Hampir Saja

2008 Kata
"Mereka sudah panik takut terjadi sesuatu ternyata...." ****         Harry menghela napasnya bersama dengan Joe. Ternyata itu hanya seekor Anjing yang terjerat dalam semak-semak.      "Pi, ada apanya di sana?" tanya Estel takut-takut.    "Cuma Anjing udah kamu diam saja di sana bersama Lili dan Kakakmu. Papi akan membantu Anjing ini dulu," ucap Harry kepada Estel mengangguk, "Hati-hati, Pi."     Harry dan Joe melepaskan Anjing tersebut. Namu, sudah dilepaskan Anjing itu malah menggonggong. Lili bersama mereka panik. Harry mencoba menahan suara Anjing itu. Joe memegang badan Anjing itu mencoba tetap menutup mulut Anjing itu. Tapi, sial. Harry malah di gigit.    Suara monster itu sudah terdengar. Harry langsung mengaba-ngaba Joe untuk segera kabur. Tidak mungkin mereka diam di sana, hanya hitungan beberapa detik monster itu pasti dengan cepat akan datang.   "Joe lepaskan Anjing itu. Ayo kita kabur," ucap Harry. Harry langsung berlari. Joe pun ikut berlari. Tapi, sial anjing itu malah ikut berlari dan terus menggonggong. Harry langsung menggendong Estel menarik Steven untuk cepat berlari.     Joe melihat ke belakang. Suara monster itu kian dekat, dia lebih baik mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Dia langsung mengikat tangannya dengan kain tersebut. Dengan keberanian akhirnya dia berbalik arah. Harry yang menoleh ke belakang sontak terkejut dengan Joe. Di belakang sana sudah ada monster yang siap untuk menerkam monster itu.      Harry bukannya egois tapi dia langsung bersembunyi dibalik pohon besar bersama keluarganya. Harry menyuruh anak-anaknya untuk tenang. Dia akan segera melihat keadaan Joe. Tapi, saat dia akan keluar Estel menarik bajunya dan menggelengkan kepalanya.      Harry dengan isyarat tangannya menyuruh Estel melepaskannya. Tapi, Estel menggeleng dia tidak mau kalau Papinya pergi ke sana.     Harry tidak mau kalau dia malah menjadi penyebab Joe mati karena dia meninggalkannya. Suara monster itu sangat dekat atau bahkan sudah berada di sekitarannya. Semua merasakan detak jantung yang berdebar kalau sampai Joe benar-benar termangsa oleh monster itu dia yang akan merasakan rasa bersalah.      Beberapa menit kemudian suara monster itu sepertinya sudah tidak ada. Mereka berjalan pelan-pelan. Harry tetap menggendong Estel yang bersembunyi di dadanya. Lili dan Steven Berjalan di belakang Harry. Rasa takut menjalar di sekujur tubuh mereka. Harry melihat ke kanan Kiri tidak ada bekas darah apapun. Di mana Joe berada.    "Joe ... Kamu di mana?" panggil Harry masih dengan suara pelannya. Apakah Joe masih hidup, kenapa dia tidak ada di mana dia.   "Joe...." Lili mencari keberadaan Joe juga. Tidak ada dia.    "Tuan apa itu artinya...."   "Tidak, Li kamu tidak perlu berfikiran buruk terlebih dahulu. Di sini tidak ada jejak darah apapun. Ayo kita cari Joe." Mereka mulai mencari Joe ke semak-semak tempat lain. Hingga akhirnya dia menemukan Joe yang pingsan dengan Anjing yang berada di sampingnya.    "Joe bangun, Joe." Harry menepuk pundak Joe yang masih pingsan. Anjingnya berada di sebelahnya menunggu dengan tenang. Mulut Anjing itu terikat oleh kain hingga tidak bisa bersuara. Beruntung Joe berani tadi berbalik arah padahal Harry sudah was-was kalau Joe akan berakhir naas di tangan mosnter itu.    Tadinya, dia sudah ingin mengeluarkan alat-alat pengeras suaranya tapi karena dia juga panik dan bingung ingin melakukan apa jadi akhirnya malah berlari bersama keluarganya tanpa memikirkan Joe.    "Li ambilkan air," perintah Harry.   "Iya, tuan." Lili mencari air minum yang mereka bawa. Air itu berada paling bawah jadi agak susah diambilnya.   "Nih, Tuan."     "Terimakasih. Oiya coba ambilkan daun yang tadi kita bawa." Daun itu mengeluarkan bau yang lumayan menyengat. Semoga aja bisa membangunkan Joe yang pingsan.    "Iya, Tuan." Lili mencari lagi plastik yang berisi daun untuk diberikan kepada Joe. Harry dengan sabar memijit kening Joe. Anak-anaknya juga memijit kaki dan tangan Joe. Anjing itu seakan tidak dipedulikan berada di sebelahnya. Penutup mulut pun tidak dibuka. ......    Angelina mendengar suara auman Monster itu. Dia lantas langsung terduduk.  "Eh ada suara monster itu. Apa artinya ada mangsa lagi," ucap salah satu dari mereka. Angelina yang mendengar itupun langsung lemas. Suami dan anak-anaknya masih berada di luar tidak bersamanya.   "Iya tumben banget yuk keluar takut kalau terjadi sesuatu."   "Iya bener. Suara monster itu lumayan jauh tapi kedengeran kayaknya emang bener deh dekat sini ada yang jadi korban." Ucapan mereka membuat Angelina malah semakin down.   "Udah jangan ngomong kayak gitu. Soalnya kan salah satu keluarga di sini ada yang suaminya sok-sok an ke luar buat ngabisin monster itu lagian enggak masuk akal aja. Monster sebanyak itu mau dia musnahkan gimana caranya coba.   "Nah iya, bener. Kita mah berdoa aja ya semoga bukan mereka." Angelina malah tersulut emosi dia yang tadinya sabar menghampiri wanita-wanita itu.   "Kalian kenapa sih selalu enggak suka sama keluarga saya. Suami saya dan anak-anak saya sedang berjuang di luar buat kita semua terbebas dari sini kenapa kalian malah nyudutin suami saya." Angelina sudah merasa kesal. Air matanya menetes pikirannya campur aduk. Saat wanita itu hendak menjawab lagi suara monster itu terdengar sangat keras lagi. Hingga membuat Angelina pun melihat ke atas. Semua burung-burung berlarian.    "Selamatkan suami dan anak-anaku. Aku belum siap kehilangan mereka," batin Angelina berdoa agar suaminya kembali. Angelina tidak akan marah kalaupun suaminya pergi kembali tanpa hasil apapun asalkan suaminya kembali berkumpul bersama.    "Duh biasanya suara monster itu datengnya cepet kenapa sekarang lama banget ya. Apa terjadi sesuatu," ucap salah satu dari mereka lagi.   "Iya juga ya."   "Enggak suami saya pasti masih baik-baik saja. Anak-anak saya juga pasti baik-baik aja," ucap Angelina yang terasa sangat depresi. Ucapan negatif mereka membuat Angelina berfikiran buruk. Tapi, dia percaya kalau semua itu hanya kebohongan belaka pasti mereka baik-baik saja.       "Tenang, Bu Angelina. Keluargamu pasti baik-baik saja." Salah satu dari.mereka yang masih merasa kasihan dengan Angelina lantas membantunya. Sedangkan mereka yang membenci Angelina hanya melihat Angelina saja. Mereka membantu Angelina berdiri, salah satunya lagi menggendong anak Angelina. Angelina dibantu berdiri oleh mereka dan dibawa masuk ke dalam.     Gorge yang baru melihat Angelina dibantu berjalan lantas menghampirinya, "Angelina kamu engga papa."   "Gorge gimana bisa aku tahu keadaan suami dan anaku sekarang. Perasaan aku enggak enak."   "Tenang, Angelina mereka pasti baik-baik aja. Kita enggak usah berfikiran buruk. Lagian mereka baru pergi tadi pagi kok."   "Tapi, aku ngerasa kalau ada sesuatu di antara mereka." Angelina tetap mengutarakan perasaan khawatirnya.   "Udah nanti aku bakal coba cari Cara Untuk bisa tahu keadaan mereka. Mbak bawa Angelina dan anaknya ke dalam biar saya yang cari tahu asal suara monster itu. Gorge menyuruh mereka yang membantu Angelina masuk ke dalam. Mereka pun mengangguk dan masuk ke dalam.      Gorge melihat ke atas burung-burung masih berhamburan begitupun dengan suara monster yang masih terdengar. Gorge tidak tahu apa yang sedang terjadi di saja. Tapi, dia berharap kalau mereka akan baik-baik saja.   "Pah, aku jadi kasian lihat Angelina. Kalau sampe suami sama anak-anaknya kenapa-kenapa gimana?" tanya istrinya yang datang dan berada di sebelahnya.    "Udah kamu jangan berfikiran buruk juga kasihan nanti Angelina sama Bayinya. Ibu menyusui bukannya enggak boleh banyak pikiran?"     "Ya iya. Cuma aku ngerasain aja jadi Angelina. Orang-orang pada iniin keluarganya mulu. Sekarang malah Harry lagi berjuang di sana mereka saling membuat drop Angelina dengan kata-kata asal mereka.       Istri Gorge sudah mendengar semua tentang Angelina. Dia juga yang melarang suaminya untuk ikut Harry karena dia takut juga kalau terjadi sesuatu dengan suaminya.  ...         Akhirnya Joe sadar juga. Harry langsung memberikan minum kepada Joe pelan-pelan.     "Minum dulu, Joe." Joe pun minum dengan perlahan-lahan.    "Aku masih hidup."   "Maaf ya, Joe tadi saya enggak bantuin kamu. Pikiran saya udah Berkecamuk saat kamu masih di belakang. Saya cari kamu juga tahunya kamu di sini."   "Iya, saya langsung mengambil Anjing ini menutup mulutnya rapat dan mengikatnya. Kalau kita lari kemungkinan lolos itu kecil jadi mau tidak mau saya berbalik arah dan mengambil Anjing itu." Lili yang mendengar spechelees. Joe rela melakukan Hal seperti itu padahal itu sangat berbahaya.   "Lain, kali mending kamu lari dulu menyelamatkan diri."   "Saya cuma takut kalau terjadi sesuatu dengan kalian kalau saya buru-buru pergi."    "Hmm, yasudah sekarang kan sudah tidak apa-apa. Kita istirahat di sini dulu. Kalian udah laper belum? Kalau udah laper kita makan aja dulu untuk balikin stamina kita."   "Aku belum lapar, Pi. Kita baru jalan belum jauh dari rumah juga. Jadi, Estel belum laper."   "Steven juga belum laper, Pi. Steven makan nanti aja. Kalau yang lain lapar yasudah biar yang lain saja lebih dulu."    Harry mengangguk dia bertanya kepada Lili dan Joe gantian, "Kalian mau makan dulu sebelum kita jalan lagi?"    "Saya juga masih sama Tuan masih kenyang," jawab Lili.   "Joe kamu mau makan dulu?"   "Enggak, Om mending kita lanjut jalan lagi."    "Kamu yakin udah enggak papa? Saya lihat kamu masih pucat."   "Tidak apa, Om sudah agak mendingan. Tapi, kenapa alat tadi tidak om gunakan saja?"    "Saya belum mau menggunakan karena kita masih dekat dengan rumah, Joe. Di sini kita bisa selamat, saya takut malah monster itu berlarian ke sana dan akan banyak menambah korban nantinya." Joe pun mengangguk.mengerti. Tadi, dia sempat berfikir kalau Joe ingin menyelamatkan diri sendiri karena kabur sendiri. Tapi, setelah tahu Harry mencarinya dia berubah pikiran lagi. Harry benar-benar orang baik.   "Oh gitu, yaudah yuk, Om kita jalan lagi. Nanti kalau semakin siang, semakin panas kita harus cari tempat yang aman bukan?"   "Ya benar. Ayo kita pergi." Mereka Semua bangkit. Lalu, Lili berucap, "Anjing ini gimana?"   "Biarkan saja dia yang udah buat kita bahaya tadi," ucap Estel kesal dengan Anjing itu.   "Mending kita bunuh aja, Anjingnya buat makan," jawab Estel lagi.   "Joe Anjing ini mau diapakan? Kalau kita buka penutup mulutnya apa dia enggak akan menggonggong lagi?" tanya Harry.   "Saya juga enggak tahu, Om. Tapi, kalau kita biarkan di sini dengan mulut tertutup seperti itu bukannya kasihan," ucap Joe. Walaupun Anjing itu sudah membuat mereka.dalam bahaya tapi kasihan juga kalau Anjing itu tetap di sini dalam keadaan seperti itu yang ada belum lama pasti Anjing itu akan mati.   "Yaudah kita buka aja."    "Pi, kalau dibuka nanti dia menggonggong lagi terus kita diserang monster," ucap Estel menahan tangan Harry yang hendak membukanya.   "Enggak kok semoga aja." Harry dengan yakin mengelus kepala Anjing itu.   "Kamu akan saya bukakan penutup mulutnya, tapi tenang kalau kamu tidak tenang dan bersuara lagi kami akan membunuhmu," ucap Harry kepada Anjing itu. Entahlah Anjing itu paham atau tidak, saat Harry mengelus kepala Anjing itu sambil berucap Hal tersebut.   Mereka was-was saat Harry membuka pengikat tali yang mengikat mulut Anjing tersebut. Joe membantu Harry dengan mengikat tangannya sendiri lalu memegang Anjing itu. Setelah sedikit terbuka kepala Anjing itu menggeleng ke kanan dan kiri. Dia pun lantas dengan cepat memegang mulut Anjing itu.     Ternyata Anjing itu nurut tidak bersuara, mungkin dia mengerti ucapan Harry tadi. "Tenang ... tenang ... Kalau kamu berisik kita semua akan mati," ucap Joe.   Anjing itu nurut dia diam saja saat Joe sedang menutup mulutnya, "Terus mau dibawa ke mana Anjing ini?" tanya Lili.   "Kita tinggal aja di sini, yuk kita jalan lagi." Harry mengajak mereka untuk jalan lagi dan mereka mengangguk.      Tapi, Anjing itu malah mengikuti mereka dari belakang, "Anjing kamu diam di sini aja ya. Kamu enggak bisa ikut kita," ucap Joe menaruh Anjing itu ke dekat pohon itu lagi. Mereka berjalan lagi tapi Anjing itu ikut lagi bersama mereka.     Harry melihat ke arah Joe dan yang lainnya, "Kalian enggak keberatan kalau Anjing ini ikut kita aja 'kan?" tanya Harry dengan hati yang selalu merasa kasihan. Banyak Hal yang Harry selalu korbankan tapi orang-orang memanfaatkan kebalikannya dan sering menusuk Harry dari belakang, contohnya Tono dan juga Octa.   "Pi, nanti kalau dibawa terus kenapa-kenapa gimana? Aku enggak mau ah yang ada kita mati sama monster," ucap Estel yang selalu membenci sesuatu kalau sesuatu itu membuat kekacauan.   "Udah yuk kita jalan aja. Biarin Anjing itu jalan sendiri di belakang kita kalau emang mau ikut," ucap Harry mengajak mereka lanjut jalan. Mereka mengangguk jalan lagi. Saat menoleh ke belakang ternyata Anjingnya mengikuti mereka dari belakang. Estel memelototi Anjing itu tapi tetap saja Anjing itu ikut dengannya. Joe dan Lili saling pandang dan tersenyum malah melihat tingkah Estel.     Joe mencoba untuk menyentuh tangan Lili untuk menggandengnya, Lili yang melihat Joe ingin menggandengnya langsung menjauhi tangannya. Bukan karena apa dia juga merasa gimana saat Joe ingin menggenggam tangannya. Setelah itu Lili hanya menunduk malu. Joe menarik tangannya lagi tidak jadi menggandeng Lili.      Tadinya, dia hanya ingin lebih dekat dengan Lili. Tapi, sepertinya Lili masih malu dengannya. Semoga saja nanti dia ada kesempatan dekat dengan Lili. Wanita pertama yang baru ditemui dengan aura yang berbeda.membuatnya.merasa aneh. ......        
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN