Bab 8. Melihat Rekaman CCTV

1007 Kata
Happy Reading. Prilly terkejut mendengar ucapan dokter itu. Dari mana mereka tahu semuanya, padahal dia sudah membayar orang untuk menghapus rekaman di mana orang suruhannya tengah membius dan membawa Nico ke kamar yang ada di tempat itu. "Tidak, aku tidak mau! Kalian tidak bisa melaporkan ku pada polisi karena aku tidak bersalah! Jadi jangan main-main!" teriak Prilly. Rasanya ingin turun dari tempat itu, kemudi lari untuk menyembunyikan diri, tetapi kakinya tidak bisa digerakkan. Sepertinya kakinya telah di bius agar mati rasa dan membuatnya tidak bisa kabur. Kedua orang itu hanya diam, sebenarnya mereka adalah orang-orang Nico yang memakai jas putih seperti dokter dan bukan dokter asli. Tetapi memang sekarang Prilly berada di rumah sakit yang sama dengan Selma. Mereka diutus oleh Nico membuat Prilly buka mulut agar mau menjelaskan semuanya pada istri bosnya itu. "Baiklah, jangan salahkan kami jika hidup Anda akan lebih buruk lagi!" ujar pria tersebut. Kemudian mereka keluar dan mengunci pintunya dari luar. "Aaarrkk!! Kenapa jadi seperti ini! Aku harus segera pergi dari tempat ini, aku tidak mau hancur!" seru Prilly menjambak rambutnya. Sementara di sisi lain. Selma masih bermain bersama kedua anaknya, sedangkan Nico yang tengah memandangi mereka tiba-tiba mendapatkan pesan jika dua orang suruhannya ingin menghadap dan melaporkan. "Oke, aku akan keluar." Nico memutuskan panggilannya dan memasukkan ponselnya ke dalam sakunya. Dia berjalan ke arah anak dan istrinya. "Dad mau keluar dulu, kalian jaga mommy, ya?" ujar Nico pada putranya. "Di luar ada suster Anggi, nanti kalau Alisha rewel suruh dia masuk." "Oke Dad, siap!" jawab Arsenio mengacungkan dua jempolnya. Setelah ayahnya pergi, Arsen menatap ibunya. "Mom, apa Mommy sama Daddy ada masalah?" tanya Arsenio dengan mode wajah serius. Selma terkejut mendengar ucapan sang putra. Putranya itu sangat peka, dia tidak bisa berbohong pada Arsen karena anak itu tidak seperti anak kecil yang lainnya. Arsenio sungguh cerdas dan dia bisa menganalisis apapun hanya dari tatapan matanya saja. "Kamu ini bicara apa, Nak? Kami tidak ada masalah kok," jawab Selma tersenyum. "Mom tidak bisa berbohong, Arsen tahu jika Mom dan Dad sedang ada masalah. Arsen mohon jangan sampai lama-lama marahannya, aku dan Alisha butuh kalian," ujar Arsenio. Mata Selma memanas mendengar ucapan sang Putra, sedangkan Alisha sudah tertidur di pelukan sang ibu. Selma merasa dirinya egois kalau hanya memikirkan hati dan perasaannya saja. Seharusnya dia bisa menjaga emosinya dan mendengarkan penjelasan dari dua belah pihak. "Iya, Mommy dan Daddy memang ada masalah sedikit. Arsen tenang saja, ya? Siang ini Mommy sudah boleh pulang kok," jawab Selma berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan putranya. Arsenio tersenyum kemudian memeluk sang ibu, air mata Selma mengalir begitu saja tanpa bisa di cegah, jika dulu dia bisa sangat gampang berpisah dari Dikta karena mereka mungkin belum ada anak dan sekarang dia merasa tidak bisa untuk tidak memikirkan anak-anaknya. Selma tahu jika dia tidak bisa bertindak egois. "Bukan itu maksudnya, Mom? Arsen harap Mom dan Dad sudah baikan sewaktu di rumah!" Arsenio bicara sedikit keras hingga membuat Selma terkejut. Kemudian putranya itu berlari keluar membuat Selma merasakan hatinya begitu sakit. "Nak, Mom akan bicara sama Dad dan mendengarkan penjelasannya," gumam Selma menatap kepergian putranya sendu. Sedangkan di sisi lain. Nico mendengarkan penjelasan dari kedua anak buahnya, ternyata Prilly memang wanita yang benar-benar licik dan tidak tahu malu. Nico benar-benar merasa geram dan tidak akan memberikan kesempatan lagi jika wanita itu tidak bisa membuat situasi kembali seperti semula. "Bawa aku ke tempat wanita itu!" Kedua anak buahnya langsung mengangguk dan mengantar Nico ke tempat di mana Prilly berada. Saat sudah sampai di pintu masuk, tiba-tiba ponsel Nico berdering. Dia melihat nama sang istri dan Nico pun langsung mengangkatnya. "Halo, sayang?" "Kamu di mana?" Nico terkejut ketika Selma menanyakan keberadaannya padahal Selma masih marah. "Sebenarnya aku sedang menginterogasi wanita itu, aku akan membawanya ke kantor polisi dengan tuduhan pencemaran nama baik, fitnah, membuat bukti palsu untuk menjatuhkan nama seseorang, dan masih banyak lagi, aku akan mendesak dia untuk melakukan tes DNA jika dia masih tidak mau mengakui padahal jelas-jelas itu bukan anakku—" "Sssstt ... jangan keras-keras. Nanti banyak orang yang mendengarkan. Kembalilah, aku ingin bicara denganmu." Mulut Nico menganga, dia tidak mengangkat jika Selma sudah mau bicara lagi seperti ini. Dengan langkah lebar, Nico bergegas menuju kamar rawat Selma dengan senyum tersungging di bibirnya. Pria itu masuk ke dalam ruangan itu dan melihat Selma sendirian. Selma sudah memberikan Alisha pada baby sitter nya dan Arsenio juga ikut dengan pengasuhnya. Dia melihat Nico masuk dan langsung berjalan cepat ke arahnya. "Jadi?" "Jadi? Apa maksudnya, Yank?" tanya Nico. Mendengar suaminya memanggil dengan kata-kata "Yank" membuat Selma merasa tersipu walaupun langsung berusaha menetralkan semuanya. "Aku mau penjelasan darimu dan aku harap kamu tidak berbohong," jawab Selma. Dia akan mendengarkan penjelasan Nico sesuai arahan Arsenio. Tentu saja Nico langsung tersenyum dan memegang tangan Selma. "Kamu benar-benar mau mendengarkan, bukan? Aku sama sekali tidak berbohong dan aku akan menceritakan semuanya, kenapa aku bisa bersama Prilly dan juga dia memiliki bukti-bukti itu," ujar Nico. Sebenarnya Selma merasa deg-degan dengan pengakuan Nico, tidak mungkin kan kalau dia akan jujur jika memiliki hubungan bersama Prilly. "Aku memang ke klub malam bersama Dion waktu itu, kepalaku terasa penat karena pekerjaan dan juga sikap curigamu itu, aku hanya ingin menghabiskan sedikit waktu untuk minum wine dan saat aku ke kamar mandi tiba-tiba saja aku tidak sadarkan diri dan berakhir di atas ranjang yang sama dengan wanita licik itu, bahkan aku sudah telanjang tanpa sehelai benangpun, aku ada bukti rekaman CCTV nya." Nico membuka ponselnya dan mencari folder yang sudah di kirim Galih ke ponsel Nico. Selma melihat rekaman itu dan ternyata benar apa yang di ceritakan oleh suaminya. Setelah seorang pria bertubuh besar membawa Nico masuk ke dalam kamar, tidak lama kemudian Prilly langsung masuk dan terlihat Prilly keluar dua kali dari dalam kamar itu untuk bermain dengan seorang wanita. "Tunggu, itu kan Aurel? Jadi wanita itu ikut terlibat?" tunjuk Selma pada layar ponsel suaminya setelah di pause. "Mungkin memang dia terlibat karena Aurel mengetahui letak di mana kamar itu, aku akan membawanya sebagai saksi saat di pengadilannya nanti, sayang. Aku yakin memang mereka sudah merencanakan semuanya." Bersambung.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN