Rumah

1094 Kata
               Seperti manusia yang selalu punya rumah untuk pulang, Raja mengaku bahwa Raina sudah seperti rumah baginya. Ada kenyamanan yang tidak ia dapatkan pada Ratu namun ada pada diri Raina. Raja memang masih bimbang terhadap perasaannya sendiri, Raja memang masih belum tahu langkah apa yang akan ia ambil kedepannya, namun setiap kali ia menghindari Raina, maka setiap kali juga ia merasa rumahnya hilang. Ia memang nyaman berada di versi lain dari diri Ratu, ia tenang saat Ratu tidur di sampingnya, ia senang ketika Ratu memasakan sesuatu untuknya, ia senang di saat Ratu berdiri di sampingnya dengan status sebagai istri, namun di saat yang sama Raja lebih senang ketika Raina yang melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Selama ini Ratu sudah terlalu berkuasa di dalam pikiran Raja, sebaik apapun dan selunak apapun sikap Ratu sekarang, namun semua itu mungkin tidak akan merubah perspektif Raja tentang dirinya, dulu Raja memang selalu berharap bahwa suatu saat Ratu akan menjadi istri yang baik, namun itu dulu jauh sebelum ia mengenal Raina, di awal-awal kedekatannya dengan Raina pun, Raja masih sempat meminta Ratu untuk menjadi istri yang baik, namun sikap Raina yang membuat Raja membuat pilihan lain, ia menjadi Ragu dengan permintaannya sendiri.                Selama ini, di kepala Raja ia hanya menginginkan seorang istri yang baik, yang menyambutnya ketika pulang bekerja, yang memasakannya makanan rumahan, yang menghargai pendapatnya, yang bisa di ajak untuk bertukar pikiran, yang tetap berada di rumah setelah bekerja seharian dan juga tetap berada di sampingnya di kala ia butuh dukungan, Raina adalah perempuan yang mendefinisikan itu semua, kecuali bagian terakhir. Selama ini Raja sadar bahwa ia dan Ratu selalu berkompetisi menjadi yang terhebat, Ratu yang terobsesi dengan kehebatan dirinya sendiri, sementara Raja yang tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengimbangi istrinya itu, mereka juga tidak pernah sependapat, kecuali masalah Ranjang. Namun lucunya, Raja malah sempat mencintai Ratu, mungkin Rasa itu masih ada sampai sekarang, tapi di satu sisi ia sudah ada niat untuk mengakhiri segalanya, sejak ia melihat Raina untuk yang pertama kali.                “Gimana menurut lo Kai?” Kali ini Raja pulang ke rumahnya, semenjak mama dan papa nya berangkat ke Jepang, suasana rumah itu terbilang sangat sepi, hanya ada Kaisar dan para pekerja di rumah mereka, itupun jika Kaisar juga pulang ke sana.                “Gak usah sama Raina.” Balasnya.                “Kenapa?” Tanya Raja.                “Nggak aja, gak usah. Setelah semua yang terjadi, lo masih nganggap dia baik? Bahkan Ratu yang gak manusiawi di mata gua aja selama ini malah jauh lebih baik daripada Raina. Ratu emang jahat, tapi dia gak pernah mengumbar kesalahan orang lain secara terang-terangan untuk bikin dirinya dapat nilai plus di mata orang-orang. Dari semua kekacauan yang Raina buat, lo nggak pernah mikir gimana perasaan Ratu? Bayangin aja satu negara tahu gimana seluk beluk keluarganya, satu negara tahu kalau keluarganya hancur, bangkrut, satu negara jadi tahu apa yang terjadi sama mendiang ibunya padahal selama ini Ratu aja gak pernah nyebutin apa yang terjadi sama ibunya, satu negara tahu kalau suaminya selingkuh dengan orang yang tidak sebanding dengan dia, satu negara tahu kehidupan pribadinya yang selama ini dia tutupi, bisnisnya bangkrut, masyarakat gak mau nerima bisnisnya lagi, aset punya ibunya di rampas, dia gak dapat aset apa-apa dari papanya, dan semua itu dia tanggung sendirian, dan lo pikir Raina masih baik? Ayolah gua tahu lo bego bang, tapi buka deh mata lo sesekali, pikir ulang, dia emang beneran baik gak sama lo?”                “But she’s fine with that. Lo tahu kan kalau gak ada yang bisa nyakitin Ratu?” Raja menatap adiknya dengan tatapan kosong, memang benar selama ini tidak ada yang bisa menyakiti Ratu, wanita itu sendiri yang mengklaim dirinya seperti itu. Bahkan di titik terendahnya pun ia tidak mau di tolong oleh siapa-siapa, bahkan di titik dimana ia membutuhkan orang setelah apa yang ia lalui pun ia tidak mau, jika Kaisar berpikir Ratu akan merasa sakit, mungkin Kaisar belum mengenal Ratu sepenuhnya.                “Who’s know? se kuat-kuatnya dia, dia juga tetap aja manusia. Posisiin diri lo di diri Ratu sekarang, kalau aja lo yang di posisi dia sekarang lo mampu gak buat survive? Enggak kan? Seenggaknya kalau emang udah beneran gak mau sama Ratu, lepasin aja dan cari orang lain selain Raina. Sorry bang, tapi gua nyesel ngenalin lo sama dia, ingat di minggu-minggu awal gosip tentang kalian berdua beredar? Dia di panggil sana-sini sama media dan di saat itu dia menutup diri dari lo kan? Dia baru mau ketemu sama lo pas job nya sama media udah sepi. Lo gak mikir apa, dia suka sama lo karena lo orang ada ? pikir lagi ya bang, lagian dia lebih jahat dari Ratu dan lo gak pantes ngulang rasa sakit buat yang kedua kali.” Kaisar meninggalkan kakaknya sendirian di ruang keluarga, ia sudah malas untuk mendengar semua omong kosong tentang kisah cinta kakaknya yang selalu rumit, kakaknya selalu jatuh ke orang yang salah. *****                Raja sengaja pulang ke rumahnya lebih larut dari biasanya, sekarang sudah pukul setengah tiga dini hari dan ia baru tiba di rumah. Keadaan rumah sudah sangat gelap, hanya terdapat beberapa bagian saja yang lampunya masih menyala, termasuk ruang makan yang dimana lampunya selalu mati setiap malam. Raja mendekat ke arah ruangan itu, ia cukup terkejut melihat keberadaan sosok perempuan berambut panjang yang duduk membelakanginya di atas meja, andai saja tidak terdengar samar-samar backsound game saat itu, mungkin Raja tidak akan tahu kalau wanita itu adalah Ratu.                “What are you doing here? It’s almost 3 am.” Raja menegurnya, Ratu kemudian menengok sebentar lalu kembali menatap ponselnya.                “I know.” Jawabnya.                “So what are you doing here? Kenapa gak tidur?” Tanya Raja, lagi.                “Aku lagi main game.” Jawab Ratu seadanya. Perempuan itu memang sulit di tebak, terkadang ia melakukan hal-hal di luar dugaan Raja, sama seperti saat ini perempuan aneh itu malam duduk di ruang makan di tengah malam seperti ini, hanya untuk bermain game. Bahkan tahun lalu, ia pernah mendapati Ratu duduk di atas kap mobil pada pukul tiga subuh, hanya untuk menikmati drama korea di ponselnya, entah apa yang membuatnya nyaman dengan hal-hal menakutkan seperti itu.                “Ayo tidur.” Ucap Raja. Ratu menggeleng “I can’t”                “Why?”                “I’m sad.”                “Apa yang bikin kamu sedih?”                “Papa balikin uang kamu.”                “Maksudnya?”                “16 Milyar itu, kembali ke rekening kamu. Aset ibu gak jadi di jual ke kamu, he doesn't want to see me happy. Yaudah.” Ucapnya pasrah, ia bahkan sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda kesedihan, namun dari nada bicaranya, Raja tahu wanita itu pasti merasa sangat terpukul.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN