“Ja. Aku gak mau tahu banyak hal tentang kamu.” Ucap Ratu di tengah keheningan mereka berdua. Ratu menatap langit-langit kamar apartement milik suaminya itu, sejak tadi ia tidak bisa tidur, bukan karena tidak nyaman, hanya saja matanya seperti dipaksa untuk terus terbuka walau sebenarnya ia sudah benar-benar mengantuk. Ia membalikan badannya, menatap sang suami yang juga tengah menatap langit-langit kamar, sama sepertinya.
“I know.” Balas Raja.
“Iya, makanya jangan kasih tahu aku banyak hal kayak tadi.” Sambung Ratu.
“Sebegitu bencinya kah kamu sama aku? apa gak ada cara biar kamu gak benci sama aku?” Akhirnya pertanyaan itu terucap dari mulut Raja. Akhirnya, setelah bertahun-tahun Raja menyimpan pertanyaan itu sendiri, bahkan sikap Ratu kemarin-kemarin pun sudah membuat Raja mengerti, namun ia hanya ingin memastikan saja.
“Aku gak Cuma benci ke kamu aja, aku benci semua orang. Aku bahkan benci papa ku sendiri. Kamu tahu sendiri, setelah ibu ku meninggal, atau bahkan sebelumnya, setelah papa ngekhianatin ibu, aku benar-benar udah gak suka sama semua orang. Oh kecuali Rio, I was love him, too much sampai akhirnya dia juga berkhianat, sama seperti Kirana. I never told you why I cry pagi itu, tapi ya alasannya karena mereka berdua ngekhianatin aku, orang-orang yang aku percaya bahkan ngekhianatin aku. gimana bisa aku gak benci sama semua orang? I got a trust issue.” Raja bisa paham bagaimana perasaan Ratu begitu menceritakan kehidupan wanita itu, bagaimana dunia menghantamnya berkali-kali, membuatnya bahkan sampai tidak bisa percaya kepada siapapun lagi.
“You can find someone else, you should happy with her. Kenapasih kamu hobby banget nyiksa diri kamu sendiri buat bertahan sama aku? sekarang ini kita bisa aja cerai terus kamu sama orang lain, udah, we can be friend, dan kayaknya lebih baik seperti itu. kamu bisa ceraiin aku, bilang aja ke mama kamu kalau kamu malu soalnya keluarga aku berantakan terus bilang keluarga aku problematik, iya kan, gimana ja?” Kali ini ide gila itu tiba-tiba muncul di kepala Ratu, seakan-akan bercerai adalah solusi paling baik untuk mereka berdua, Raja tersenyum, Ratu benar-benar tidak mengerti bahwa Raja hanya menginginkan dirinya.
“Alasannya konyol.” Balas Raja, ia tertawa, bagaimana mungkin kehancuran keluarga Ratu yang ia jadikan alasan untuk bercerai? Tidak mungkin, bahkan mamanya sendiri pun pasti tidak akan percaya jika Raja melakukan hal itu sebab Raja sejak dulu bukanlah tipikal orang yang mau menyangkutpautkan sesuatu yang tidak berhubungan sama sekali. Hubungannya pernikahan dengan bisnis apa?
“Yaudah cari alasan lain.” Ucap Ratu penuh dengan semangat.
“Nggak deh. Kamu malem-malem gini ngelantur, tidur sana, besok pagi kamu pulang ya.” Raja membalikan badannya, membelakangi Ratu, matanya sudah benar-benar mengantuk namun berbicara dengan Ratu seperti ini membuatnya melupakan rasa kantuknya. Jarang-jarang mereka seperti ini.
“Kamu gimana? Emang belum sehat juga? Ahh udah sehat ini, kamu aja udah gak demam.” Ratu bergerak menempelkan punggung tangannya ke dahi sang suami, berkali-kali bahkan ia juga mengecek bagian leher Raja yang sudah tak terasa panas lagi. ajaibnya, sebelum Ratu datang, Raja masih merasa lemas, bahkan badannya masih hangat, ia bahkan belum bisa membuka matanya lama-lama karena perih, namun setelah Ratu datang, semuanya berjalan normal, ia tiba-tiba membaik, bahkan suhu tubuhnya tiba—tiba normal.
“Iya, besok aku pulang. Kamu duluan aja.” Jawabnya.
“Pulang bareng aja sih.” sahut Ratu dengan kesal, Raja selalu menghindarinya seperti itu.
“Mobil kamu mana?” Tanya Raja
“Sama Sarah.”
“Yaudah.”
Sejak awal pernikahan memang Raja lah yang selalu mengalah dalam hubungan mereka, kalian masih ingat bagaimana Ratu membawa Rio datang ke rumah mereka sementara Raja berada di sana? Ia bahkan jelas-jelas memarahi Raja yang tidak mau makan masakan yang di buat oleh Rio. Gila bukan? Sementara Raja selalu sabar menghadapi sikap Ratu yang seperti itu. bukan hanya itu, ada banyak lagi kelakuan Ratu yang sebenarnya sudah di luar nalar, namun Raja masih berusaha memahami bagaimana kelakuan istrinya itu dengan harapan bahwa suatu saat nanti Ratu akan berubah.
Raja bukan seseorang yang bisa melupakan perasaannya dengan mudah kepada seseorang, selama menikah dengan Ratu, selama Ratu memperlakukan dirinya dengan seenaknya, Raja bahkan dapat menghitung jari kapan dirinya merasa tertarik dengan wanita lain, dan hal itu hanya berlangsung sementara. Ratu seakan punya pelet tersendiri untuk membuat Raja kembali kepadanya, walau Ratu tak melakukan apa-apa. di mata Raja, Ratu adalah sosok wanita yang sulit di tebak, kelakuannya ada-ada saja, dan di luar nalar.
“Ja.” Panggil Ratu yang sukses membuyarkan lamunannya. Raja pikir wanita itu sudah tidur sejak tadi.
“Ya.” Balas Raja.
“Let’s have sex.” Ucapnya tiba-tiba yang sukses membuat sang suami kaget bukan main.
“Nggak! apasih kamu udah gila?!” Balas Raja kaget. Wajahnya bahkan memerah begitu melirik Ratu yang memasang wajah tak berdosa setelah mengatakan hal itu.
“Titit kamu gak bisa berdiri ya?” Tanya nya polos, tidak ia tidak sedang memancing Raja, hanya saja ia heran mengapa suaminya itu bisa menolak pesonanya dikala orang lain saja menatap tubuhnya dengan penuh keinginan, siapa yang tidak mau merasakan tubuh Ratu? Kulitnya putih, wajahnya cantik, bagian dan belakangnya sangat pas, bahkan tanpa berolahraga ia sudah di cetak seperti itu, bagaimana Raja bisa menolak pesonanya?
“Ngaco.”
“f**k me or I’ll f**k you.”
“Kamu ini kenapasih? Kamu kerasukan apa?” Ratu yang agresif lantas bangun, lalu duduk di atas Raja yang masih berbaring. Pria itu tentu saja kaget melihat bagaimana Ratu duduk di atasnya, memaksanya membuka baju.
“Aku turn on Ja…” Ucapnya. Ia tidak memelas, hanya saja ia sepetri dengan sengaja memasang wajah sexy nya di depan Raja, seolah-olah ia sedang menggoda suaminya itu. Sebagai seorang laki-laki tentu saja Raja tidak mau membiarkan Ratu untuk mengambil kendali atas hubungan mereka. Sebelum Ratu bertindak lebih jauh, Raja membalikan tubuh Ratu, membuat wanita itu berada di wajahnya. Dengan cepat ia menindih wanita itu, memberinya serangan-serangan di bagian sensitif wanita itu, hingga sebelum mencapai puncak kepuasannya, Raja tiba-tiba berhenti, ia memandang Ratu dengan tatapan jahil.
“why did you stop?!” Pekik Ratu, napasnya tersengal-sengal begitu Raja mengentikan permainannya.
“I want to hear you, beg to me.” Jelas Raja.
“Gosh, Raja! Ini bukan waktunya, oh my s**t… you drive me crazy.” Desis nya kesal.
“Yasudah, aku tinggal tidur.” Ucap Raja bercanda, mana mungkin ia bisa tidur sementara ia juga sudah sepenuhnya tidak bisa mengendalikan diri? Tubuh istrinya itu terlalu menggoda untuk dilewatkan.
“Raja, please! Aku gak kuat.” Ucapnya, dengan mata sayu penuh dengan permohonan, dengan cepat Raja mencium bibir isrinya mesra, kali ini tidak ada emosi diantara mereka seperti ketika mereka berhubungan sebelumnya, kali ini mereka saling berpagutan seperti penuh cinta, jujur Ratu menikmati permainan Raja.
“Ahh!” Pekik Ratu begitu ia merasakan bagian bawahnya penuh akan sesuatu.
“Ini yang kamu mau kan? Hmm?” Bisik Raja tepat di telinga Ratu. Ratu mengangguk, menahan kenikmatan yang sulit ia gambarkan. Malam itu menjadi malam panjang bagi mereka berdua, sudah lama Raja menantikan hal itu tanpa adanya emosi di antara mereka, sudah lama Raja menginginkan Ratu yang seperti ini.