25. Belum Selesai

1881 Kata

Langkah Maya tersurut ke belakang. Ia bersama Dokter Reza baru saja tiba di rumah sakit seusai sarapan. Ketika turun dari mobil, sebuah tamparan keras mendarat tepat di pipinya. Begitu keras dan tidak terduga, tubuh ramping itu bahkan tersuruk hingga membentur badan mobil. "Tante?" Maya memegang pipinya yang terasa panas. Di hadapannya, Arumi berdiri dengan wajah merah padam, sementara matanya menyorot nyalang. Napas wanita lima puluhan tahun itu memburu, dadanya turun naik. Cukup untuk menjelaskan jika ia sedang menahan amarah. Di belakang Arumi, berdiri Andini yang menatap Maya dengan raut sinis. "Apa tidak jelas ucapan saya tempo hari, agar kamu menjauh dari anak saya dan jangan pernah lagi berhubungan dengannya?" ucap Arumi. Intonasi bicaranya tidak tinggi yang mungkin dapat mena

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN