Aleta menatap pamannya dengan tatapan sinis, sama persis dengan bagaimana Ratu menatapnya. Raja semakin yakin bahwa anak itu benar-benar sepenuhnya sudah terdoktrin oleh pengaruh buruk Ratu. Hari ini masih Raja yang mengantar Ratu ke sekolahnya, lagi-lagi karena Ratu sibuk dan tidak bisa mengantar gadis kecil itu, dan lagi-lagi Raja menjemput Raina dulu sebelum mengantar Aleta hingga ke sekolah. Kemarin, Aleta masih ramah terhadap Raina tapi sekarang, Aleta benar-benar sepenuhnya memberi Raja dan Raina tatapan sinis, seolah-olah mereka ini adalah orang jahat.
“Aleta laper sayang?” Tanya Raina, ia sesekali menengok ke belakang, menatap Raina dengan senyum terbaiknya. Raina benar-benar senang karena perlahan Raja mulai mendekatkan dirinya ke keluarganya.
“Aku gak mau ngomong sama orang jahat.” Ucapnya di sertai dengan tatapan sinis.
“Hey… Aleta kenapa?” Tanya Raina sekali lagi, namun kali ini bukan balasan yang ia inginkan yang ia dapatkan melainkan Aleta langsung meludahinya tepat di wajah begitu ia menengok ke arah gadis kecil itu.
“Shut up, I don’t want to talk with you.” Ucap Aleta yang terdengar persis seperti Ratu. Raja yang menyadari apa yang terjadi di antara Raina dan juga Aleta seketika langsung menghentikan mobilnya, ia tidak percaya dengan apa yang gadis kecil itu lakukan, ia begitu geram, tentu saja sasaran utama kemarahannya kali ini adalah Ratu, Aleta adalah gadis manis yang mustahil akan melakukan hal semacam itu tanpa ada arahan dari orang lain.
“ALETA!” Gertaknya, sementara Raina masih shock dan membersihkan wajahnya dari sisa-sisa air liur di wajahnya. Aleta memasang ekspresi datarnya, kedua tangannya ia lipat di depan d**a, nampak tak merasa bersalah sama sekali.
“Uncle jahat, dia juga” Balas Aleta.
“Aleta gak boleh gitu sayang, gak sopan kalau kamu kayak gitu. Aleta anak baik, di ajarin sama siapa sih? Ratu ya?” Tanya Raja, ia berusaha sebisa mungkin untuk menahan emosinya, namun Aleta tetap memasang ekspresi yang sama, ekspresi datar, persis ketika Ratu berbuat hal yang sama.
Sebagai orang dewasa, tentu Raja tidak akan memperkarakan hal tersebut dengan Aleta. Satu-satunya orang yang mungkin berpengaruh akan sikap buruk Aleta adalah Ratu, setelah mengantar Aleta ke sekolah Raja terus berusaha agar terhubung dengan Ratu namun Ratu terlalu sibuk untuk sekedar meladeni Raja hanya karena masalah sepele. Baginya Aleta tidak kurangajar, Ratu hanya mengajarkan sesuatu yang baik kepada gadis kecil itu.
“Aleta gak bisa di biarin kayak gitu mas, kamu mau Aleta tumbuh jadi anak yang kurangajar? Sama aku aja berani apa lagi sama orang lain?!” Harga diri Raina seakan di injak-injak habis oleh Aleta, ia tak pernah menyangka bahwa anak kecil seperti Aleta akan meludahinya seperti itu. Andai saja bisa menangis, mungkin sejak tadi Raina sudah menangis, ia merasa sangat malu karena anak kecil saja memperlakukannya seperti itu.
“Saya juga gak tahu kenapa dia begitu.” Balas Raja, frustasi.
“Itu pasti kerjaan mbak Ratu! Cuma mbak Ratu yang gak beradab kayak gitu! Emang menurut mas siapa lagi yang ngajarin Aleta kurangajar begitu kalau bukan Mbak Ratu? Mas harus ngomong sama Mbak Ratu, aku gak terima ya mas, masa anak kecil kayak tadi berani banget ngeludahin orang dewasa, itu udah gak sopan banget, lagian aku kan gak ngapa-ngapain, emang Aleta di suruh sama Mbak Ratu tuh pasti!” Emosi Raina sudah tak bisa lagi tertahankan, perasaannya campur aduk, air matanya sudah di ujung, deru napasnya memburu dan sebentar lagi ia pasti menangis.
“Udah, kamu gak usah menangis. Nanti saya bicara sama Ratu.” Raja mengusap lembut kepala Raina. Setidaknya agar gadis itu merasa tenang, Raja juga sama terkejutnya, Aleta yang manis tiba-tiba bertingkah seperti anak kurang ajar yang tak tahu adab.
*****
Ratu baru tiba di rumah dan sudah di sambut dengan tatapan tak mengenakan dari Raja, mereka datang bersamaan namun Raja sama sekali tidak menunjukan tatapan bersahabatnya, ia menatap Ratu dengan tatapan tajam yang menunjukan bahwa ia sedang marah, sementara Ratu bersikap biasa saja, ia bahkan sempat-sempatnya mampir sebentar untuk membelikan Aleta Pizza, sesuai dengan janjinya pada gadis kecil itu kemarin.
“What’s wrong with you?” Ucap Raja tepat di belakang Ratu begitu Ratu memberikan Pizza nya kepada Aleta.
“Ratu.” Panggil Raja sekali lagi sebab Ratu tak menggubrisnya tadi. Aleta juga menghiraukan kehadiran Raja , ia bersikap seolah-olah Raja seperti musuhnya, ia menatap Raja dengan tatapan penuh kebencian.
“Let’s talk, I’ll wait you in your room.” Raja beranjak dari sana, dengan tatapan dingin penuh amarah. Ratu mau tidak mau harus mengikuti pria itu dari belakang, sementara itu Aleta menunggu Ratu di ruang makan dengan pizza nya.
“Don’t waste my time.” Ucap Ratu begitu mereka berdua sudah berada di dalam kamar.
“What’s wrong with Aleta? Kamu ngajarin dia apa? Kenapa dia tiba-tiba jadi anak kurang ajar?” Tanya Raja, matanya menatap Ratu datar penuh kebencian.
“I don’t know, why you don’t ask her? Masalahnya sama Aleta terus hubungannya sama aku apa? I told you don’t waste my time, gimanasih?” Balasnya risih. Ia melepas blazernya hingga hanya menyisakan tanktop putih tipis yang sebenarnya transparan, bahkan warna bra nya dapat terlihat dari sudut pandang Raja.
“Dia ngeludahin Raina.” Ucap Raja pada akhirnya. Di detik selanjutnya Ratu tertawa puasa, Aleta benar-benar sesuatu, ia melakukan hal-hal yang menurut Ratu mustahil akan Aleta lakukan.
“She did it?! Wow! Beneran? Kamu gak bohong kan?!” Ratu tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya, begitu mendengar Aleta meludahi Raina.
“Berarti emang benar kamu yang ngajarin Aleta begitu kan?”
“Aku gak bilang kalau Aleta harus ngeludahin Raina kok. I just told her, kalau dia boleh balas kelakuan jahat orang lain, aku salah ya? Dunia ini terlalu kejam, dan Aleta gak boleh terlalu lemah, di sekitarnya ada orang banyak, aku, kamu, dan Raina juga orang jahat. Semua tergantung dari pandangan Aleta, kalau dia ngerasa aku jahat dia bebas untuk ngelakuin sesuatu ke aku, kalau dia ngerasa Raina jahat, terus dia ngelakuin sesuatu hal sama Raina ya udah itu hak nya dia, seharusnya kamu gak nyalahin Aleta doang, seharusnya kamu juga nanya ke Raina apa yang dia lakuin ke anak itu sampai-sampai Aleta ngeludahin dia. C’mon kamu jangan bikin yang kecil terus bersalah, klasik tahu gak.”
“Ratu… Aleta bukan anak kamu! Kamu gak berhak ngatur gimana sikapnya dia, kamu gak perlu ngajarin dia ini itu, you are not her mother, kalau kamu mau membentuk karakter seseorang, make your own baby, jangan rusak anak orang lain.” Ucapan Raja barusan sukses membuat Ratu terdiam dengan penuh tanda tanya di kepalanya. Ia takut punya anak.