Part 12 Welcome to The Hell

1198 Kata
Kecapaian main tenis, kami beristirahat sebentar. Aku, Kevin, Keanu dan Vina dengan heboh bercerita dan tertawa lepas karena Keanu yang tampak ngos-ngosan.  “Lu tuh Kean, baru segini doang udah ngos-ngosan. Gimana sih? Ketahuan ya jarang olahraga?” Tanya Vina yang ternyata adalah teman tanding tenis Keanu dan Kevin.  “Kata siapa jarang? Gue sering olah raga kok, keluarin keringat, minimal seminggu dua kali lah.” Jawab Keanu dengan alis naik turun.  Aku mengernyitkan kening saat kemudian Kevin memukul pundak Keanu dengan kesal.  “Bukan olah raga ranjang dodol! Lu mah, gue bilang ama Tante Astrid aja disunat tuh burung. Ini olah raga beneran Keaaaanuuuu!” “Busyet kagak b***k gue Kev. Iya iya… tahu gue. Eh Rein, tapi lu jago banget tenis, emang profesional ya?” Aku tahu Keanu tadi takjub dengan permainanku dan sekarang tidak dapat menutupi kekagumannya. “Bapak dulu sering ngajak main tenis sama olah raga lain sih pas kami tinggal di Surabaya. Tapi setelah ke kampung, olah raga gue beda. Badminton sama voli.” Aku menjawab jujur.  “Tapi jago Rein, bener deh. Pantesan badan lu ama Vina keker gini. Hahaha... Adduuuh. Sakit Vin.” Keanu mengaduh karena dipukul Vina. “Lu tuh ya, biar kami ini cewek tapi badan harus sehat lah, gak lemes gitu. Ya kan Rein?!” Vina mencari dukunganku. Aku mengangguk.  “Kata Zayn, lu bisa Krav Maga juga Rein?” Aku dengar Kevin bertanya dengan nada tidak percaya.  “Iya, tapi udah gak aktif lagi. Ikutan kakak gue, yang lu lihat fotonya kemarin di ponsel gue Kev.” Jawabku.  “Krav Maga?” Tanya Keanu dan Vina berbarengan.  “Itu bela diri dari Israel itu kan ya setahu gue.” Kata Keanu. “Waaah hebat banget lu Rein, gak nyangka gue. Keren abis. Terus olah raga apalagi yang lu bisa? Penasaran gue jadinya, super girl nih.”  “Pas kuliah gue dulu juga pernah ikutan panjat tebing. Tapi gak lama sih, mending naik gunung yang beneran deh.” Kataku sambil menyeruput es jeruk segar ini.  “Gue sering tuh Rein, naik gunung, sampai puncak malah, gak cuma sendiri tapi berdua loh.” Kembali aku mendengar Keanu mengaduh karena dipukul Kevin.  “Kean lu jangan macem-macem ama anak perawan!” Kevin kesal.  “Emang lu masih perawan Rein?” Mendadak wajah Keanu berubah serius saat bertanya itu padaku, tapi kemudian mengaduh karena dipukul Kevin.  “Aduuuh Kev…. Sepuluh menit ini lu mukul gue udah puluhan kali tahu gak? Sakit!” Bentaknya kesal.  “Ngapa nanya gitu ke Rein sih lu? Sensitif tahu, lagian Rein mau jadi kakak ipar kita, ingat itu!” Kevin protektif menjagaku, aku tersenyum, mereka berdua benar-benar seperti kakak adik yang sering bertengkar.  “Emang kenapa Kean nanya gitu?” Kali ini Vina yang bertanya. “Kan jarang banget hari gini ada anak perawan mau dapat penyamun macam Zayn. Tapi gue gak yakin lu masih perawan Rein, apa gue coba test drive dulu ya biar tahu?? Habis itu gue infoin hasilnya.” Kali ini muka iseng dan tengil Keanu kembali, membuatku tersenyum lebar. “Dodol lu Kean, kalau lu test drive Rein duluan ya habis itu dia gak perawan lagi dong, terus itu Zayn cuma dapat bekas lu doang.” Kembali Kevin memukuli Keanu. Keduanya terbahak bersama, sedangkan aku dan Vina hanya tersenyum saja. Tawa canda mereka terdengar hingga ada seorang lelaki yang menatap tajam tidak suka pada keakraban mereka. Zayn merasa kesal karena Kevin dan Keanu yang terlihat akrab secara natural pada Rein. Beda dengannya yang masih harus menghilangkan dendam akibat tendangan bebas Rein ke o***g juniornya. Penasaran apa yang membuat mereka terbahak, membuat Zayn mendekati keempat orang itu. Kebetulan pula dia haus setelah tadi main tenis melawan entah siapa, ada seorang lelaki yang butuh lawan tanding, jadi kebetulan deh bisa menjadi lawannya. “Gue dapat bekas apa?” Tiba-tiba saja Zayn menimbrung dan langsung meletakkan pantatnya di sebelah Kevin hingga dia berhadapan duduk denganku dan Vina. Mata tajam Zayn menatapku seperti ingin menguliti hidup-hidup. Sementara aku, yang ditatap tentu saja tidak mau kalah, merasa juga mempunyai tatapan mata yang tajam, aku menantang Zayn tapi dengan elegan, sambil minum es jerukku,  tidak mau melepaskan tatapan mata ke Zayn. Hingga akhirnya Keanu menyadari ada yang salah.  “Rein…, kenapa lu liat Zayn sampai segitunya sih? Zayn juga. Kalian kenapa sih? Kok ada aura menyeramkan di sini? Padahal ini kan masih pagi, jam sepuluh saja belum ada, tapi sudah berasa sore hari karena aura gelap kalian.” Tangan Keanu menyentuh punggung tangan Rein. Reflek, Zayn melihat ke arah tangan Keanu itu, entah kenapa ada rasa tidak suka mendadak menyergap hatinya.  “Kean, lu tadi kan nanya jurus terlarang di Krav Maga, gue liatin mau Kean? Menendang pangkal paha dan mencolok mata lawan jika diperlukan.” Kataku tapi pandangan mataku tak lepas dari melihat Zayn yang mendadak wajahnya pucat. Mungkin dia masih teringat serangan ribuan jarum ke o***g juniornya itu. Hahaha… siapa suruh main-main ama Rein. “Enggak Rein, nyerah mah gue, ntar gue gak bisa menghasilkan bibit keturunan yang berkualitas kalau ketendang tuh o***g gue. Kasian istri gue ntar.” Keanu meringis saat menjawab itu. “Rein, kata mama lulus magister kamu akan langsung kerja di kantor mama?” Tanya Kevin mendadak. Aku melihat ke arahnya dan tersenyum semanis mungkin. Kevin lucu banget deh bener.  “Belum gue putusin, Kev. Mau balik kampung dulu, lepas dari hingar bingar Jakarta walau sesaat tapi lumayan banget loh.” Jawabku. Zayn semakin tajam menatapku. “Infoin ya Rein, mama berharap banget kamu bisa join dan jadi anggota keluarga Brotoasmoro.” Kata Kevin serius. “Balik yuk kuy, habis mandi, gerah banget mana udah siang ini. Gue ada janji ama teman.” Vina membubarkan pembicaraan itu. “Yuk Vin. Gue juga mau persiapan sidang sih.” Kataku mengamini perkataan Vina. “Biar gue yang antar Rein pulang Kev.” Aku mendengar Zayn menawarkan diri mengantarku. Yakin?? Aku melihat Zayn dengan mata heran.  “Gue ada perlu ama dia. Lu langsung balik aja ntar.” Kembali Zayn melanjutkan.  Dan hasilnya saudara-saudara saat ini aku memang berada di mobil mewah Zayn ini. Tadi aku sempat melihat permainan tenisnya. Lumayan jago sih tapi sepertinya tidak konsentrasi penuh hingga dia tadi kalah melawan lawannya yang lebih tua. Gak malu iih.  “Temani aku makan dulu.” Tanpa aku menjawab pun Zayn pasti akan langsung melajukan mobilnya ke restoran yang dia ingin. Kebutulan juga aku lapar sih. “Mau makan apa?” Tanyanya dengan nada datar. Ehhmm tumben nanya dia. “Sundanese aja, lapar banget.” Jawabku. “Ada apa? Tadi katanya kamu ada perlu denganku.” Tanyaku sambil mengunyah makanan yang dipesan Zayn. Duuh nih nasi timbel enak banget deh. “Jangan terima tawaran mama yang minta kamu untuk bekerja di kantor mama. Aku tidak mau bertemu denganmu tiap hari.” Jawabnya tegas sambil melap bibirnya yang kena sambel. Kepedesan dia. “Kenapa?” Tanyaku heran, tapi tak urung aku memberikan teh tawarku padanya. Kasian iih wajahnya sampai merah begitu kepedesan. Dia menerima dan langsung ditegak sampai habis.  “Tadi aku sudah beritahu alasannya kan? Aku tidak mau melihatmu terus menerus setiap hari.” Zayn berdecak semakin kesal.  Aku menatap tajam ke arahnya, siapa takut kalau harus tatap-tatapan kan?  “For your info Zayn, aku tipe orang yang jika ditentang maka aku akan semakin semangat untuk melakukan itu. Jadi kemungkinan besar, kamu akan melihatku terus di gedung yang sama, kantor yang sama.” Aku mulai membunyikan genderang perang. "Baiklah kalau begitu, kalau kamu tetap nekat seperti itu, welcome to the hell. Aku akan bikin hidupmu menderita." Aku tersenyum sumir. "Benarkah Zayn? Kita lihat saja ya. Memangnya belum cukup ya kesakitan yang aku berikan kemarin?" Tanyaku dengan nada mengejek. "Jangan menyesal dan menangisi keputusanmu itu, Rein. Karena aku tidak main-main." *** Hai... alhamdulilah sudah bentar lagi akan terjadi pertemuan Rein dan Zayn tiap hari nih. Gak sabar pingin cepetan bikin konflik mereka. Ah ya... sila invite dan kunjungi laman ig-ku ya rieka_sri_dewi Ada banyak teaser menarik di situ, mmm.. masih on process lebih tepatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN