Bab 3. Shock

1184 Kata
Happy Reading. Nico akhirnya sampai di rumah dan dia langsung di hadang oleh Selma di depan pintu dengan tatapan yang tajam. "Nggak pulang semalam, ponsel nggak bisa dihubungi dan sekarang pulang-pulang keadaan kamu benar-benar berantakan. Ck, kemana saja semalam, Mas?" tanya Selma dengan nada yang begitu tenang tetapi terdengar begitu dingin. Nico menelan salivanya dengan susah payah, dia tentu saja tidak akan berkata jujur dengan apa yang terjadi padanya semalam. "Sayang, maaf aku nggak ngabarin kamu, aku nginep di rumah Dion dan langsung tidur setelah lembur. Amelia sedang kembali ke Paris jadi kami lembur di rumah dia, maaf ya?" Nico tidak bermaksud berbohong, tetapi dia harus mengatakan hal ini karena tidak mau Selma sakit hati lagi jika tahu kalau semalam dia tidur seranjang dengan Prilly. Nico harus mencari tahu motif apa sebenarnya yang diinginkan oleh Prilly sehingga wanita itu sampai menjebaknya. "Beneran nginap di rumah Dion?" "Iya, kalau nggak percaya kamu bisa tanya sama Dion, ayok sekarang masuk. Aku udah lapar, Dion nggak kasih aku makan," ucap Nico merangkul bahu istrinya dan mengajaknya masuk ke dalam. Untung saja Selma percaya dan tidak menginterogasinya lagi. Nico harus meminta Galih untuk menyelidiki tentang Prilly. Dia sangat yakin jika semalam dia hanya dijebak dan tidak mungkin melakukan hal itu karena Nico sama sekali tidak mengingat apa pun. Nico hari itu tidak masuk ke kantor karena ingin berduaan terus bersama sang istri. Dia ingin menebus kesalahannya dengan mengurung Selma di kamar seharian. Sungguh dirinya begitu bodoh karena sudah tidak mempercayai feeling istrinya dan akhirnya di jebak oleh Prilly. Nico benar-benar menyesal sekali, dia berjanji akan memecat Prilly esok hari dan memastikan jika wanita itu tidak berani bermain-main dengannya lagi. *** Keesokan harinya. Nico memanggil Prilly untuk masuk ke dalam ruangannya, membuat wanita itu tersenyum senang. Prilly mengira jika Nico akan membicarakan masalah malam itu dan akan langkah selanjutnya akan bagaimana. Misal dia harus di jadikan istri kedua pun tidak apa-apa, nanti dengan perlahan dia akan menyingkirkan Selma dari hidup Nico dan akan membuat Nico jatuh cinta padanya. Dengan langkah percaya diri Prilly masuk ke dalam ruangan Nico, berjalan dengan senyum yang tidak luntur dari bibirnya. Nico sama sekali tidak menatapnya dan saat Prilly sudah berdiri di hadapannya barulah pria itu mengangkat wajahnya dan tatapannya terlihat begitu dingin. "Selamat pagi, Pak?" Nico tidak menjawab salam itu dan langsung melemparkan sebuah amplop coklat di atas meja. Prilly tersentak ketika melihat tersebut. "Apa ini, Pak?" tanya Prilly. "Itu surat pengunduran diri kamu, maaf Prilly, kamu saya pecat. Silahkan bereskan barang-barang kamu dan segera angkat kaki dari perusahaan ini. Nico kali ini memang harus memecat sekretarisnya itu. Selama ini ternyata dia salah menilai bahwa Prilly wanita yang baik dan kompeten sampai dia tidak mempercayai sang istri. Tetapi dia salah besar, sebelum semuanya jadi tambah runyam, lebih baik Nico memecatnya sekarang. "Heh, Bapak nggak bisa melakukan ini pada saya, saya tidak memiliki kesalahan apa pun di perusahaan ini, bahkan kinerja saya sangat baik, jadi bagaimana bisa Bapak memecat saya seenaknya?" "Saya adalah pemilik perusahaan, jadi terserah saya mau melakukan apa?" jawab Nico dengan tatapan jijik. Prilly mengepalkan tangannya. Ternyata Nico memang bukan pria yang mudah ditaklukkan. Akan tetapi, sedetik kemudian senyum sinis tersungging di bibirnya. "Jadi Bapak beneran mau mecat saya?" "Ya, kenapa saya harus mempertahankan wanita licik sepertimu?" jawab Nico datar. Dia sekarang bisa melihat kelicikan di mata wanita itu. "Oke, Bapak jangan menyesal jika saya akan menyebarkan foto telanjang kita berdua di atas ranjang dan saya pastikan bukan hanya Bu Selma yang akan membenci Bapak, tetapi seluruh masyarakat Indonesia akan membenci Bapak karena telah selingkuh di belakang istrinya," ujar Prilly tersenyum menyeringai. Nico mengepalkan tangannya mendengar ancaman dari Prilly, tetapi dia tidak takut dengan ancaman wanita itu. Meskipun sebenarnya dia juga ketar ketir jika Prilly benar-benar akan melakukannya, tetapi bukan Nico namanya jika dia bisa dipermainkan oleh wanita rendahan sepertinya. "Jadi kamu mengancam ku dengan trik murahan seperti itu? Hahaha, kau ternyata sangat berani telah bermain-main dengan seorang Nico Saputra! Silahkan sebar foto-foto itu dan aku pastikan jika kau tidak akan bisa menapakkan kakimu di dunia ini lagi, ingat jika ancaman ku juga lebih buruk daripada ancaman mu karena nyawamu taruhannya!" Jantung Prilly memompa dengan cepat ketika mendengar ucapan Nico. Sungguh, pria itu terlihat begitu menyeramkan. Tentu saja Prilly benar-benar takut dengan ancaman itu karena Nico memang bukan orang sembarangan. "Jadi, bagaimana? Apakah kau mau tawar menawar?" tanya Nico kembali membuat Prilly benar-benar tidak bisa berkutik. "Seharusnya Bapak tanggung jawab sama saya karena sudah meniduri saya semalam! Tapi kenapa Bapak malah memecat saya seperti ini!! Aarkkk sialan!" seru Prilly. Akhirnya wanita itu memutuskan untuk pergi dari ruangan Nico karena kesal dan emosi. Prilly benar-benar mencari lawan yang salah dan dia tahu jika Nico pasti akan melakukan ancamannya jika dia menyebar Video itu. "Gue harus gimana? Pasti Nico nggak main-main dengan ucapannya, aarrrgg! b******k!" Prilly membanting tasnya di atas meja. Dia sangat kesal karena semua rencananya telah gagal. *** Beberapa minggu kemudian. Selma berjalan masuk ke dalam sebuah restoran, dia ada janji temu dengan seorang wanita yang sangat dia kenal. Awalnya Selma tidak mau menemui wanita itu, tetapi karena wanita itu mengatakan jika ini hal penting dan Selma harus mengetahuinya, membuat Selma akhirnya menyetujui untuk bertemu bahkan dia tidak boleh cerita pada Nico tentang pertemuan mereka. Selma melihat wanita itu duduk di sisi pojok kanan restoran sedang mengaduk jusnya. Entah kenapa perasaannya benar-benar tidak enak. Selma melihat wanita itu menatapnya dengan senyuman tipis dan bibirnya terlihat pucat. "Hai, Selma. Maaf aku tidak memanggilmu Bu lagi karena sekarang aku sudah tidak bekerja dengan suamimu," ujar wanita itu. "Sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan, langsung saja tidak usah basa-basi!" Prilly tersenyum kecut ketika melihat Selma yang tidak sabaran untuk segera ingin tahu kabar apa yang dia bawa. Prilly membuka tasnya dan mengambil amplop putih dari dalam. Kemudian dia membukanya dan memperlihatkan sebuah kertas dan sebuah foto kecil pada Selma. "Apa ini?" Selma mengambil kertas tersebut dan membaca tulisannya. Kemudian dia melihat foto USG yang masih tidak begitu jelas. "Aku hamil dan anak yang ku kandung adalah anaknya Nico, maaf aku harus mengatakan ini padamu karena Nico mengancam akan membunuhku kalau aku meminta pertanggung jawabannya. Hiks, ku kira tidak akan ada janin dalam perutku, tetapi setelah aku periksa karena terlambat datang bulan, ternyata aku positif hamil dan aku jamin jika itu adalah anak dari Nico, suamimu. Aku punya buktinya jika kau tidak percaya. Prilly memperlihatkan foto-foto yang berada di ponselnya. Foto dirinya dan Nico telanjang dan tengah berpelukan di atas ranjang dengan Nico yang menutup matanya sedangkan Prilly berpose seperti wanita yang tengah kelelahan. "Tidak! Ini tidak mungkin!" Selma langsung berdiri setelah melihat semua itu. Jantungnya bergemuruh dan dadanya langsung terasa sesak. "Tapi inilah kenyataannya, aku tidak akan memberitahu mu kalau aku tidak hamil, aku masih tetap akan merahasiakan hubungan itu, tetapi ... aku tidak bisa jika harus menanggung aib ini sendiri." Prilly mengeluarkan air matanya, dia terlihat menyedikan. Sedangkan Selma yang shock merasakan jika kepalanya terasa pusing dan pandangannya tiba-tiba menggelap. Sebelum tubuhnya jatuh ke bawah, ada sebuah tangan yang merengkuhnya. "Selma, kau tidak apa-apa?" "Dikta ...." Dengan pandangan samar, Selma sempat menatap wajah pria yang menolongnya sebelum wanita itu akhirnya tak sadarkan diri.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN