"Saya duluan, Yah, Bun," ujar Dokter Reza setelah meneguk air putih dan membersihkan bibirnya dengan tisu. Dia dan kedua orang tuanya sedang makan malam bersama. Dahi Arumi berkerut. Ia menghentikan suapannya dan menatap heran pada anak laki-lakinya itu. "Kenapa cepat sekali, Za? Enggak nambah? Tadi kamu ambil nasinya cuma sedikit?" tanyanya dengan sederet kalimat sekaligus. Dokter Reza menggeleng pelan, "Enggak, Bun. Saya sudah kenyang," ucapnya pelan lalu beranjak, "saya ke kamar dulu." Arumi dan Fahrurrozi mengiringi langkah putranya itu dengan sorot penuh tanya. Sikap Dokter Reza dua hari ini sangat berbeda dari biasanya. Ia yang biasanya selalu ceria dan banyak bicara, tampak lebih banyak diam dan tidak bersemangat. Beberapa hari ini, terutama sejak kemarin ia drastis jarang b