Perhatian

1048 Kata
               Ratu mengeluarkan semua cemilan milik Raina yang ada di lemari penyimpanan makanannya, kemudian membukanya satu per satu lalu ia bawa menuju kamar yang di tempati oleh wanita itu. Dengan santai, Ratu menendang pintu kamar itu hingga membuat Raina terkejut karena ulah Ratu. Tanpa basa basi Ratu menumpahkan seluruh makanan yang ada di tangannya tidak lupa juga menumpahkan beberapa minuman tepat di kasur dan wajah Raina, tidak ada yang lebih menyenangkan bagi Ratu selain melihat Raina terkejut tetapi tidak bisa melakukan apa-apa.                “Mbak!” Gertak Raina, namun Ratu malah membalasnya dengan sebuah tamparan.                “Jalang kayak lo gak berhak memindahkan sesuatu yang ada di rumah ini tanpa seizin pemiliknya. Ini masih teguran ya, dari awal udah gua peringatin kan? Tapi lo gak mau percaya dengan ancaman-ancaman yang udah gua sebutin. Hey b***h, here we go. Selamat menikmati neraka mu.” Ratu tersenyum puas melihat wajah Raina yang memerah menahan tangis, tubuhnya terlihat sedikit bergetar, ketakutan dengan Ratu yang ia tahu membawa pisau di tangan kirinya.                Setelah itu Ratu beranjak dari sana, berlagak seolah-olah tidak ada yang terjadi. Ia bahkan dengan santainya duduk di atas meja makan sembari menikmati cemilan miliknya hingga pagi datang. Raja yang sengaja bangun lebih awal melihat Ratu yang tengah bersantai, wanita itu seperti tak memiliki beban apa-apa, ia tertawa seoah-olah tidak ada yang mengganggunya. Sementara Raja masih terusik dengan rasa bersalahnya sendiri, ia benar-benar tidak bisa tenang apabila belum mendengar kata maaf dari Ratu sendiri. Perlahan Raja berjalan mendekati Ratu, berharap mood wanita itu sedang baik sehingga Ratu bisa memaafkan ucapannya kemarin, Raja tahu ucapannya kemarin pasti menyakiti hati Ratu.                “Queen.” Panggil Raja, namun Ratu hanya menoleh sebentar. Kemudian ia menyimpan bungkus cemilan yang sejak tadi ada di pangkuannya, kemudian beranjak dari tempatnya meninggalkan Raja tanpa mengatakan sepatah kata apapun. Di perlakukan seperti itu tentu saja membuat Raja terusik, ia tidak suka jika Ratu mengabaikannya.                “Queen, I’m so sorry.” Jelas Raja penuh rasa bersalah. Namun Ratu sama sekali tidak menengok atau membalas ucapan Raja, ia hanya berjalan lurus, tidak peduli dengan pria itu. perasaan Raja jadi kacau entah kenapa. memang mereka seringkali bertengkar, namun Ratu tidak pernah sampai mendiami Raja seperti ini. Hari sebenarnya sudah pagi, Raja melirik jam dan berjalan menuju kamar Raina, pasti gadis itu sudah terbangun sejak tadi, Raina tidak pernah tidur lebih siang kecuali sedang tidur bersama dengan Raja. Betapa terkejutnya Raja begitu melihat kekacauan yang ada pada kamar Raina, wanita itu sembari menangis, membersihkan ranjangnya yang penuh dengan tumpahan s**u dan juga minuman lain serta serbuk snack yang membuatnya nampak lebih menjijikan.                “Hey… what are you doing with the snack?!” Ucap Raja.                “Ini karena mbak Ratu mas! Mbak Ratu ngamuk dan bikin kacau di kamar ini! Aku lagi tidur terus mbak Ratu tiba-tiba numpahin cemilan sama minuman di kasur aku, aku gak ngapa-ngapain mas!” Ucap Raina dengan isak tangis yang semakin menjadi-jadi. Buru-buru Raja memanggil para pelayan untuk membantu Raina membersihkan kamarnya, lalu ia menenangkan wanita itu, memeluknya dan sesekali mencium kening Raina agar Raina merasa tenang.                “Mas boleh gak sih kalau mbak Ratu gak usah tinggal di sini dulu sampai kita nemu tempat yang bagus buat aku? Kamu sadar gak sih mas istri kamu itu kriminal, istri kamu jahat banget sama aku? Dia gak sadar apa kalau aku tuh lagi hamil anak kamu!”                “Rain… rumah ini rumah atas nama Ratu, saya gak mungkin mengusir Ratu bahkan jika hanya untuk sementara, mustahil bagi saya, maaf kalau mengecewakan kamu, saya juga belum bisa melakukan apa-apa sementara ini, tapi saya janji secepatnya, begitu berita sudah reda saya bisa bawa kamu keluar dari sini.” Raina menghela napas kesal, Raja masih saja takut kepada Ratu sementara ada dirinya di sana yang menemani Raja.                “Kamu istirahat ya di kamar yang lain, saya mau siap-siap ke kantor dulu.” Raja mengelus punggung Raina, kemudian beranjak dari tempat itu. Raja benar-benar salah dalam mengambil keputusan, ia tidak pernah menyangka bahwa semuanya akan menjadi se memusingkan ini. *****                Siang itu, Ratu tengah di sibukan dengan salah satu berkas milik client nya yang tidak sengaja hilang, sudah dua jam ia terus berkutat dengan beberapa orang rekannya yang juga tengah mencari file yang sama, namun ia tak kunjung juga menemukannya. Di tengah-tengah kesibukannya itu, Ratu tiba-tiba mendapat telepon dari rumahnya, ia baru saja di kabari bahwa Raja tiba-tiba masuk rumah sakit, entah sakit apa sebab yang meneleponnya juga sama paniknya. Tanpa sadar Ratu langsung terburu-buru berangkat menuju rumah sakit, ia baru tersadar di tengah perjalannya menuju tempat itu, seharusnya ia tidak melakukan hal berlebihan apalagi jika menyangkut tentang Raja.                “Atas nama Raja Sabian Mahendra. Ruangannya di mana?” Tanya Ratu pada resepsionis begitu ia sampai di sana. Lucunya tak satupun pengawal Raja yang biasanya ikut, berada di rumah sakit itu Ratu jadi curiga sendiri bahwa orang di rumahnya salah memberikan informasi.                “Oh iya ibu, dua puluh menit yang lalu baru saja tiba dan sekarang tengah di tangani di IGD silahkan lurus ke sana lalu belok ka-” belum sempat resepsionis itu menjawab Ratu langsung buru-buru beranjak, ia sedikit berlari menuju tempat di mana Raja berada, ayolah Ratu tengah menurunkan egonya sendiri hanya untuk pria itu. Ternyata dugaan Ratu salah, bukan tidak di dampingi oleh pengawalnya, hanya saja para pengawal itu tengah berdiri di depan pintu IGD sembari menunggu Raja selesai di tangani. Mereka semua serentak menunduk begitu melihat Ratu datang dengan keadaan tergesa-gesa.                “What happened?” Tanya Ratu.                “Bapak tiba-tiba pingsan nyonya, sekarang masih di tangani sama dokternya.” Jawab salah seorang dari mereka.                “Kenapa nggak panggil dokter pribadi aja?! Kenapa gak minta tambah dokter? Kalau Raja kenapa-kenapa gimana?!” Ucapnya panik. Ratu tidak sadar jika dirinya sudah bersikap berlebihan, dengan lancang ia menerobos masuk ke dalam ruangan tempat dimana para pasien di tangani untuk pertama kalinya, ia sibuk mencari keberadaan Raja yang entah berada di bilik mana hingga akhirnya ia menemukan suaminya itu. Dokter baru saja memeriksanya, hendak keluar namun Ratu menahannya.                “Saya istrinya, ada apa sama Raja?” Tanya Ratu.                “Beliau kelelahan, perlu istirahat yang cukup, mungkin akhir-akhir ini sedang banyak pikiran kalau perlu di kurangi dulu, jangan sampai semakin drop, pola makannya juga tidak teratur ya bu? Beliau perlu rawat inap ya.” Ratu terdiam beberapa saat lalu kemudian mengangguk begitu saja membiarkan dokter itu pergi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN