Meredakan detak tak normal di d**a, perlahan ia menarik diri meski kening mereka masih menyatu. Lelaki itu terdiam beberapa detik menatap wajah jelita bersemu merah di kedua pipi, bibirnya merekah bagai kelopak bunga mawar yang indah. Tidak berhenti di situ, ia menatap alis tebal tertata rapi membingkai kelopak mata tertutup. Ini gila, bagaimana bisa ia begitu menginginkan wanita yang jelas telah memiliki kekasih. Dhito tahu ini jelas salah. Menutup mata sebentar, Dhito harus melepaskannya... menjauh adalah pilihan tepat agar ia tetap waras. Merebut kekasih orang lain bukanlah dirinya, tidak akan pernah mengukir cinta diatas luka orang lain. "Kamu benar, menjauh memang terbaik buat kita." Bisiknya berhasil membuat kelopak mata tersebut terbuka sepenuhnya, lalu tatapan terkesiap terlih