leave the little lady 2

1148 Kata
               “Aleta kenapa belum pulang sampai jam segini? Mang Ujang! Mang Ujang!” Sudah pukul sepuluh malam namun Aleta belum juga sampai di rumah, Ratu baru menyadari hal itu begitu melihat jam di pergelangan tangannya.                “Iya nyonya, saya disini.” Ucap pria paruh baya yang mengantar Aleta ke sekolah.                “Aleta kenapa belum di jemput? Sudah jam 10 malam seharusnya dia sudah keluar dari tempat les nya dari jam 9. Ini kalau mama saya tahu mang Ujang bisa di marahin kalau begini. Miss nya Aleta juga gak telfon saya soalnya, aduh.” “Saya di suruh pulang sama Raina nyonya pas selesai mengantar mereka ke sekolah, saya pulang juga langsung ke kantor bapak untuk mengawal bapak.” Mendengar hal itu, Ratu bergegas mengambil kunci mobil, selain karena takut dengan mertuanya, Ratu juga takut sesuatu yang buruk terjadi pada gadis kecil itu.                “Ada apa ini ribut-ribut? Kamu kenapa?” Tanya Raja. Ia yang baru saja tiba bersama dengan Mang Ujang tentu saja kaget mendengar kegaduhan di bawah.                “Tanya tuh sama jalang yang kamu hamilin! Bisa-bisanya dia ninggalin Aleta di sekolahnya, emang gak ada otak” Ucap Ratu dengan penuh emosi, ia menepis tangan Raja yang menahannya.                “Kita bisa cari Aleta bareng-bareng! Kamu gak usah emosi begini!” Gertaknya.                “Gak usah emosi begitu, Aleta pasti gak kenapa-kenapa kok, ayo kita cari Aleta.”                “Gak kenapa-kenapa kamu bilang?! Itu anak orang Ja, mau ngapain kamu kalau sampai sesuatu yang buruk terjadi sama dia? Raina bisa tanggung jawab? Enggak kan?!” Ratu menepis tangan Raja yang sejak tadi berusaha menahan tangannya untuk tidak pergi. Ratu segera berangkat menuju sekolah Aleta, berharap gadis itu masih berada di sana. Ratu membelah jalanan ibu kota Jakarta dengan kecepatan penuh, sudah pukul setengah sebelas malam dan Ratu belum bertemu dengan Aleta sama sekali. Sesampainya di sekolah gadis kecil itu, keadaannya sudah sangat sepi, dengan panik Ratu langsung menemui bagian keamanan sekolah itu untuk memastikan dimana keberadaan Aleta saat ini.                “Iya, Aleta dimana pak? Harusnya dia sudah pulang sejak jam 9 kan?” Tanya Ratu dengan tergesa-gesa.                “Betul ibu, tapi Aleta sudah pulang sejak pukul sembilan lewat lima belas menit di jemput oleh seorang wanita yang mengaku sebagai walinya, dengan nomor polisi B 12 A berwarna hitam, id nya terdaftar sebagai wali.” Jelas Satpam tersebut. Ratu seketika bernapas lega, mobil itu adalah mobil milik ibu mertuanya, setelah itu Ratu buru-buru beranjak dari sana menuju rumah mertuanya dengan perasaan yang masih was-was, semoga yang menjemput Aleta benar ibu mertuanya. *****                “Kai, mama sama Aleta mana?” Tanya Ratu begitu sampai di rumah sang mertua.                “Loh, kan ke rumah kamu mbak.” Jawab Kaisar. Ratu kebingungan sendiri.                “Aleta nangis-nangis pengen balik ke rumah kamu, takut kamu khawatir katanya, soalnya kamu di telfonin sama mama juga gak aktif.” Ratu buru-buru merogoh ponsel di saku celananya, dan mendapati ponselnya betul-betul mati kehabisan batre.                “Yaudah, aku balik deh kalau gitu. Bye Kai.”                “Mbak…” Panggil Kaisar.                “Kenapa?” Balas Ratu. Kaisar terdiam cukup lama, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia menjadi segan berbicara kepada Ratu semenjak rentetan peristiwa yang menimpa rumah tangga iparnya itu, ia merasa ia lah yang berada di belakang Raja sehingga Raja berani berbuat seperti itu.                “Sorry to bring Raina come to your husband’s life, I mean, kalau waktu itu aku pura-pura aja gak kenal sama Raina, andai waktu itu aku berpikir lebih panjang mungkin kamu gak kena problem segininya. Andai aja waktu itu aku gak ngedukung Raja, aku terlalu kesal sama kamu waktu itu tanpa berpikir apa akibatnya, Sorry Queen. I don’t know what to do anymore soalnya setiap hari aku merasa bersalah, apalagi kalau berita tentang rumah tangga kamu muncul lagi, I know it’s hurt you and it’s hurt me too.” Ratu menghela napas dan mengangguk, entah kenapa ia tidak bisa marah, padahal ia juga cukup terkejut dengan pengakuan adik ipar nya barusan, ya memang selama ini Ratu tahu jelas bagaimana bencinya Raja terhadap dirinya.                “Okay, but nobody can hurt me Kai. Tenang aja, kamu gak usah merasa bersalah, lagipula it’s really fun since she come to my house, nafsu aku buat menyiksa orang muncul lagi, I don’t know apa yang bakal aku lakuin ke dia, tapi kayaknya menyenangkan kalau main-main sebentar, iya kan Kai?” Balas Ratu dengan senyum licik di wajahnya.                “Queen…”                “Aku balik ya, bye Kai.” Ratu beranjak dari tempatnya, tidak lupa ia melambaikan tangannya kepada Kaisar sebelum benar-benar menghilang dari hadapan adik iparnya itu.                Ratu lega sendiri, setidaknya tidak terjadi sesuatu yang buruk terhadap Aleta. Ia pulang dengan keadaan tenang, bahkan ia menyempatkan dirinya untuk mampir sebentar ke salah satu restaurant fastfood kesukaannya untuk membeli beberapa cemilan untuk dirinya dan juga Aleta lalu setelah itu barulah ia pulang ke rumah. Sesampainya ia di sana, ia cukup terkejut sebab semua orang tengah berkumpul di ruang tengah, termasuk Raina, seluruh pelayan dan juga sopir mereka. Begitu melihat Ratu datang, Aleta langsung berlari ke arah Ratu, gadis kecil itu begitu senang melihat Ratu yang akhirnya tiba.                “Aku kirain kamu kemana, aku khawatir tau, kata oma handphone kamu juga gak aktif.” Ucapnya sembari bergelayut di kaki Ratu.                “Kata Kaisar kamu nangis ya? Dasar cengeng.” Balas Ratu. Mendengar hal itu bukannya cemberut Aleta malah tertawa, mereka kemudian berjalan menuju ruang tengah tempat semua orang berkumpul.                “Ma.” Ucap Ratu menyapa mertuanya.                “Iya sayang, kamu habis dari mana?” Tanya Rika.                “Habis nyariin Aleta, tau nya udah mama jemput.” Balas Ratu. Aleta yang mendengarnya kegirangan sendiri “Kamu khawatir ya sama aku?”                “Biasa aja sih, takut kalau di marahin sama mama karena ada penculik yang nyulik kamu terus kepala sama organ kamu di jual, mana gak seberapa lagi harganya.” Balas Ratu.                “Ih Ratuuu.”                “Ma, kok semuanya di kumpulin di sini?” Tanya Ratu                “Mama Cuma mau mastiin Raina ini ada kelainan apa sampai berani-beraninya ninggalin cucu mama di sekolah tanpa pengawasan. Dia mungkin gak tahu siapa Aleta ini, di saat semua anak di sekolah Aleta di dampingi sama nanny mereka, bisa-bisanya Raina pergi tanpa rasa bersalah.”                “Tapi saya bukan Nanny nya Aleta tante.” Balas Raina, matanya sudah berkaca-kaca karena sejak tadi ia begitu di intimidasi oleh Rika.                “Terus apa? Kamu juga ngapain tinggal di rumah anak dan menantu saya kalau bukan jadi Nanny atau pekerja di sini? Di dunia ini tidak ada yang gratis ya, lagipula kamu bukan siapa-siapa, selagi kamu masih lancang masuk ke kehidupan anak saya, saya akan tetap menganggap kamu sama atau bahkan lebih rendah daripada semua pembantu di rumah ini. Kalau kamu mau tinggal di sini, kamu harus jelas, bekerja untuk apa kamu di sini!” Ucap Rika dengan penuh penekanan, sorot matanya terlihat begitu berapi-api, membuat siapa saja yang menatapnya menjadi takut.                “Ma…” Tegur Raja, namun Rika menghiraukannya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN