Kinara melangkahkan kakinya dengan perlahan. Ini adalah hari pertama ia kembali bekerja di toko setelah satu minggu terjebak di dalam rumah karena kakinya masih belum pulih sepenuhnya.
Sama seperti biasanya, suasana pasar akan selalu ramai. Setiap toko memiliki pelanggan masing-masing kecuali tokonya. Entah hal buruk apa yang pernah dilakukan oleh keluarganya hingga toko mereka tidak pernah dilirik oleh pelanggan. Seakan sebuah toko tak berisi, semua orang selalu melewati toko baju miliknya dengan tatapan tidak berminat. Kinara sudah mencoba berbagai macam cara untuk menarik perhatian pelanggan, namun pada akhirnya semua usaha yang ia lakukan sama sekali tidak berpengaruh. Orang-orang tetap melangkahkan kakinya dengan tidak peduli seakan tidak ada toko baju di seberang jalan dimana Kinara sedang menanti sepanjang hari dengan tatapan lesu san hati yang jenuh.
“Hei! Kamu akhirnya kembali ke pasar? Bagaimana dengan kakimu? Ibumu mengatakan jika kamu terluka hingga tidak bisa berjalan selama beberapa hari.”
Orang pertama yang datang menyambut Kinara adalah Rera, perempuan penjaga toko yang terletak tepat di depan toko Kinara.
Sejujurnya Kinara sering merasa kesal dengan Rera, tapi tampaknya pagi ini perempuan itu benar-benar mengkhawatirkan keadaannya. Oleh sebab itu Kinara memberikan senyum terbaik sambil menatap wanita itu dengan pandangan seramah mungkin.
“Aku sangat baik-baik saja, kak. Tidak perlu khawatir..”
Setelah selesai menjawab pertanyaan basa-basi Rera, Kinara kembali fokus untuk membereskan beberapa pakaian yang ditata secara asal selama ia tidak datang ke toko. Terhitung sudah satu pekan berlalu sejak terakhir kali Kinara mengujungi toko ini. Tampaknya keadaan toko jadi lebih kacau dari biasanya karena ibunya tidak terbiasa menata toko dengan baik. Beberapa pakaian dipasang dengan warna yang acak sehingga membuat Kinara sakit kepala sejak pertama kali melihatnya. Tidak ada padu-padan warna yang sesuai dengan tema toko sehingga setiap pakaian yang pajang terlihat sangat random.
Kinara bersumpah tidak akan meninggalkan toko ini lebih dari tiga hari mulai dari sekarang.
Ketika Kinara sedang sibuk membereskan beberapa pakaian yang berserakan di atas meja, Rera datang mendekati Kinara. Meninggalkan tokonya yang masih sepi karena ada sebuah toko baru di ujung jalan yang baru saja dibuka. Semua orang tampaknya sedang berlomba-lomba mendapatkan diskon dari toko baru tersebut.
“Beberapa hari terakhir aku sangat sering berbicara dengan ibumu. Katanya kamu memiliki teman baru yang sangat cantik dan tampan. Apakah itu benar?” Tanya Rera.
“Kenapa kamu ingin tahu?” Tanya Kinara sambil mengangkat sebelah alisnya.
Rera mengernyitkan dahinya sejenak, tampak memikirkan jawaban yang tepat untuk pertanyaan Kinara.
“Aku hanya ingin tahu saja bagaimana kamu bisa mengenal Zeline. Dia seorang model profesional yang bekerja sama dengan banyak brand kecantikan. Ada banyak desainer ternama yang berusaha keras mendapatkan kontrak kerja dengannya. Tentu saja aku ingin tahu apakah kamu benar-benar berteman dengan seorang model atau tidak. Bukankah wajar jika aku memastikan kebenaran cerita itu?”
Kini ganti Kinara yang mengernyitkan dahinya. Dari mana ibunya tahu jika Zeline adalah seorang model terkenal? Dan mengapa Ibunya harus menceritakan pertemanan Kinara dan Zeline kepada Rera?
Sejujurnya, sejak pertama kali Zeline datang ke rumahnya, Kinara tahu jika ibunya sangat sering menatap Zeline dengan tatapan kagum. Jangankan ibunya, Kinara saja merasa terpukau setiap kali melihat Zeline memggunakan pakaian sederhana yang tampak sangat sempurna di tubuhnya. Rasanya Zeline selalu cocok menggunakan pakaian apapun dan warna apapun. Zeline juga selalu terlihat sangat cantik di segala situasi.
“Jadi kalian benar-benar berteman?” Tanya Rera.
Pertanyaan itu menyadarkan Kinara dari pikirannya yang mulai tenggelam dalam perasaan iri setiap kali memikirkan tentang Zeline.
Apakah mereka benar-benar berteman? Layakkah seorang perempuan biasa seperti Kinara berteman dengan perempuan cantik yang selalu memiliki penampilan sempurna setiap saat? Dibandingkan hubungan pertemanan, Kinara merasa jika Zeline adalah sosok wanita yang menjadi sumber insecurity-nya.
“Kapan ibuku bercerita jika aku berteman dengan Zeline?” Tanya Kinara. Ia mulai merasa sebal karena ibunya telah berani berbicara macam-macam tanpa persetujuannya.
“Hampir setiap hari dia membicarakan tentang Zeline.” Rera mengendikkan bahunya dengan santai. “Apakah Zeline jauh lebih cantik di dunia nyata? Atau dia cantik karena efek dari pemotretan?” Rera kembali mengajukan pertanyaan
Ingin rasanya Kinara mengatakan jika Zeline sama sekali tidak cantik. Perempuan itu hanya beruntung karena lahir di keluarga kaya yang bisa menunjang karirnya sebagai model. Zeline tidak cantik, dia tidak sesempurna yang dipikirkan oleh orang lain. Zeline hanya memanfaatkan nama besar orang tuanya untuk menaikkan popularitasnya. Zeline tidak sehebat yang ditampilkan, dia tidak secantik foto yang dijadikan ikon dari brand ternama, Zeline juga tidak sesempurna yang mereka bayangkan. Ya, Kinara sangat ingin mengatakan kalimat panjang itu di hadapan Rera agar dia diam dan berhenti membicarakan tentang Zeline. Sayangnya Kinara tidak bisa memungkiri jika apa yang ia katakan adalah sebuah kebohongan. Zelien sangat cantik, dia hebat dan juga sempurna.
“Jadi dia memang sangat cantik hingga kamu tidak bisa berkata-kata? Melihat dari ekspresimu, sepertinya Zeline memang jauh lebih cantik dari foto yang tersebar di media sosial.” Rera mengambil kesimpulan sambil menganggukkan kepalanya.
***
Bagaimana rasanya menjadi Zeline?
Wanita itu hanya tinggal menggunakan pakaian indah lalu berpose di depan kamera. Tanpa melakukan banyak hal yang berat, Zeline mendapatkan begitu banyak uang. Sangat berbeda dengan apa yang harus Kinara lakukan.
Ya, seperti saat ini. Kinara harus membereskan toko bajunya yang sangat kacau dan kotor karena semalam hujan deras. Ditambah lagi Kinara baru saja meninggalkan toko selama satu pekan karena ia tidak bisa berjalan. Ibunya selalu datang ke toko setiap pagi, ia menjaga toko menggantikan Kinara. Mungkin ibunya juga melakukan beberapa perubahan pada penataan toko sehingga membuat beban kerja Kinara jadi bertambah berat. Ia tidak suka cara ibunya menata toko, tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak. Kinara pasti akan segera membereskan tokonya, tapi tidak hari ini.
Sebenarnya bukan hanya permasalhan tentang kotoran dan penataan toko, tapi masih ada banyak sekali masalah lainnya yang menbuat Kinara merasa kesal setiap kali ia harus membuka pintu toko miliknya.
Toko ini sudah tidak layak untuk ditinggali, tapi mau bagaimana lagi? Kinara tidak memiliki pilihan lain. Jika Kinara tidak berjualan pakaian di sini, Kinara tidak akan bisa makan. Kinara menjalani sebuah kehidupan yang begitu sulit, sangat berbeda dengan Zeline yang tanpa melakukan apapun tetap saja memiliki banyak uang.
Sial! Kinara kembali merasa iri pada Zeline padahal sejak beberapa hari lalu Kinara berhasil menahan rasa iri di hatinya.
Hari ini Kinara bekerja dengan sangat keras di tengah keadaan fisiknya yang masih belim sepenuhnya puluh, oleh sebab itu pikirannya kembali melayang tanpa bisa dikendalikan.
Untuk sesaat, Kinara menatap jam yang ada di sudut dinding. Baru pukul 10 pagi, masih terlalu dini untuk menutup tokonya yang sepi tanpa pengunjung sejak pertama kali dibuka.
“Apakah toko ini sudah buka?”
Kinara kembali ke dunia nyata ketika dia mendengar pertanyaan yang diajukan oleh seorang wanita paruh baya yang berpenampilan unik.
Astaga, apakah wanita itu sudah gila? Dia menggunakan pakaian serba putih, sebuah sepatu boots putih dan juga topi besar yang menutupi separuh wajahnya. Wanita itu juga membawa tas yang berisi dengan bunga mawar putih.
Ya ampun, Kinara merasa jika matanya sakit ketika melihat wanita itu.
Gaya pakaian wanita itu sungguh menjijikkan!
“Ada yang bisa saya bantu, nyonya?” Tanya Kinara dengan suara malas. Wanita itu tidak akan membeli apapun. Kinara berani bertaruh untuk hal itu.
“Apakah kamu mau memberikan pakaian itu padaku? Sebagai gantinya aku akan memberikan kamu setangkai bunga mawar milikku” Kata Wanita itu.
Kinara memutar bola matanya. Apakah wanita itu sudah gila? Kinara berjuang keras untuk membersihkan toko ini lalu seorang wanita tua datang dan ingin meminta secara cuma-cuma?
Oh, Kinara memang selalu mendapatkan kesialan di dalam hidupnya.
Pembeli pertama Kinara setelah ia absen dari pekerjaannya selama satu pekan lamanya adalah seorang wanita gila yang ingin meminta secara cuma-cuma.
“Pergilah dari sini, Nyonya! Aku tidak menerima seorang pengemis. Hidupku sendiri sudah susah, jangan membuatku jadi semakin susah!” Kata Kinara dengan ketus.
“Aku berjanji jika kamu akan mendapatkan segala hal yang kamu inginkan. Kamu hanya perlu memberiku pakaian itu dan aku akan menukarnya dengan kehidupanmu. Kamu ingin menjadi Zeline, bukan? Dia seorang model terkenal, aku sudah bertemu dengannya beberapa jam lalu..”
Kinara merasa jika jantungnya akan merosot ketika dia mendengar apa yang diucapkan oleh wanita itu.
Tunggu dulu, apakah dia seorang cenayang?
Kinara tidak pernah mengatakan apapun tentang hal ini kepada orang lain. Tidak, Kinara yakin jika tidak ada satupun orang yang tahu tentang keinginan terbesarnya ini.
Jadi.. siapa wanita menakutkan yang ada di depannya?
“Jangan berbicara macam-macam. Pergilah dari sini, Nyonya!” Kata Kinara dengan suara yang nyaring.
Kinara sangat tidak menyukai hal seperti ini.
“Ah, kamu ternyata memang sangat tidak sopan. Aku sebenarnya membenci hal ini, tapi aku harus melakukan tugasku dengan baik. Aku akan menukar dirimu dengan Zeline, wanita yang kamu anggap sempurna itu. Kamu akan mendapatkan segala hal yang dia miliki dan semua orang akan memperlakukanmu sebagai Zeline. Bagaimana? Apakah kamu tertarik? Jika iya, tolong berikan pakaian itu kepadaku dan aku akan menukarnya dengan bunga mawarku yang indah..” Kata wanita itu.
Kinara masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh wanita itu. Apakah dia sudah gila?
Tapi persetan dengan semua itu. Kinara bisa mempertaruhkan segala hal yang dia miliki jika sebagai gantinya dia bisa bertukar posisi dengan Zeline. Astaga, kalaupun ini sebuah penipuan, dengan tubuh yang renta seperti itu, Kinara jelas mampu merempukkan tulang wanita itu.
Apakah Kinara memang harus menerima tawaran konyol ini?
“Namaku adalah Argoilera. Ini memang tugasku. Sudah ada ribuan orang di dunia ini yang memiliki kesempatan untuk menukar kehidupan mereka dengan orang lain. Syaratnya adalah, kedua orang yang akan bertukar posisi memang saling menerima dan menginginkan hal yang sama. Aku akan mengabulkan keinginanmu untuk bertukar posisi dengan Zeline. Sebenarnya, hampir semua orang menyesal setelah mereka menerima tawaran ini dan akhirnya mereka memohon padaku untuk mengembalikan kehidupan mereka yang semula”
Sungguh, mungkin sekarang Kinara memang sudah gila.
Apakah ini adalah dampak dari rasa iri yang terus menguasai hati Kinara? Apakah ini hanya khayalannya saja?
“Kinara, aku tidak memiliki banyak waktu. Jangan terlalu lama berpikir. Berikan aku pakaian itu dan aku akan langsung memberikan kehidupan yang kamu inginkan..”
Argoilera? Kinara tidak pernah mendengar nama itu sebelumnya.
“Baiklah, tukar posisiku dengan Zeline. Aku akan memberikan segalanya padamu jika aku mendapatkan posisi itu” Kata Kinara dengan pelan.
Kinara sebenarnya tidak terlalu yakin dengan apa yang terjadi tapi tepat ketika tangannya mencabut sebuah tangkat mawar putih dari tas Argoilera, Kinara merasa jika ada sebuah duri yang menusuk tangannya dan menghisap tubuhnya dengan sangat kuat.
Kinara baru akan berteriak tapi hal itu dia urungkan karena hanya dalam satu kedipan mata, Kinara melihat sebuah tempat yang begitu berbeda.
Kinara ingat dengan jelas jika tadi dia sedang berada di toko baju miliknya tapi sekarang Kinara sedang terduduk di sebuah meja makan yang tampak sangat indah. Kinara juga melihat beberapa orang wanita yang menggunakan seragam sedang berjalan mondar-mandir di depannya. Beberapa dari mereka mengisi piring yang ada di depan Kinara dengan berbagai jenis buah-buahan.
Oh sial! Apa yang sebenarnya terjadi