Sepanjang perjalanan, Dhito membiarkan Tyas diam. Dia menyetir mobil masuk ke area sebuah restoran cukup lenggang barulah ia mendapat protes dari wanita itu. “Siapa yang mau makan?" "Tentu saja kita." "Sori yah pak, saya nggak bilang lagi lapar” katanya ketus. Dhito terkekeh, sudah biasa mendengar nada begitu “tapi kita perlu bicara.” “Banyak tempat, nggak perlu di restoran seperti ini juga. Lagi pula bapak yang mau bicara, bukan saya.” Kata Tyas lagi lalu kembali menatap keluar jendela dan dia tahu Dhito menuruti saat mobil berbelok kembali untuk keluar dari sana. Namun, senyum Tyas lenyap saat Dhito malah membawanya ke kawasan apartemen yang asing untuknya tapi ia yakin tidak untuk lelaki itu. “Tempat lain, Pak Dhito. Dari kata-kata saya yang mana, nggak dapat bapak mengerti sih?
Unduh dengan memindai kode QR untuk membaca banyak cerita gratis dan buku yang diperbarui setiap hari