16. Tamu Siapa?

1859 Kata

Dokter Reza menggeram tanpa sadar. Rahangnya bahkan mengeras dengan gigi-gigi saling bergemeletuk. Lekas-lekas ia meraih tangan Maya lalu menggenggamnya dengan sangat erat. Matanya nanar menatap Andre yang melangkah lebar ke arah mereka, tepatnya ke arah Maya. "Selamat pagi, Dok." Walaupun laki-laki itu tetap menunjukkan respect dengan memberi salam kepadanya terlebih dahulu, dokter Reza dapat melihat dengan jelas jika pandangannya hanya ingin fokus tertuju pada Maya. "Selamat pagi," balas Dokter Reza ketus. Jujur saja, hatinya geram pada junior jauhnya itu. Kemarin ia sengaja secara terang-terangan memanggil Maya dengan sebutan sayang, dengan maksud untuk membuatnya mundur dan menjauh secara perlahan. Akan tetapi, rupanya semua itu belum mampu menghentikan hasratnya untuk mendekati

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN