Dia...

1091 Kata
“Kelvin kamu jangan gegabah! Menyamar menjadi manusia sudah sangat berbahaya bagi kita. Bagaimana jika di sini ada orang yang mengenali kita! Ini bahaya untuk kita! Kita harus cepat pergi dari sini!” “Tidak sekarang.” “Apa kata kamu? Mau sampai kapan? Sampai kedok kita terbuka? Ini bukan dunia kita! Kita tidak bisa berada di sini terlalu lama. Kita akan terus melemah.” “Kalo kamu mau pulang. Maka pulanglah sendirian.” “Kelvin! “ bentak Stefani. “Jangan melewati batas.” Kelvin bergeming, tenang. “Berjuang untuk orang yang tidak mencintai, sama seperti mencari luka sendiri.” Kelvin berhenti di tempat. “Buka mata kamu Kelvin, buat apa ngejar Zahra. Dia gak suka sama kamu. Sebaik-baik perkara adalah yang di tengah. Kalo dia gak suka. Ya udah. Tinggalin. Sesimpel itu buat mencintai, terlebih mencintai diri sendiri.” “Di tengah? “ Kelvin menoleh. Ia menatap tajam Stefani. “Kamu bicara seolah kita berada di tengah. Kamu seperti...” “Saya hanya ingin kita pulang. Jangan mencoba seni menyakiti diri!” potong Zahra “Saya tidak peduli apa yang kamu katakan.” Kelvin membuang wajah dari Stefani. “Saya ingin di sini. Dan itu keputusan saya! “ “Kelvin! Bahaya jika kamu terus-terusan berinteraksi dengan manusia! Jangan keras kepala! Stefani menahan tubuh Kelvin. “Maaf Stefani. Tapi kamu tidak bisa menahan saya.” Kelvin mengabaikan Stefani dan pergi. “Kelvin....,” teriak Stefani, jengah. **** “Sesuai janji Ustadz bakal cerita mengenai dakwah nabi Muhammad SAW kepada bangsa jin. Siapa yang mau dengar?” “Aku Ustadz.... “ suara seruan riuh terdengar memenuhi musholah. Anak-anak sangat bersemangat. Alkisah, para Jin berencana pergi ke Tihamah. Mereka lalu tidak sengaja mendengar lantunan ayat suci Alquran yang nabi Muhammad SAW bacakan. Para jin itu takjub saat mendengarkan lantunan Alquran. “Nabi Muhammad SAW bersama para sahabat sedang melakukan salat subuh berjamaah. Nabi Muhammad SAW, membaca surah Ar-Rahman ayat satu sampai tujuh puluh delapan. Dalam surah Ar-Rahman terdapat ayat yang berbunyi, Maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? Saat ayat itu dibacakan, para jin yang hadir saat itu langsung menjawab, ’’Wahai Tuhan kami, sesungguhnya kami tidak mendustakan nikmat-Mu sedikit pun. Segala puji hanya bagi-Mu yang telah memberikan nikmat lahir dan batin kepada kami.” Hal ini diabadikan dalam Al-Qur'an surah Al-Ahqaf ayat 29, “Ingatlah ketika Kami hadapkan serombongan jin kepadamu yang mendengarkan Al Quran, maka tatkala mereka menghadiri pembacaan al-Quran, lalu mereka berkata: “Diamlah kamu (untuk mendengarkannya)”. ketika pembacaan telah selesai mereka kembali kepada kaumnya (bangsa jin) untuk memberi peringatan. (QS. Al-Ahqaf: 29) Setelah itu para jin kemudian berdialog dengan Rasulullah SAW. Mereka menyatakan keimanannya pada nabi Muhammad. Para jin yang telah beriman lalu kembali ke asalnya dan mendakwahi kaumnya di kalangan jin. Allah melanjutkan dalam ayat, “Mereka berkata: “Hai kaum kami, Sesungguhnya kami telah mendengarkan kitab (Al Quran) yang telah diturunkan sesudah Musa yang membenarkan Kitab-Kitab yang sebelumnya lagi memimpin kepada kebenaran dan kepada jalan yang lurus. ( ) Hai kaum Kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. ( ) dan orang yang tidak menerima (seruan) orang yang menyeru kepada Allah Maka Dia tidak akan melepaskan diri dari azab Allah di muka bumi dan tidak ada baginya pelindung selain Allah. mereka itu dalam kesesatan yang nyata”. (QS. Al-Ahqaf: 30 – 32). Kemudian dinyatakan dalam riwayat Ahmad, Muslim, Turmudzi dan yang lainnya bahwa Alqamah bertanya kepada sahabat Ibnu Mas’ud, ”Apakah ada diantara kalian yang ikut bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam beliau bertemu jin?” ”Tidak, hanya saja, pada suatu malam, sebelumnya kami bersama Rasulullah. Tiba-tiba kami kehilangan beliau, dan kami pun mencari beliau di lembah dan semak-semak. Hingga kami mengatakan, ’Beliau dibawa pergi oleh jin.’ Malam itu, kami menjalani malam paling buruk. Di pagi harinya, tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Kami pun segera menyambut beliau, ’Ya Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami berusaha mencari anda, namun kami tidak berhasil menemukan anda. Sehingga kami merasa sangat sedih di malam itu.” Di pagi harinya, tiba-tiba beliau datang dari arah Hira. Kamipun segera menyambut beliau, ’Ya Rasulullah, kami kehilangan anda dan kami berusaha mencari anda, namun kami tidak berhasil menemukan anda. Sehingga kami merasa sangat sedih di malam itu.” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Ada seorang dari kalangan jin yang mendatangiku, akupun pergi bersamanya dan aku bacakan ayat al-Quran kepada mereka.” Ibnu Mas’ud melanjutkan ceritanya, Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pergi bersama kami. Kami pun melihat bekas mereka dan bekas api mereka. Dan mereka meminta bekal hidup. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada setiap tulang hewan yang disembelih secara syar’i, akan berisi penuh daging di tangan kalian. Dan setiap kotoran hewan ternak, menjadi makanan binatang kalian (jin). Masjid Jin yang terletak..... merupakan saksi keimanan para jin tehadap kerasulan Nabi Muhammad SAW. Alkisah, para Jin berencana menuju Tihamah. Mereka lalu mendengar lantunan ayat suci Alquran. Para jin itu takjub saat mendengarkan lantunan Alquran. “Jadi... Siapa yang sudah hafal surah Jin? Ustadz udah bawa banyak hadiah.” Semua anak heboh, dan langsung membuat barisan memanjang ke belakang. “Masyaallah, ternyata semuanya hafal ya.” “Iya dong, Ustadz. Kan ada hadiah. Ustadz muda itu tersenyum. “Tapi tetap ya, menghafal Al-Quran niatnya hanya meraih ridho Allah, hadiah untuk penyemangat aja. Faintum ?” “Faina. ..” Ustadz muda itu tersenyum. “Ustadz...” Cicit anak kecil yang tiba-tiba keluar dari barisan anti dan duduk di sebelah Ustadz. “Makasih Ustadz sudah mau jelasin ini sama Rena. Rena jadi ngerti sekarang. Rena juga sudah hafal surah Al-Jinn, Ustadz,” seru gadis kecil yang ternyata bernama Rena. “Kalo gitu, sekarang Rena ikut antiri ya,” jawab Ustadz muda itu. “Iya Ustadz.” Ustadz tersenyum, lalu Rena berbalik, tapi tiba-tiba ia malah tidak jadi berbalik dan langsung menunduk. Ustadz muda itu melihat kearah yang tadi sempat mengalihkan perhatian Rena. “Tidak apa-apa. Sudah tidak ada lagi sekarang.” Gadis kecil itu mengangkat kepalanya. Ia menatap Ustadz muda itu dengan mata membulat sempurna. “Apa Ustadz juga liat apa yang Rena liat?” “GAWAT! ILHAM...” “Astagfirullah, ada apa pak? “ Ustadz muda itu spontan langsung berdiri, menyambut pria berusia paru baya yang nampak cemas hingga lupa mengucapkan salam saat masuk musholah. “Nak Ilham, tolongi bapak, anak bapak kambuh lagi.” “Astagfirullah. Kalo gitu saya tutup pengajian dulu, Pak. Setelah itu baru saya ke rumah bapak.” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN