Bab 6. Rencana Nico

1021 Kata
Happy Reading. Prilly tersenyum sambil berjalan masuk ke apartemen sahabatnya, dia melihat wanita yang tengah duduk menatapnya dengan rasa ingin tahu. Senyumnya semakin mengembang ketika dia memperlihatkan beberapa foto pada wanita tersebut. "Lihat, aku berhasil!" seru Prilly tertawa. Wanita yang tidak lain adalah Aurel itu mengerutkan keningnya. Dia mengamati foto-foto yang ada di tangan Prilly. Bibirnya tidak bisa jika tidak berdecak dengan keberanian sahabatnya itu. "Jadi? Kau benar-benar merencanakan semua ini dan menjalankannya?" tanya Aurel dengan kedua alisnya yang terangkat. Sungguh dia merasa jika Prilly memang begitu berani. "Yups!" Prilly duduk di depan Aurel dan memasukkan foto yang baru saja dia perlihatkan pada wanita itu. "Aku harus melakukannya karena bayi yang ku kandung membutuhkan sosok ayah," jawab Prilly. Aurel mendengus, sungguh Prilly memang wanita yang begitu licik. "Lalu, bagaimana reaksi wanita itu?" tanya Aurel bersedekap d**a. Dia sungguh penasaran bagaimana reaksi Selma ketika melihat foto-foto suaminya dengan wanita lain dalam keadaan tanpa busana. Aurel masih memiliki dendam tersendiri terhadap Selma. Karena Selma dia diceraikan oleh Dikta, terlepas memang semua itu adalah kesalahannya. "Setelah melihat foto-foto itu dan mendengar karangan cerita ku, dia pingsan dan ada seseorang yang menolongnya, sepertinya dia membawa Selma ke rumah sakit, kamu tahu siapa pria yang menolong Selma?" "Hei, aku bukan cenayang yang bisa menebak sesuatu yang tidak ku tahu!" seru Aurel. Prilly tertawa kecil, kemudian dia sedikit memajukan tubuhnya pada Aurel dan berbisik. "Yang menolong Selma adalah mantan suaminya yang juga mantan suamimu." Aurel melototkan matanya mendengar ucapan Prilly. Sudah lama sekali dia tidak mendengar kabar dari Dikta. Semenjak mereka berpisah beberapa tahun yang lalu Dikta benar-benar menghilang dari kehidupannya dan dia sama sekali tidak bisa menemui pria tersebut. Kondisinya yang juga semakin terpuruk dengan menjadi sugar baby om-om berkepala botak dan berperut buncit. Meskipun sekarang kondisinya sudah lebih baik karena dia masih mendapatkan banyak orang dari cara menjual diri, tetapi Aurel masih memiliki keinginan bisa bersama dengan Dikta lagi. "Kok Dikta bisa ada di sana? Kenapa bertepatan sekali pas Selma pingsan? Sial!" geram Aurel. "Ya mana aku tahu." Prilly mengedikkan bahunya. "Aku juga baru engeh kalau itu Dikta, ya meskipun aku nggak kenal tapi wajah dia familiar," lanjut Prilly mengambil jus milik Aurel. "Jangan sampai ini semua menjadi Boomerang buatku!" "Maksudnya?" tanya Prilly. "Ah, sudahlah. Semoga rencanamu berhasil dan jangan sampai libatkan aku!" Aurel berdiri dan berjalan ke arah dapur. Prilly termenung, kenapa kata-kata Aurel membuatnya takut? "Ah, tidak mungkin. Aku yakin Nico tidak akan mengetahui semuanya. Aku sudah membayar mahal pada orang-orang itu!" *** Sementara di rumah sakit, Nico berhasil mengusir Dikta untuk pulang. Nico tidak suka jika permasalahan rumah tangganya di sangkut pautnya dengan orang lain. Pria itu tahu jika dalam hal ini Prilly memang sengaja menentangnya. Nico tidak akan melepaskan wanita itu. Sungguh dia sangat menyesal karena tidak menghukumnya saat malam di mana Prilly menjebaknya. Nico benar-benar menyepelekan wanita yang pernah menjadi sekretarisnya itu. Sungguh dia tidak menyangka jika Prilly akan senekat ini dengan melibatkan istrinya. "Aku akan segera mendapatkan bukti-bukti itu, sayang. Aku tidak pernah berselingkuh darimu. Aku bahkan akan melakukan tes DNA langsung saat ini juga kalau kamu masih meragukan ku," gumam Nico. Pria itu menatap sang istri dengan tatapan sendu. Selma sejak tadi hanya menutup mata sambil membelakanginya meskipun dia tahu jika isterinya itu tidak tertidur. Sejak tadi Selma mengatakan perpisahan dan perceraian. Selma begitu sakit hati dengan bukti-bukti yang diberikan oleh Prilly. Nico paham, pasti bukti foto ketika dia tidak sadarkan diri dan ditelanjangi oleh Prilly. Istrinya itu bahkan masih tidak mau menatap ke arahnya. Untung Nico bisa mengendalikan emosinya dan dia mengatakan pada anak-anak jika ibunya masuk rumah sakit. Arsenio yang sejak tadi ingin menjenguk ibunya di larang oleh Nico karena memang kondisi ibunya belum stabil. Terlebih emosi Selma masih belum bisa dikendalikan, Nico tidak ingin anaknya tahu tentang permasalahan mereka. "Apa kamu tidak memikirkan anak-anak? Tolong berpikirlah secara jernih dan jangan hanya mempercayai dari satu pihak. Mungkin foto itu memang nyata dan bukan editan, tetapi aku yakin jika semua ini adalah ulah wanita itu, maaf sebelumnya aku sama sekali tidak mengindahkan perkataan mu, sayang." Nico masih mengajak Selma mengobrol. Dia yakin jika isterinya itu masih mendengarkan. "Aku sama sekali tidak pernah melakukan hal itu, aku bersumpah dan akan membuat wanita itu mengakuinya, Sayang. Percayalah." Di sisi lain. Galih datang ke rumah sakit membawa bukti-bukti yang dia dapat dari petugas CCTV club malam itu dengan tergesa-gesa. Dia harus membeberkan bukti-bukti itu pada sang atasan dengan segera agar semua permasalahan Nico dan Selma bisa segera teratasi. Pria itu mencari nomor ruangan istri dari bosnya yang sudah ia ketahui, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol bahunya. Galih terkejut hingga membuat tablet nya terjatuh ke lantai. "Maaf, maaf Tuan. Saya tidak sengaja menabrak Anda. Saya terburu-buru soalnya," ujar wanita itu sambil membungkuk. Galih tidak memperdulikan wanita yang menabraknya tadi dan dia langsung pergi dari tempat tersebut setelah mendapati jika tabletnya masih menyala. Untung saja tidak mati karena semua data dari bukti-bukti itu ada di dalam tablet tersebut. "Huh, sombong sekali! Seharusnya dia bilang nggak apa-apa kek, main nyelonong pergi aja!" gumam wanita itu melangkah pergi sambil menghentakkan kakinya. "Untung tampan, kalau tidak udah aku maju!" Sedangkan Galih sudah menemukan ruangan di mana Selma di rawat. Dia langsung mengetuk pintu dan membukanya. "Galih, gimana?" tanya Nico langsung berdiri ketika melihat siapa yang masuk. "Tuan, aku sudah mendapatkan bukti-bukti tersebut. Silahkan Anda lihat," ujar Galih menyerahkan tabletnya. Nico mengambil tab itu dan langsung duduk di sofa. Dia membukanya dan melihat rekaman CCTV dari saat dia pergi ke toilet. "b******k, ternyata dia membius ku!" Rahang Nico mengeras ketika melihat rekaman CCTV itu. Terlihat seorang pria yang tiba-tiba mendekatinya dari belakang setelah dia keluar dari dalam kamar mandi dan membungkamnya dengan sapu tangan. Nico yakin jika sapu tangan itu penuh dengan obat bius karena dia langsung tidak sadarkan diri. "Kedua penjaga di ruangan CCTV sebenarnya telah menghapus rekaman ini, Tuan. Tapi saya berhasil memaksanya dengan memberikan imbalan dua kali lipat dari orang yang menyuruhnya, akhirnya mereka mau memberikan rekaman yang di hapus itu dengan sedikit ancaman," jelas Galih. "b******k, aku tidak akan memaafkan wanita itu. Galih, siapkan anak buahmu dan atur mereka untuk membuat wanita itu jera! Jangan sembarangan main-main dengan Nico Saputra!" Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN