Es cream?

1203 Kata
“Dia melukai adik sepupu saya! “ “Saya meminta maaf, Zahr.” “Apa bisa kata maaf itu, saya ganti dengan permintaan kalian pergi dari sini ?Apa bisa saya tukar?” Kelvin terdiam. “Tidak bisa?” Zahra tertawa sumbang. “Bahkan hal sepele saja tidak bisa kamu lakukan, kamu berkata ingin melindungi saya! Kamu bisa segalanya?! Ha! Itu semua hanya tipu daya. Nyatanya kamu bukan apa-apa, selain makhluk yang membangkang. Kamu bahkan tidak bisa melihat kebesaran Allah. Kamu bukan hero tapi zero “Jangan pikir saya akan tertipu seperti yang lain.” Zahra melangkah pergi. “Saya tidak menipu, Zahra. Saya memang pembangkang pada Tuhan, tapi saya benar-benar mencintai kamu. Kali ini untuk pertama kalinya saya berkata jujur. “ *** Ilham baru saja selesai membersihkan halaman musholah, bertepatan dengan bel berbunyi, pertanda masuk. Ilham menyimpan sapu di gudang musholah dan bergegas kembali ke kelas. “..... saya benar-benar mencintai kamu. Kali ini untuk pertama kalinya saya berkata jujur. “ Langkah Ilham terhenti, ia baru menyadari ada Zahra dan Kelvin di sana. Zahra menoleh dan tatapan Zahra menangkan sosok Ilham yang berdiri di belakang Kelvin. Ilham berdeham pelan, menetrali rasa canggung yang sekarang ia rasakan, karena kini ia merasa seperti penguping. Ilham lalu melangkah pergi, berpura-pura tidak mendengar apapun. “Dari mana aja, Ham? Pak Haryoko tadi nyariin Lo.” “Ke tempat biasa. Pak Haryoko, nyuruh saya ke kantor guru gak? “ “Gak tahu. Tadi beliau nyuruh anak kelas buat cepat ganti baju olahraga. Hari ini mau ngambil nilai ulangan harian, kata beliau tadi gitu, pas selesai pengajian pagi.” “Oh, yang lain pada ganti bajukan? “ “Iya, yang cewek udah siap-siap.” “Lo gak ganti baju? “ “Iya.” Dalam hitungan menit Ilham telah berganti pakaian olahraga. “Eh, Kayaknya saya ke kantor guru aja deh. Takutnya ada yang penting, sekalian manggil pak Haryoko, kalo kita udah siap semua.” “Oke siap.” Sesampainya di kantor guru, Ilham langsung menghampiri meja pak Haryoko. “Assalamualaikum, Pak. Kata Deny bapak cariin saya ya tadi? Maaf baru datang sekarang, Pak.” “Oh iya, hampir lupa. Jadi selasa kemarin bapak gak masuk karena sakit. Makanya ada kelas yang belum ujian harian, XI IPS 2. Bapak gabung ke kelas kalian ya...bilangi yang lainnya.” Ilham mengangguk. “Baik, Pak.” Ilham lalu memberi tahukan hal itu di kelas. Banyak yang protes karena mereka di gabung dengan kelas IPS. Aksi protes datang dari kalangan cewek. Kalo cowok, mereka setuju saja, mengingat cewek-cewek anak IPS terkenal cantik-cantik. “Astagfirullah, aku lupa bawa baju olahraga,” kata Zahra panik. “Kok bisa sih, princess. Kan kemarin udah di kasih tahu.” “Iya, aku lupa Sar. Kalian ada yang bawa baju olahraga dua gak? “ “Gak....” Kerly menggeleng. Sarah juga sekali tiga uang dengan Kerly. “Kamu gak bawa baju olahraga, Zar ?“ tanya Kelvin, menyela. “Kerly, kelas IPA ada yang olahraga Jugakan? “Zahra mengabaikan pertanyaan Kelvin. “Lo mau minjem sama anak IPA?” “Iya.” “Tapi mereka juga olahraga bareng kita,” sahut Kerly. Kelvin pergi dari sana. “Hah, kita digabung? Sama anak IPA? “Sarah memastikan info yang dia dapat. “Uh, gak asik ih.” Sarah cemberut. “Ini mau ulangan, bukan mau party kali, Sar. Gak perlu asik,” sahut Kerly. Sarah makin cemberut. “Duh, gimana ya? Kelas berapa aja sih yang olahraga hari ini? “tanya Zahra bingung. “Anak kelas sepuluh kayaknya ada deh, tapi gak tahu kelas berapa,” jawab Sarah, menumbuhkan rasa harapan Zahra. Zahra baru ingin melangkah keluar kelas, tiba-tiba Kelvin berdiri di hadapannya, sembari menyodorkan baju olahraga. “Ini, pakailah.” “Prince Kelvin baik banget deh...” Willy heboh. “Duh, Lee Min Hoo kw gak kuat liat keuwuan ini... “ Zahra menghela nafas panjang. Ia melangkah pergi, mengabaikan Kelvin. Willy berseru semakin heboh. Kelvin hanya menatap punggung Zahra yang menjauh. “Zahra kelihatannya gak suka banget sama Kelvin?” gumam Kerly. “Entah. Pada hal ganteng gitu ya..,” sambung Sarah. Kerly memutar bola mata. “Dasar otak novel.” Zahra sudah mengganti baju. Dia meminjamnya pada Maryam. Ternyata Maryam hari ini ada pelajaran olahraga, di jam ke empat setelah istirahat. “Eh, Kelvin mana dah? Kok gak ada sih? “Sarah mengedarkan pandangnya mencari Kelvin. Tanpa sadar Zahra melakukan hal yang sama, ia tidak melihat Kelvin dan tidak melihat Stefani di kelas IPA. Secara kompak, Stefani dan Kelvin tidak ada di sana. Zahra bahagia. Dia berharap dua jin itu sadar dan sudah kembali ke habitatnya lagi. Ulangan dimulai dengan kelas Zahra. Zahra berhasil memasukkan tiga bola basket ke dalam ring. Nilai standar tapi Zahra sangat bersyukur, setidaknya dia tidak remedial. Dalam latihan, Zahra tidak pernah berhasil memasukan bola ke dalam ring. Tapi untuk hari ini, aalhamdulillah dia berhasil. Senyum tidak lepas dari wajah Zahra. “Nah, yang udah ujian, boleh istirahat dulu. Tapi harus balik lagi ke lapangan ya. Bapak kasih waktu 30 menit buat istirahat setelah itu kembali lagi ke lapangan ya.” “Siap, Pak... “ “Zar, kantin yuk,” ajak Kerly dan Sarah. Keduanya langsung menggandeng tangan Zahra. ** Zahra kembali ke lapangan, mendahului Kerly dan Sarah yang masih stay di sana. Zahra memilih duduk di bawah pohon, menghindari terik matahari sembari melihat anak IPA yang sedang mengambil nilai basket. “Huft, alhamdulillah....” Zahra menoleh. “Mas kaca udah selesai ngambil nilai? “tanya Zahra spontan. Ilham kaget, baru menyadari ada Zahra di belakangnya. Karena kaget, Ilham hanya mengangguk sekilas. “Suka es cream cokelat ?”tanya Zahra. “Hem, kenapa?” “Sukakan? “ “Lumayan.” “Bagus. Nih buat mas Kaca aja.” Zahra menyodorkan es cream yang sebenarnya sejak tadi bingung mau dia apakan. “Kenapa ?” “Permintaan maaf untuk kejadian tadi pagi.” “Gak perlu kasih saya es cream, yang sudah berlalu, ya udah. Di jadikan pelajaran aja buat dikemudian hari.” Ilham hendak pergi. “Mas kaca, es creamnya. Saya lupa kalo hari ini saya puasa, saya baru ingat pas udah beli. Mau di bawa pulang, pasti cair. Sayang kalo mubazir.” Ilham terlihat ragu untuk menerima es cream dari Zahra. “Saya gak ragu terima kaca dari Mas kaca. Kenapa mas kaca ragu? Tenang, es creamnya aman kok, ada lebel halalya juga.” Zahra tersenyum kecil. “Makasih.” Ilham menerima es cream itu. “Jadi gak marah lagikan mas, sama saya kan?” Ilham mengangguk kecil. “Saya memang gak marah sama kamu.” “Oh, kirain. Eh, tapi btw, kok aku baru sadar, kalo mas kaca sekolah di sini juga? Mas kaca murid baru ya? “ “Baru mau buluk.” “Ha?” Zahra berpikir sejenak, setelah dia baru tertawa pelan. “Berarti saya yang gak ngeh kalo mas kaca sekolah sini juga. Kalo mas kaca tahu saya sekolah di sini? “ “Iya. Baru-baru ini tahu kalo kamu juga murid di sini.” “Pasti mas kaca di dalam kelas terus ya?” “Sama seperti kamu.” Zahra tertawa, entah apa yang dia tertawakan, Zahra hanya merasa bahagia sekarang. Kelvin diam-diam memperhatikan mereka dari jauh. Kelvin menatap tajam ke arah Ilham. Ilham menyadari hal itu. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN