kakak udah pernah bilang belum jangan pernah ngerasa takut sama apapun demi menyelamatkan diri kita." Estel mengangguk. Tapi, dia tidak mengerti maksud dari kakaknya itu.   "Nah kamu pegang itu. Kita harus bantu Papi jangan sampai Papi ngelawan mereka sendiri. Ayo."   "Tapi, Papi enggak berani."   "Harus berani ayo Estel. Kalau semakin lama yang ada kita semua mati. Ayo buruan." Steven maju lebih dulu. Estel masih memegang kayunya itu dia masih gemetar. Tapi, akhirnya dia maju juga.   Harry melihat ke arah anak-anaknya, "Stev, kamu ngapain. Bawa adik kamu pulang jangan buat dia bahaya."   "Kita lawan ini sama-sama, Pi. Papi jangan khawatir kita pasti baik-baik saja. Ayo." Harry akhirnya setuju. Walaupun dia keberatan tapi kalau kayak gini semoga saja semua baik-baik saja.      Steven menusuk manusia kanibal itu, tapi tetap saja manusia kanibal itu lebih lincah. Seakan tidak ada takutnya dengan apapun. Dia sudah menusuk tangan, bahu bahkan d**a Manusia itu.   "Ahhh kakak tolong," ucap Estel. Steven dan Harry langsung melihat ke arah adiknya. Sial adiknya ditarik oleh dua orang manusia kanibal itu. Estel sudah meronta tapi tangannya tidak sekuat mereka.    Dia ditarik Steven masih melihat ke arah Estel dia belum bisa untuk membantu adiknya. Harry pun sama dia masih menahan manusia kanibal itu.   "Badebah!!!" Harry langsung menendang d**a Manusia itu hingga terjatuh. Menusuk matanya dengan brutal. Manusia itu hanya memgaduh tanpa mengeluarkan suara keras. Entahlah makhluk apa dia sebenarnya. Manusia tapi aneh.    Steven melihat Papinya.melakukan itu langsung meniru saja. Tapi, ternyata tidak semudah itu. Dia harus mendapat tangkisan dari makhluk tersebut.    "Papi...." teriak Estel. Setelah teriakan Estel bertepatan dengan suara auman monster itu. Harry semakin panik.    Saat kapak manusia kanibal itu ingin membelah leher anaknya. "Estel!!!!" teriak mereka semua.   Terdengar suara seperti hantaman. Tapi, Harry dan Steven masih menutup matanya. Dia seketika kaku ingin berjalan. ......      Angelina mencari keberadaan anak Dan suaminya. Perasaannya dari tadi tidak enak. Anak bungsunya sejak tadi menangis. Pikirannya terawang ke anaknya. Entahlah ini akan menjadi pilihan tepat atau tidak dia akan mencari mereka.   "Dek, kita Papi sama Kakak kamu ya. Perasaan Mami enggak enak. Kamu nanti jangan rewel ya, nak," ucap Angelina mengelus kepala anaknya. Dengan membawa samurai milik suaminya dia pergi mencari mereka.   Seharusnya mereka sudah pulang tapi ini masih saja belum. Mana hari sudah semakin malam. Angelina menyusuri hutan dengan menggendong anaknya.  Mengamati kanan-kiri.   Lama dia berjalan, kemudian dia mendengar sebuah suara ribut-ribut. Awalnya Angelina ingin membiarkannya tapi mendengar suara anaknya dia langsung saja berlari menghampiri anaknya.    "Tolong ... Papi...." Terdengar jelas suara Estel di sana.  Dia berlari sangat cepat sampai akhirnya tidak jauh dia melihat anaknya dibawa oleh dua orang aneh itu.   Suami Dan anak pertamanya masih memburu manusia aneh yang lainnya. Dia pun menjadi bingung harus menolong yang mana. Apalagi tidak mungkin dia membantu dengan membawa Eveline.   Sudahlah tidak ada pilihan lain. Dia harus segera menolong anaknya itu. Dengan samurai panjang yang dia bawa. Langsung saja dia berlari ke arah mereka berdua yang akan memenggal kepala Estel.     Entah mendapat kekuatan dari mana Angelina pun langsung saja memenggal kepala dua manusia itu. Anaknya langsung terlepas Dan terjatuh saat dua kepala bergelinding begitu saja.   "Ma ... Mami...." Estel syok saat melihat ternyata Maminya datang dan langsung memenggal kepala manusia aneh itu dari belakang.   "Estel kamu enggak papa 'kan?" tanya Angelina langsung saja. Harry dan Steven membuka matanya. Ternyata istrinya datang bersama anaknya.   "Harry awasss belakangmu!!!" pekik Angelina. Di belakangnya manusia aneh itu hampir saja menusuk Harry dan anaknya. Untung Angelina langsung teriak dan membuatnya menghindar bersama anaknya.   "Harry pakai itu," ucap Angelina memberikan samurai itu Dan melemparnya tepat di bawah kaki Harry.   Harry dan Steven menoleh ke belakang. Harry mengambil samurai itu Dan menyerahkan kayu tadi ke Steven untuk melawan mereka.    Satu persatu mereka semua tumbang. Seakan tidak ada takutnya sama sekali. Angelina memeluk Estel, begitupun dengan anak bungsunya.   Setelah manusia aneh itu mati satu persatu. Harry bangkit bersama Steven. Menuju ke arah Angelina Dan anak-anaknya.   "Kalian enggak papa 'kan?" tanya Harry.   "Enggak papa, Pi. Kaki Papi makin banyak darahnya," tunjuk Steven. Angelina pun dari tadi tidak tahu kalau dia tidak melihat Hal itu.   "Yaudah ayo buruan kita pulang. Estel kening kamu juga berdarah sayang."   "Enggak papa kok, Mi. Kaki Papi yang banyak darahnya."   "Yaudah ayo buruan kita pulang," ajak Harry lagi. Dengan kaki terpincang-pincang mereka pun berjalan pulang ke rumah. Manusia-manusia itu mati. Steven sempat memikirkan ada berapa banyak jumlah mereka. Seakan tidak ada habisnya saat monster menyerangnya ataupun keluarganya yang membunuh mereka. .....   Sampai di rumah Estel langsung dimandikan oleh Maminya. Steven memilih membersihkan ikan-ikan yang untung masih sempat mereka bawa pulang. Tidak apa malam ini mereka makan ikan lagi asalkan mereka tetap dalam keadaan selamat.   Harry membersihkan lukanya lebih dulu dari pada takut infeksi. Dia melihat betapa lebarnya Luka dari kakinya itu. Tadi, tidak selebar ini. Tapi, karena tadi dia berjalan dan belum lagi melawan manusia-manusia kanibal itu jadilah Luka itu makin melebar.   "Pi, mandi dulu saja sana. Nanti lukanya biar aku carikan obat," ucap Angelina membawa Estel yang masih terlilit handuk setelah selesai mandi.   "Iya," jawab Harry lalu bangkit untuk menuju ke kamar mandi. Angelina mengambil baju untuk anaknya, sedangkan Estel mengeringkan badannya. .....
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN