Happy Reading
Prilly berjalan sambil membawa tumpukan map ke ruangan sang atasan. Dia mengetuk pintu ruang kerja Nico dua kali dan setelah mendengar seruan dari dalam, wanita itu pun membuka pintunya. Prilly berjalan berlenggak lenggok ke arah Nico, gerakannya begitu menggoda, tetapi sayangnya Nico tidak melihatnya.
"Pak, ini beberapa berkas dari departemen keuangan yang harus Anda periksa dan Anda tanda tangani sesegera mungkin karena hari ini juga akan segera di kumpulkan," ujar Prilly meletakkan tumpukan map itu.
Nico mendongak, melihat Prilly yang juga tengah menatap ke arahnya, Prilly tersenyum manis memperlihatkan gestur menggoda.
"Baik, nanti saya periksa, kamu bisa kembali ke tempatmu," ujar Nico.
"Tapi Pak, ada satu lagi. Saya ingin meminta pendapat Anda, apakah ini sudah benar atau belum karena saya bingung di bagian yang ini."
Prilly berjalan memutari meja dan mendekat ke arah Nico. Wanita itu sedikit membungkukkan badan dan memperlihatkannya sebuah kertas kepada Nico. "Apakah sudah benar seperti ini? Saya agak bingung dengan bagian yang ini karena terlihat begitu rumit." Prilly menunjukkan bagian mana yang dia maksud.
Nico sama sekali tidak curiga dengan tingkah sekretaris barunya itu. Keadaan mereka terlihat begitu intim karena Prilly mencoba mendekatkan area dadanya ke arah lengan Nico.
Dada besar itu terlihat menyembul karena Prilly menunduk. Wanita itu benar-benar mencoba membuat Nico tergoda oleh pesonanya.
"Kamu salah, seharusnya ini tidak ditulis seperti ini, kamu ganti saja yang bagian ini dan jangan lupa diberi titik di bagian sini. Hanya itu saja," jelas Nico.
Aroma parfum Prilly memenuhi indra penciumannya, tetapi Nico sama sekali tidak sadar dengan posisi mereka yang sudah sedekat itu.
"Oh, baik, Pak. Nanti akan saya ganti. Apakah Bapak menginginkan kopi untuk siang ini?" Kali ini Prilly sudah menegakkan tubuhnya. Dia merasa sedikit kecewa karena Nico sama sekali tidak melirik ke arahnya.
"Boleh, tolong gulanya setengah sendok teh saja," jawab Nico yang kembali fokus kepada pekerjaannya.
"Baik, Pak. Saya permisi dulu." Prilly langsung berjalan menuju pintu dan keluar dari ruangan tersebut.
"Sial, benar kata Aurel. Ternyata sangat sulit untuk bisa membuat Nico tergoda," gumam wanita itu. "Sepertinya aku harus memakai plan b!"
Akhirnya Prilly memutuskan untuk memakai rencana b yaitu menjebak Nico, jika Nico tidak tertarik dengannya, maka dia akan menggunakan penjebakan itu untuk bisa menjerat Nico. Biar bagaimanapun Prilly terlanjur jatuh cinta terhadap sang mantan kekasih.
***
Beberapa hari kemudian.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, tetapi Nico memutuskan untuk tidak pulang ke rumah dan malah memilih untuk pergi ke klub malam bersama Dion. Nico memaksa Dion untuk menemaninya. Sungguh dia merasa suntuk jika berada di rumah karena sikap Selma. Entah kenapa istrinya itu beberapa hari ini benar-benar sangat posesif dan selalu menaruh curiga padanya. Padahal Nico sama sekali tidak melakukan apa pun di belakangnya, tetapi Selma selalu mengatakan jika dia takut Nico akan terjerat oleh Prilly.
"Selma ingin gue memecat Prilly, dia takut kalau gue bakal CLBK sama dia, padahal memecat seseorang itu tidak mudah kalau orang itu tidak melakukan kesalahan," ujar Nico pada Dion yang sejak tadi menyimak curahan hati atasan sekaligus sepupunya itu.
"Susah emang, lu tahu sendiri 'kan kalau Selma pernah dikhianati mantan suaminya? Ya, wajar sih kalau dia berpikir seperti itu, seharusnya lu tuh kasih tahu dan pengertian sama dia kalau lu nggak bakal main hati sama sekretaris lu itu," jawab Dion.
"Udah, Selma percaya sama gue, tapi nggak sama Prilly. Katanya gue harus secepatnya ganti sekretaris."
Di sisi lain, ternyata Prilly juga ada di bar itu bersama Aurel. Mereka duduk di pojokan dan tidak sengaja melihat kedua pria tersebut. "Itu kan Nico, tumben dia ke bar?" seru Prilly menunjuk ke arah dua pria yang duduk di meja depan bartender.
"Wah, kebetulan nih, kenapa nggak coba lu goda aja atau kasih obat ke dia biar klepek-klepek sama lu," ujar Aurel memanasi Prilly.
"Ah, kenapa lu pinter banget."
"Nih, gue ada obat tidur, lu harus bisa bikin dia nggak sadarkan diri dan bikin seolah-olah dia udah nidurin elu." Aurel mengambil obat itu dari dalam tasnya dan di berikan kepada Prilly.
"Kenapa nggak obat perangsang aja?"
"Lu g****k apa bego sih? Kalau lu pake obat perangsang yang ada Dion curiga dan malah ngajak Nico pulang, usaha lu bakal sia-sia. Lu nurut aja sama gue dan kita jalankan rencana buat Selma sakit hati karena suaminya berselingkuh," ujar Aurel dengan senyum menyeringai.
"Ah, lu pinter banget sih, terus gimana gue kasih obatnya?" Aurel membisikkan sesuatu dan Prilly pun mengangguk senang.
***
Keesokan harinya.
Nico membuka matanya dan mengerjab perlahan, dia merasa terganggu karena mendengar suara tangisan seorang wanita. Pria itu terkejut ketika mendapati dirinya tidak berada di kamarnya dan melihat seorang wanita di sisi ranjang menangis tersedu. Matanya semakin melotot ketika mengetahui siapa wanita yang ada di sampingnya dengan kondisi tanpa busana dan hanya di tutupi oleh selimut sebatas d**a. Begitupun dengan keadaan dirinya yang juga tanpa sehelai benangpun.
"Prilly! Ke-kenapa kau di sini?"
"Hiks, kenapa Anda melakukan ini pada saya? Bapak sudah menodai saya semalam! Kita sama-sama mabuk dan Bapak memaksa saya, hiks!"
Nico menggelengkan kepalanya, dia benar-benar tidak ingat dengan apa yang terjadi semalam, seingatnya dia pergi ke bar bersama Dion dan yang terakhir kali dia ingat yaitu saat pergi ke toilet, setelah itu Nico sama sekali tidak ingat apa-apa lagi. Dia memang mabuk, tetapi tidak parah dan seharusnya dia juga masih ingat apa yang dia lakukan, bukan? Akan tetapi, Nico benar-benar tidak bisa mengingat apa pun terlebih dengan keberadaan wanita yang berstatus sebagai sekretaris itu yang mengaku telah ia nodai.
"Sial, ternyata Selma benar. Wanita itu telah menjebak ku," batin Nico. Pria itu melihat noda merah hitam di sprei dan kepalanya langsung terasa pusing, sungguh dia tidak tahu apa yang terjadi. "Aku harus segera pulang, Selma pasti mencari ku!"
Prilly melihat Nico yang tengah memakai pakaian tanpa mengatakan apapun. Padahal dia ingin jika Nico mengatakan akan bertanggung jawab dan simpati padanya. Tetapi pria itu sama tidak menatap ke arahnya, bahkan sekarang sudah melangkah keluar kamar.
"Aarrrgg! Kenapa dia cuek banget sih! Sialan! Tapi tenang, rencana gue nggak akan gagal karena gue punya foto-foto yang akan gue serahkan pada Selma, hahaha!"
Sementara Nico yang sudah berada di dalam mobil memukul setirnya berkali-kali, dia melihat ponselnya sudah mati dan tidak bisa menghubungi siapapun. Bahkan dia tidak tahu keberadaan Dion. Nico dan Dion memang memakai mobil sendiri-sendiri ketika pergi ke bar itu.
"Sial, aku benar-benar menyesal karena tidak mempercayai Selma kalau Prilly memang wanita licik!"
Nico akhirnya percaya dengan apa yang dikatakan oleh istrinya. Feeling seorang istri memang selalu benar dan sekarang dia baru sadar jika dia telah dijebak oleh Prilly.