perdebatan

1064 Kata
“Mbak tolong buatkan aku makanan.” Ratu sedang tidak berada di rumah, dan di rumah hanya ada Sarah, Raina, dan juga Aleta yang entah sejak kapan ia juga berada di rumah itu, padahal oma nya sudah sampai di Indonesia. Aleta dan Sarah yang saat itu sudah duduk di ruang makan sejak tadi cukup terkejut melihat keberadaan Raina, wanita itu dengan tidak tahu malunya berlagak seperti sang pemilik rumah. “Gak usah mbak, mau Ratu ngamuk ke kamu kalau dia tahu kamu buatin dia makanan? Lagipula Ratu juga udah mengharamkan semua makanan di rumah ini untuk dia kan? Gak usah, daripada kamu di pecat.” Jelas Sarah kepada juru masak di rumah itu. “Mbak! Aku lagi mengandung anaknya mas Raja!” Ucap Raina dengan suara yang terdengar begitu keras. Aleta yang sejak tadi fokus makan dan hanya memperhatikan ipad nya, seketika langsung melemparkan garpu yang sedang ia pegang ke arah Raina. “DIAM!” Teriaknya. Sarah benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Aleta tiba-tiba berubah menjadi kasar, sifat dan sikapnya bahkan sangat mirip dengan Ratu. “Aleta kamu gak boleh begini! Tante lagi hamil anak dari uncle kamu!” Apa boleh buat Raina sudah terlanjur menangis, air matanya bercucuran, ia merasa sakit hati karena anak sekecil Aleta sangat kasar kepadanya, bukankah kalian juga akan begitu jika berada di posisi Raina? Di kasari oleh anak kecil jauh lebih menyakitkan di banding di kasari oleh orang dewasa? Sakitnya menjadi dua kali lipat, sebab kita tidak bisa membalasnya. “Anak haram kan? Iya kan tante jahat? Yang katanya kalau anak haram gak usah hidup aja, ayo bunuh aja dedek nya, gapapa!” Raina sudah tidak tahan lagi mendengar perkataan Aleta, ia beranjak dari sana dengan air mata yang bercucuran, satu hal pasti yang ia lakukan adalah tentu saja ia melapor kepada Raja. “Aleta, Aleta siapa yang ngajarin kamu ngomong kayak gitu? Gak sopan tahu, Ratu ya?” begitu Raina pergi, Sarah langsung mendekati Aleta, namun gadis kecil itu menggeleng. “Ratu gak pernah ajarin kok, Cuma Aleta pernah dengar aja Ratu ngomong gitu. Katanya anak haram itu selalu lahir dari orang jahat, tante tadi jahat, berarti anaknya haram, mending gak usah hidup aja, kan bener Aunty Sarah?” Sarah menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan, ia sudah tidak bisa lagi memperbaiki pola pikir Aleta yang menurutnya sudah terlanjur terdoktrin oleh Ratu sendiri, sulit. ***** “Queen! We need to talk!” Seharusnya di hari minggu seperti ini, Raja akan bermain golf hingga sore bersama dengan rekan-rekan bisnisnya, namun entah kenapa hari masih siang namun ia sudah berada di rumah, Ratu juga baru saja sampai sebab tadi ia harus ke kantor mengambil beberapa berkasnya yang ketinggalan. “Bisa gak sih kalau ngomong gak usah di gitu-gituin! Aku denger kamu ngomong apa, aku gak budek kok!” Balasnya dengan nada yang tak kalah menyebalkannya juga. “We need to talk Queen, please.” Suaranya melunak, namun Ratu sudah kepalang kesal dengan Raja sehingga ia hanya berjalan melewati pria itu tanpa menggubrisnya sama sekali. “It’s about us.” Tegasnya sekali lagi. Ratu menoleh “Sejak kapan ada kata kita ? nggak pernah.” “Jangan biarin aku berlarut-larut dengan rasa bersalah aku sendiri. Setidaknya aku pengen minta maaf secara baik-baik sama kamu Queen, ayolah. Aku udah banyak ngerasa bersalah sama kamu, aku gak pengen kamu sedih.” Ratu terkekeh pelan “Gak usah kepedean, aku gak pernah ngerasa sedih karena siapa-siapa. Mau kamu ngapain juga aku gak peduli, mau kamu sama Raina, atau sama siapapun itu seriously aku gak peduli Ja, aku Cuma gak suka kalau ada orang lain yang masuk apalagi tinggal di rumah aku tanpa seizin aku sendiri. Kamu tahu jelas gimana bencinya aku sama orang-orang, gimana gak suka nya aku kalau barang-barang punya ku di usik sama orang lain, tapi kamu sengaja datengin Raina kesini seolah-olah gak ada masalah kalau Raina yang tinggal di sini. Hey? Kamu sadar gak sih seberapa jijik aku sama Raina? Aku lebih mau mandang kotoran lama-lama daripada lihat muka dia, I hate her so much more than what you thinking about it Ja. Bukan karena dia hamil anak kamu, tapi aku benci sama semua perempuan dengan harga diri rendah, sama seperti Raina, di mata ku, Melinda sama Raina gak ada beda nya, mereka Cuma bisa jual kemaluan mereka buat dapetin sesuatu.” Raja menelan kuat-kuat saliva nya, menatap Ratu dengan tatapan penuh rasa bersalah. “Don’t talk with me.” Sambung Ratu. Ia beranjak dari sana, berjalan menuju kamarnya untuk menenangkan diri sendiri. Sementara itu Raina yang sejak tadi melihat pertengkaran pasangan suami istri itu langsung menghampiri Raja begitu tidak lagi melihat tanda-tanda kehadiran Ratu di sana. Raina langsung meraih tangan Raja, mengelusnya pelan-pelan, kemudian menatap Raja dengan tatapan teduhnya. “Mas, mas gak usah merasa bersalah sama Mbak Ratu. Toh mas ngelakuin ini semua juga karena untuk anak mas sendiri kan? Mas gak salah, mas gak perlu minta maaf sama Mbak Ratu. Dia gak berhak marah mas.” Ucapnya. Raja tidak menjawab, seluruh pikirannya masih berfokus pada Ratu, yang ia lakukan hanyalah mengangguk, agar Raina tidak merasa di acuhkan. “Mas udah ngasih tau Aleta mas? Dia gak boleh gitu tahu mas sama aku, biar bagaimana pun juga aku ini kan calon tante nya, dia gak boleh gak sopan gitu mas sama aku, dia tuh emang gitu karena didikannya mbak Ratu mas, aku gak mau di gituin, aku ngerasa gak di hargai sama sekali.” Ucap Raina yang terdengar begitu frustasi. “Untuk sekarang-sekarang ini kamu sabar dulu ya? Kamu pelan-pelan bisa mendekatkan diri dengan Aleta, ya akhir-akhir ini memang dia tidak suka ketemu dengan orang baru, jadi ya kalau bisa kamu rajin aja berinteraksi sama dia, maaf ya? Kalau dia bikin kamu sedih, tapi Aleta anak baik kok, kalau lama-lama dia juga pasti bisa akrab sama kamu.” Raja mengelus punggung Raina, hingga akhirnya Raina mengangguk, mengerti. “Aku suka deh mas rumah ini, Cuma ada beberapa bagian yang gak sesuai dengan selera aku, mas… kayaknya aku pengen ganti beberapa furniture di rumah ini, biar enak aja gitu di pandang, boleh ya mas? Kayaknya ini bawaan bayi nya deh, kayak kursi gitu aku gak terlalu suka soalnya kayak classic banget. Please ya mas?” Raja memijat keningnya yang tiba-tiba terasa pusing, memang benar kata Kaisar, membawa Raina ke rumah itu hanya akan menambah beban pikiran bagi Raja. “Iya, saya usahakan.” Jawab Raja.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN