“Fero, kamu sadar gak sih kalau fashion kamu itu jelek, banget.” Ucap Ratu sembari memperhatikan Fero dari ujung kaki hingga ujung kepala, wajah nya bahkan benar-benar menunjukan kalau ia benar-benar risih akan penampilan anak itu. ya wajar saja sebab Ratu adalah orang yang begitu memperhatikan penampilannya, jika saja Fero berjalan di dekatnya bisa-bisa Fero mengurangi nilai kecantikannya di mata orang-orang.
“Maaf ya Ratu, aku gak ngerti baju-bajuan, aku kan cowok.” Jawabnya polos.
“Mana kamu dekil banget lagi, kamu mandi gak sih?!” Ujarnya yang semakin risih setelah memperhatikan Fero lebih dalam lagi.
“Mandi kok, tapi kayaknya aku emang jelek.” Ucapnya dengan wajah yang terlihat begitu polos dan lugu. Sejak ikut bersama Ratu mulai siang tadi, sudah tak terhitung seberapa banyak Ratu mencibir Fero, mulai dari pakaiannya, wajahnya, hampir semua yang ada pada diri anak itu terlihat salah di mata Ratu.
“Kamu harus janji ya Fero.” Ucapnya dengan nada mengintimidasi, ia bahkan menatap tajam anak itu, sementara anak kecil berusia enam tahun di hadapannya itu menatap Ratu takut-takut.
“Janji apa Ratu?”
“Janji kalau besok kamu gak akan dekil lagi.”
“Caranya gimana Ratu?”
“Kamu kan udah gede, cari tahu aja sendiri, besok kalau kamu masih dekil aku gak mau nganterin kamu ke sekolah, biar kamu berangkat sendiri aja, naik angkot, biar kamu sekalian di bawa kabur sama penculik.” Raut wajah Fero seketika berubah, ia mengangguk lemah, matanya menatap lantai sementara semua orang di ruangan itu memperhatikan mereka berdua dengan penuh keheranan, Raja dan Kaisar tahu bagaimana rasa benci Ratu terhadap anak kecil, namun mereka tidak pernah menyangka bahwa Ratu akan setega itu menyakiti perasaan anak kecil yang lemah secara terang-terangan.
“Ratu, kamu apa-apaan sih, sadar gak sih kamu kalau kamu nyakitin perasaan dia?” Raja menarik Fero untuk duduk di sebelahnya, pria itu mengelus pundak Fero halus guna menenangkan anak itu. sebenarnya jika di mata orang lain, Fero cukup lucu untuk ukuran anak kecil, hidungnya mancung, wajahnya tampan persis ayahnya, kulitnya juga termasuk putih, mungkin Ratu mengatakan itu hanya untuk membuat Fero merasa sakit hati, sebab bagi Ratu membuat anak kecil menangis adalah hiburan tersendiri untuknya.
“Apaansih, emang bener kok.” Jawab Ratu.
“Kamu gak mau pulang aja?” Tanya Raja, sudah pukul sebelas malam dan Ratu masih betah di sana, entah kenapa kali ini ia mau betah berlama-lama, padahal kali terakhir ia datang, ia bahkan enggan tinggal berlama-lama.
“Enggak.” Jawabnya santai.
“Pulang aja.” Ucap Raja, kali ini nada bicaranya seakan memerintah, sementara Ratu masih bersikap sama, ia bahkan sama sekali tidak menoleh ke arah suaminya itu.
“Enggak.”
“Pulang, sudah malam.”
“Males.”
“Sudah malam, Ratu.”
“Enggak, kamu kenapa sih nyuruh-nyuruh mulu, kamu pikir kamu boss?”
“Pulang, bahaya kalau kamu pulang kemalaman.” Sebenarnya bukan masalah malam atau tidaknya Ratu pulang, dalam hati Raja juga berharap bahwa Ratu bisa lebih berlama-lama di sana namun Raja hanya tidak mau kalau Ratu berada di sana berlama-lama, bisa-bisa ia menularkan penyakitnya kepada Ratu kalau wanita itu semakin betah di sana.
“Kalau aku mati kan yang untung kamu, asuransi jiwa aku milyaran soalnya.” Raja hanya menggeleng pelan, suasana tiba-tiba menjadi hening di saat Ratu berhenti berbicara, sejak tadi Raina terus menatap Raja diam-diam seolah-olah ia meminta penjelasan kepada pria itu, melihat Raja dan Ratu di hadapannya saat ini membuat hati Raina sakit sekali, sejak tadi ia berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan orang-orang di sana, ia merasa di bohongi sekaligus cintanya yang seakan bertepuk sebelah tangan, saingannya adalah Ratu, wanita cantik dengan segala kesempurnaan yang tak di miliki oleh Raina, Raina menginginkan Raja, sangat menginginkan pria itu.
“Mas, aku pulang dulu.” Ucap Raina, ia sekat tenaga mengumpulkan keberanian untuk berbicara, hanya sekedar pamit, namun ia bahkan sama sekali takut jika ia tiba-tiba menangis, patah hatinya yang paling sakit.
“Wait.” Ucap Ratu, ia menyimpan ponselnya ke dalam tas, kemudian melipat tangannya di depan d**a. Ia menatap tajam Raina, dari tatapannya saja Raina sudah merasa terintimidasi.
“Why you still call my husband with mas ? how dare you to do that? Who the hell are you? Bukannya tadi aku udah bilang kalau kamu gak boleh manggil Raja dengan sebutan mas, kamu pikir kamu siapa?” Ratu menatap tajam Raina, benar-benar hingga membuat Raina bungkam. Sementara Raja masih terkejut dengan apa yang terjadi malam ini, Ratu datang membawakan makanan untuknya, Ratu tahu apa yang ia suka dan apa yang tidak ia suka dan juga Ratu bahkan memanggilnya dengan sebutan suami. Tentu Raja senang sekali, sesulit apapun ia menyembunyikan rasa senangnya, ia tetap merasakan hal itu. namun di sisi lain ia juga merasa bersalah terhadap Raina, gadis itu nampak begitu terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Ratu barusan, lagi-lagi Raina juga menatap Raja dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Ayo Rain, kita pulang.” Kaisar buru-buru menarik Raina untuk pergi dari sana, sebagai teman yang baik, tentu saja Kaisar tidak ingin melihat Raina lebih lama lagi di sana. Berada di satu tempat yang sama dengan Ratu adalah neraka baginya, apalagi Ratu secara terang-terangan mengaku bahwa ia adalah istri dari Raja.
*****
“Kenapa lo gak bilang Kai?” Raina memecah keheningan begitu mereka tengah dalam perjalanan menuju kediaman Raina.
“You never ask me.” Balas Kaisar, jujur. Ya selama ini memang Raina tidak pernah bertanya secara pasti tentang kehidupan asmara Raja, selama ini ia hanya terus mengira bahwa Ratu adalah saudara kembar Raja.
“Harusnya kamu bisa aja kasih tahu aku tanpa harus aku minta.” Gadis itu nampak begitu kecewa begitu mengetahui bahwa sosok pria yang dicintainya ternyata adalah seorang laki-laki yang berstatus sebagai suami orang.
“gua pikir gak perlu.”
“Perlu, biar gua gak berharap lebih sama abang lo Kai.”
“Gak ada yang ngelarang lo buat berharap lebih. Mereka udah lama pisah ranjang, atau bisa dibilang hampir gak pernah seranjang malah. Mereka berdua nikah karena di jodohkan, he was love her, too much. But, Ratu gak pernah menghargai Raja, dia bahkan pacaran sama orang lain secara terang-terangan padahal dia berstatus sebagai istri dari Raja. Don’t worry sih, Raja juga udah hilang rasa sama Ratu, mereka tinggal nunggu tanggal cerai mereka aja, lo gak usah sedih, dari awal sebelum lo ketemu sama Raja, Raja emang udah pengen kenal sama lo, it means he is the first one who fall to you.” Jelas Kaisar. Setitik harapan yang sempat layu, kini kembali tumbuh dalam hati Raina.