No secret!
Brian Mahendra Hotel yang lebih terkenal BM Hotel. Sebuah hotel besar berbintang lima di dirikan sejak puluhan tahun lalu, dikelola secara turun menurun kian pesat sebab beberapa pengusaha kaya raya menanam saham di sini. Sayang penerus berikutnya dikabarkan lebih tertarik membesarkan sebuah restoran kekinian yang juga namanya kian besar beberapa tahun terakhir, bahkan sedang membuka cabang di mana-mana.
Tyas tersenyum melihat foto pernikahan bahagia itu terpampang besar disalah satu majalah bisnis yang di belinya tadi. Chef Arsya dan istrinya, yang tak lain sahabatnya. Ya sita, setengah tahun lalu menikah dengan pewaris Hotel tempatnya bekerja. Pesta besar yang menjadi atensi beberapa surat kabar. Sebulan lalu sahabatnya itu hamil, dan sang suami melarangnya untuk bekerja lagi.
Memeluk majalah tersebut, Tyas melangkah pasti masuk ke dalam Hotel. Astaga dia terlalu cinta dengan BM Hotel, sampai pikiran Resign beberapa bulan lalu dia batalkan. Yap, itu benar sekali. Beberapa bulan lalu ada hal yang membuat dia ingin Resign, tetapi dia berpikir ulang. Mungkin suatu hari nanti, jika dia memiliki alasan kuat maka ia akan Resign.
Ya, apa pun alasan yang membuat dia harus melakukan itu.
"Tyas! Tyas!" sebuah suara memanggilnya, melihat siapa pemilik suara tersebut. Tyas yang sudah di depan lift segera menekan tanda buka lift.
"Eh.. Teh Santi!" diantara sahabatnya, Tyas yang paling muda. Usianya saja baru dua puluh lima, tahun ini.
Santi menetralkan napasnya setelah berlari mengejar Tyas, "You know what, tua itu penyakit yang nggak bisa di tolak!" dia bersungut-sungut.
Tyas tertawa, lalu memberi akses sahabatnya itu masuk lebih dulu. Beberapa karyawan lain ikut bersama satu lift dengan mereka.
"Iya makanya jangan mengomel terus teh, Tyas pernah dengar apa baca tapi lupa, bahwa menggerutu, mencaci ya sekelas mengomel itu salah satu yang mendorong penuaan dini-astaga! sakit teh!" belum selesai kalimatnya, Santi sudah mencubit lengannya karena gemas.
"Memang siapa coba yang lebih sering bikin gue ngomel? Lo, kan!" Santi mendelik kesal, Tyas makin senang menggoda sahabatnya itu.
"Gue gemesin gini kok, coba liat baik-baik wajah gue teh. Gue manis lho!"
Santi memutar bola matanya malas. "Saking manisnya, si Dhito aja mual sama lo!"
"Oh my goodness! Tajamnya bibirmu teh!" Tyas berdrama dengan pura-pura mengelus dadanya dan Santi menghela napas dalam-dalam, meledek Tyas memang hal menyenangkan. Tetapi, dia yang akan jengkel sendiri.
Apalagi setelah Sita Resign, dia dan Rere harus rela menghadapi Tyas yang suka bagi-bagi dosa.
Lift berhenti di mana ruang Finance berada, "Gue duluan ya teh. Bye!"
"Ya, gue ada perlu sama Rere. Nanti kabari di grup kalau mau makan siang."
"Siap!"
Lalu Tyas bersenandung kecil, melangkah ringan masuk ke ruang Finance. Semenjak Sita Resign, yang menjadi atasannya adalah Luna, wanita cantik berusia lima tahun di atasnya dan berstatus seorang janda tanpa anak. Ya, setelah itu gosip selalu merebak mengatakan bahwa kursi Finance controller di BM hotel ini memang selalu pantas untuk perempuan-perempuan cantik dan cerdas.
Setelah primadona satu lengser, langsung digantikan dengan primadona lain. Lagi pula menurut Tyas, memang yang paling cocok mengatur keuangan adalah seorang wanita.
"Morning, Tyas. Baru datang?" sapa sebuah suara lelaki yang sangat familier langsung membuat telinga wanita itu tegak, Tyas mendongak sampai menemukan Dhito-kepala HRD berdiri di depannya.
"Ya ampun, bapak nggak bilang-bilang berdiri di situ." Tyas terkejut mendapatkan Dhito bersandar di depan meja kerjanya.
Lelaki itu selalu tampan setiap harinya, seperti hari ini kemeja maroon yang tampak licin terasa pas di tubuhnya yang bidang dan berotot kencang, ah sepertinya lalat pun akan tergelincir jika berjalan di kemejanya yang begitu licin. Lalu pandangan Tyas naik mengamati wajah Dhito yang bersih, dia tidak pernah terlihat memelihara bulu di rahang atau hanya sekedar kumis tipis. Selalu rapi, gambaran cowok Metroseksual sekali.
Tetapi jelas Dito jantan sudah pasti. Saking jantannya, Tyas tahu dia ini seorang Player yang kerap gonta-ganti pasangan. Tyas susah payah menelan ludahnya, saat menatap matanya yang gelap bagai buah zaitun, bibirnya cukup merah alami walau Dhito adalah perokok. Alisnya tebal dan bulu mata lentik semakin sempurna dengan hidung yang mancung.
"Tyas.. Hallo!"
Dhito bukan tidak sadar, bahwa wanita jelita di hadapannya ini sudah terdengar sejak lama menaruh minat padanya. Tetapi, Dhito lebih berminat dengan perempuan tinggi semampai dan bertubuh sintal, tentu saja dengan d**a dan b****g yang besar.
"Iya-iya pak?" Tyas tergagap salah tingkah telah tertangkap basah sedang mengamati Dhito.
Tyas please kendalikan mata lo!bisiknya dalam hati.
"Udah selesai menatap saya-nya?"
"Hah? Siapa pak?"
Tyas berhenti bertingkah konyol! Dhito akan makin ogah sama lo! Lagi-lagi hatinya memperingati.
Dhito menggeleng kecil, dia terkekeh melihat wajah polos Tyas yang lucu dengan ekspresinya tersebut.
"Kamu Tyas, memang siapa lagi yang ada di sini?" katanya sarkasme.
"Oh, abis bapak kenapa sih makin hari makin so handsome!" Tyas langsung menggigit bibirnya saat tahu dia kelepasan bicara.
Tawa dhito menggelegar, "Ternyata benar ya, kamu ini.. No secrets!" ya Tyas terkenal karyawan BM Hotel yang tidak ada rahasia.
Tyas tersenyum kikuk. "Ups! sori pak! itu pujian atau ledekkan, ya?" katanya, benar-benar wanita itu!
Dhito kian tertawa, "Kamu tahu Tyas, sepertinya saya akan memikirkan kamu untuk pindah ke ruangan saya." Katanya tiba-tiba yang tentu saja membuat pipi Tyas bersemu kemerah-merahan dan senyumnya yang malu-malu.
Kalau ada sahabatnya pasti mereka akan meledek-astaga lo bukan malu-malu tapi memalukan!
"Buat menemani bapak, ya? Tyas mau pakai banget lho pak!" Tyas tidak akan bosan melempar godaan pada Dhito.
Pandangan mata mereka tidak terlepas, saling memperhatikan.
"Kamu nggak tanya alasannya apa?"
"Memangnya apa pak?"
"Kamu memang benar-benar polos. Hm, Sepertinya suntuk saya akan hilang kalau punya karyawan seperti kamu. menghibur." Katanya dan langsung berbalik melangkah menuju ruangan Finance controller, sebelum masuk dia berhenti, lalu berbalik dan mendapati Tyas masih menatapnya.
"Thank you Tyas, selamat bekerja." Ujarnya dan melempar senyum yang teramat manis sampai membuat Tyas meleleh!
"Astaga! Itu barusan dia kasih senyum ke gue! Oh ya ampun! tolong kenapa Dhito bisa manis banget!" monolog-nya.
"Putra, sini cubit gue! Duh gue nggak mimpi kan lihat pak Dhito kasih yang manis-manis pagi-pagi gini!"
Putra--karyawan finance yang lebih muda darinya kebetulan lewat, lelaki itu menggeleng tidak terkejut lagi melihat seniornya. "apaan sih teteh, ada-ada aja!"
Sementara karyawan Finance lain yang memperhatikan hanya bisa menggelengkan kepala. Karena bukan rahasia, Tyas menyukai Dhito-lelaki berkarisma seorang kepala HRD BM hotel.
Ya, cinta Tyas Larasati bukan cinta diam-diam layaknya pengagum rahasia. Dia akan blingsatan, malu-malu, salah tingkah saat berhadapan dengan Dhito. Tetapi, bukan berati dia akan menghindar.
Justru, Tyas Larasati si No secret akan dengan senang memakan segala gurauan si lelaki idamannya itu.
Sementara Dhito tidak terlalu memikirkan, karena bukan hanya Tyas yang memiliki perasaan kagum dan tatapan memuja seperti itu padanya. Lagi pula Tyas Larasati terlalu polos untuk menjadi salah satu yang ia permainkan. Dhito lebih suka yang memiliki pengalaman, tentu saja seperti wanita yang akan di temuinya saat itu.
Dhito penghuni BM Hotel yang terlalu misterius, setelah Sita. Lelaki itu yang paling sulit terterpa gosip di BM Hotel tempatnya bekerja.
***
"Tyas, lho kenapa sih senyum-senyum sendiri?" Tyas mendengus, Ya Tuhan dia lupa bahwa sahabatnya-Rere-itu seakan sangat anti melihat Tyas bahagia dengan apa yang di halukan itu.
"Namanya orang jatuh cinta, kadang memang jarum warasnya mundur sih." Santi menambahkan.
Tyas kembali memutar bola matanya. Mereka berdua membicarakannya seakan Tyas tidak ada disana.
Yang benar aja!
"Lho udah ngerasain bibir si Dhito?"
"Hah? APA?" Tyas tetap saja terkejut mendapat lemparan pertanyaan khas Santi seperti itu.
Mereka sedang mampir di sebuah warung bakso-mie ayam langganan yang tidak jauh dari Hotel, ini hari Jumat, sejak pertama mereka dekat juga karena mereka-Tyas, Rere, Santi, Sita dan Yulia—Mereka-mereka adalah perempuan gembul doyan jajan.
Santi mengelap keringat di kening dengan tisu yang ia bawa, tempatnya begitu ramai pengunjung, kipas angin yang bergerak kanan-kiri juga tidak cukup membuat tempat ini tidak panas, belum lagi sambal yang sangat pedas.
"biasa aja kali, kayak pertanyaan gue ini seakan nuduh lo curi cium bibir si Dhito!" Dia mencibir.
Tyas tertawa, dan berusaha tidak tersendak bakso bulat yang baru masuk mulutnya mengunyahnya sampai halus dan menelannya barulah ia menjawab.
"Kalian seperti baru kenal gue sehari deh, kalau pun gue mendapatkan 'itu' sudah pasti gue ceritakan kali. Hal baik itu jangan di tutupi, harus dibagikan, pahala, kan?" jawabnya khas Tyas Larasati sekali.
Rere menyeringai mendapati pipi Tyas tercuri pandang berwarna kemerahan. "Itu? Itu apa sih? kalau ngomong yang jelas."
"Ya, itu. Ci-ciuman."
Rere dan santi saling lirik lalu tidak lagi bisa menahan tawa begitu mendapati Tyas malu-malu.
"Perawan lain ya, San. Mau ngomong ciuman aja malu-malu!" Rere sangat senang menggoda sahabatnya itu. Sebab Tyas ini teman yang asyik, tidak pernah tersinggung dan memasukkan ke hati ketika mereka saling melempar gurauan seperti saat ini.
Tyas ini jelita lho menurut teman-temannya, memiliki badan yang cukup proporsional hanya saja memang anak itu lebih suka memakai pakaian agak longgar dan sopan. sedangkan kulitnya putih begitu bersih. Anak itu rajin perawatan ini dan itu, meski sahabatnya yang lain yakin setiap bulan Tyas akan merangkak menutupi kebutuhan sampai gajinya turun lagi. Jika gaya hidupnya terus begitu.
Tetapi, sejauh ini anak itu terlihat baik-baik saja. paling royal diantara yang lain. Meski, pakaiannya juga tidak bermerek mahal dan mencolok. Setiap pergi dia lebih suka memakai celana jeans pudar dan kaos polos. Make up saja tidak berlebihan, walau sahabatnya tahu dia memakai merek make up harganya mahal.
Sejauh ini, Tyas yang serba terbuka pada sahabat-sahabatnya. Mereka yakini, Ya Tyas Larasati apa adanya.
No Secret alias tidak ada rahasia.