Pagi hari, Dokter Reza melangkah gontai dari kamarnya menuju ruang makan. Geraknya lesu. Sementara rautnya sayu. Penampakan yang cukup untuk menyiratkan tidak ada sedikit pun gairah hidup dalam dirinya. Binar bahagia yang selama beberapa hari ke belakang kerap terpancar, pupus bagai tak berbekas. Sesampai di meja makan, ia langsung menarik sembarang kursi, lalu menghenyakkan tubuhnya di sana. Tidak suara atau sapaan pada kedua orang tuanya yang meluncur dari bibirnya. Tangannya tergerak hendak meraih selembar roti, ketika Arumi mengajukan sebuah pertanyaan. "Lho, kamu sarapan di rumah, Za? Wanita itu menatap dengan sorot mata penuh tanya, seakan heran anak laki-lakinya itu turut sarapan bersama mereka. Dokter Reza tercenung sejenak. Ganti dirinya yang menatap heran pada Arumi. Kemud