“Kev, emang kenapa sih Ibu Peri niat banget memisahkan Zayn dari Medusa itu?” Aku kan penasaran tingkat akut, ingin tahu alasannya.
“Gue kasih tahu ya, tapi ini sih subyektif aja. Setahu gue Clara emang cuma manfaatin Zayn aja. They get benefits each other. Clara kasih Zayn kehangatan dan Zayn kasih Clara duit yang selalu mengucur. Sebelum ama Zayn, Clara pernah pacaran sama beberapa laki-laki dan kabarnya bermodus sama. Intinya dia bukan perempuan baik-baik, kata mama sih. Zayn nantinya akan jadi penerus utama usaha keluarga karena gue gak begitu minat kerja di kantor. Gue punya startup sendiri kerja sama ama temen-temen kuliah gue.”
“Ibu Peri tuh selalu mencari info tentang siapapun yang lagi dekat dengan anak-anaknya ya?” Aku teringat waktu Bu Rahma cerita sudah menyelidiki latar belakangku. Holang kayah mah bebas!
“Hmm… iya. Mama seperti itu. Eeh Rein, mampir ke toko Decathlon dulu ya. Temani gue cari raket tenis.” Kata Kevin.
“Yaelah Kev, itu mah bukan mampir. Decathlon di mana, kost gue di mana. Tapi gak papa deh, kapan-kapan kita latih tanding ya. Udah lama juga gue gak olahraga nih. Tenis lapangan kan?”
“Lu suka olahraga ya? Pantesan bodi lu kekar untuk ukuran perempuan. Sedikit tomboy malah.”
“Gak melulu extrim sport kok Kev, gue juga suka voli, tenis lapangan dan badminton. Pokoknya olahraga yang berjaring gitu haha ada net. Suka aja gitu.” Sekalian menjaring laki-laki potensial untuk menjadi calon suami, tapi hingga sekarang belum berhasil terjaring juga.
“Sip deh kapan-kapan gue ajak. Kapan lu senggang? Kan dua minggu lagi mau sidang tesis?”
“Minggu depan boleh Kev, buat release stress. Butuh pelemasan otot nih gue.”
“Minggu depan? Mau apa? Voli atau tenis?”
“Voli harus grup Kev, dan temen-temen gue mana mau minggu depan diajakin secara mereka mau persiapan sidang juga, tenis aja deh.” Jawabku dengan mata berbinar. “Tapi gue pinjem raket ya, gue gak bawa raket tenis ke Jakarta.”
Tak hanya raket, tapi Kevin juga membelikan baju tenis untuk kupakai, membuat aku mengomel luar biasa, karena dia kan bisa pinjam saja ke teman sebenarnya. Yang heran kenapa ukuran bisa tepat ya Kevin?
“Udah deh Rein, gak usah manyun. Lu kan gak mungkin main tenis pakai daster. Raket itu mah gue pinjemin, ntar selesai latihan lu bawa dulu aja deh. Baju emang sengaja gue beliin. Mama yang nyuruh pas denger gue mau latih tanding tenis ama lu.” Kata Kevin berusaha meluluhkan hatiku.
“Hmm… “
“Lagian kan lu ntar bakal jadi ipar gue, Rein. Terima aja deh.”
Lah enak aja, aku kan belum mutusin hal itu.
“For your info, hari ini Zayn dan Keanu juga ikutan latih tanding tenis loh. Gue gak bilang bakal datang bareng lu. Surprise aja buat dia.” Kevin mengedipkan sebelah matanya padaku. Surprise?? Aah gak peduli aku sama Zayn Malik kw itu. Yang penting sekarang otot tubuhku yang kaku bisa sedikit lentur deh.
Sesampainya di tempat latihan tenis yang ada di Senayan ini, Kevin segera menyuruhku untuk ganti pakaian yang tepat. Ada topi juga. Waah keren deh Kevin. Aku mengganti bajuku tanpa perlu waktu lama, memakai sepatu sport yang sudah kusiapkan dari kost dan taraaa… segera keluar untuk mencari Kevin. Beberapa lelaki yang kulewati sampai melotot melihat tubuhku ini memakai pakaian tenis. Well, kakiku panjang dan jenjang, bodi tinggi dan atletis, rambut seperti biasa aku ikat asal dan kupakai topi. Sayang banget seseksi aku ini masih aja jomlo.
Tas baju ganti dan tas raket juga kubawa. Celingukan kucari tuh sosok Kevin, aah itu dia sedang mengobrol bersama Keanu. Sepertinya ada lagi seorang petenis perempuan. Waah kami akan latih tanding ganda campuran! Menyenangkan. Memikirkan hal itu dengan riang aku mendekati Kevin, menyapa Keanu dan teman perempuannya.
Setelah sedikit mengobrol dan pemanasan sebentar, tak mau membuang waktu kami segera menuju lapangan. Aku berpasangan Kevin melawan Keanu dan teman perempuannya. Bodiku yang memang tinggi ramping atletis, tampak semakin seksi dengan baju tenis ini. Aku bahkan tidak menyadari sekira lima belas menit kemudian ada sepasang mata tajam yang seperti ingin menelanjangiku.
***
Author
Kevin sialan, ngajak latihan tenis di hari Minggu gini terus berangkat sendiri-sendiri lagi. Gue kan pingin quality time ama Clara. Untung aja adik cuma sebiji, kalau enggak udah gue santet dia.
Zayn mendumel dalam hati tapi tetap berjalan menuju lapangan tenis di bilangan Senayan yang biasa mereka pakai untuk latihan. Tapi mata tajamnya seketika sedikit menyipit melihat sudah ramai saja di lapangan, dia memang telat datang karena macet di beberapa perempatan dari rumah ke situ. Yang membuat keningnya semakin berkerut saat dari kejauhan dia melihat seorang perempuan bertubuh tinggi atletis, dengan peluh yang sudah membasahi wajah dan tubuhnya, hingga semakin seksi, tampak sedang berkonsentrasi penuh pada permainan.
Zayn melihat kaki jenjang mulus itu, dan menelan ludahnya. Sial, pagi-pagi udah dikasih pemandangan menggiurkan gini. Mana tuh b****g seksi banget, apalagi pas lagi goyang gitu, menunggu bola datang. Mata Zayn ke atas berusaha mencari tahu siapa perempuan cantik bertubuh atletis dan seksi itu, sayangnya dia melawan sinar matahari hingga tidak mampu melihat dengan jelas siapanya.
Waah cewek itu jago juga mainnya, sampai bisa bikin Keanu dan Vina kocar kacir gitu. Kevin pinter juga milih partner. Cantik, seksi, bohay, kaki mulus, leher jenjang, berkilauan kena sinar matahari pagi. Bikin aku ingin melap keringat yang bercucuran di wajahnya, Clara mana mau gue ajak main tenis atau voli. Hidung mancungnya aja sampai keringatan gitu. Eeeh... Bentarrr bentarrr… hidung mancung? Leher jenjang? Jangan bilang kalau perempuan jago tenis ini adalah……