"Kenapa pagi sekali, Dok?" Maya merengut ketika baru pukul enam lewat, Dokter Reza sudah datang menjemputnya. Iya. Berdasarkan perjanjian awal, dirinya lah yang seharusnya menjemput laki-laki itu. Akan tetapi, secara sepihak semalam dokter Reza memutuskan untuk mengantar Maya, lalu membawa kembali sepeda motornya pulang. Jadilah hari ini dia yang dijemput. Alasannya, masa laki-laki yang dijemput. Seharusnya laki-laki menjemput. Memang dasarnya saja ia tipe yang suka memaksakan kehendak. "Emang biasa kamu berangkat jam berapa?" balas Dokter Reza ringan. Ia tersenyum menatap wajah Maya yang cemberut. Bukannya jelek, baginya raut gadis itu justru tampak kian menggemaskan. Andai saja boleh, ingin rasanya dia mencubit pipi putih yang berceruk itu sampai merah. Ia memang sengaja tidak bertan