"Terima kasih, ya, May." Andre tersenyum lembut sembari menoleh pada Maya yang berjalan di sisinya. Binar bahagia terpancar di matanya. "Aku yang harusnya terima kasih, Dre. Sudah kamu traktir sarapan." "Kalau begitu sama-sama terima kasih. Aku senang bisa sarapan bareng kamu, May. Traktir kamu tiap hari pun aku enggak masalah kalau bisa sarapan sama kamu terus." "Jangan, dong. Akunya yang malu kalau ditraktir tiap hari." "Malu kenapa?" "Ya, malu. Teman apaan yang bisanya cuma morotin?" "Kalau kamu yang morotin, aku, mah ikhlas aja, May." Maya dan Andre tertawa lepas. Mereka berjalan berdampingan melewati koridor rumah sakit usai sarapan pagi di kantin. Pagi ini melalui pesan singkat w******p, Andre menawarkan Maya untuk sarapan bersama. Ia membebaskan Maya untuk menentukan tempa