Bab 29

1737 Kata
Zeline membuka matanya dengan perlahan ketika ia mendengar suara bising yang terasa asing di telinganya. Suaranya tercekat ketika matanya terbuka dan ia menemukan fakta bahwa ia berada di tempat yang asing. Bukan di bukit tempat ia melakukan pemotratan seperti yang terakhir kali Zeline ingat. Tapi.. Zeline sedang berada di dalam ruangan sempit dengan beberapa perabotan sederhana. Oh astaga, dia sedang ada dimana? Suara deritan ranjang membuat Zeline bangkit berdiri secara tiba-tiba. Awalnya Zeline mengira jika ranjang itu akan roboh atau semacamnya, namun akhirnya Zeline menyadari jika ranjang itu berderit jika ia menggerakkan tubuh. “Kinara, ayo segera sarapan. Kamu sungguh ingin pergi ke pasar? Bagaimana jika hari ini kamu tetap di rumah saja?” Tiba-tiba seseorang muncul di ambang pintu. Zeline semakin terkejut ketika ia melihat ibunya Kinara datang sambil membawa sepiring nasi goreng. Wanita itu tersenyum dan mengulurkan tangannya untuk memberikan nasi goreng kepada Zeline. Ketika ia melihat Zeline sedang tampak terkejut dan kebingungan, wanita itu mengernyitkan dahinya dan segera berjalan mendekati Zeline. “Ada apa? Kakimu masih sakit?” Tanyanya. Zeline menundukkan kepalanya, ia melihat ke arah kakinya. Lalu tanpa sengaja menatap pantulan dirinya di cermin. Untuk sesaat napas Zeline tercekat, ia benar-benar terkejut ketika mendapati dirinya… sedang berada di tubuh Kinara. *** “Biasanya kamu tidak terlalu suka dengan nasi goreng buatan ibu, tumben sekali kamu mau makan, Kinara?” Zeline mengangkat kepalanya, ia menatap ibunya Kinara dengan pandangan antusias. Setelah memikirkan ulang, kemungkinan besar wanita paruh baya yang memberikan bunga kepadanya adalah orang yang membuat Zeline berada di tubuh Kinara. Meskipun sangat bingung dengan apa yang terjadi, Zeline tetap tidak bisa menahan rasa bahagianya. Kehidupan Kinara adalah kehidupan sempurna yang selalu Zeline pikirkan selama beberapa hari terakhir ini. Kinara memiliki keluarga yang sangat menyayanginya, mereka bergitu perhatian, dan selalu berada di sisi Kinara apapun yang terjadi. Sekarang Zeline akan memiliki kehidupan sempurna tersebut. Ia akan bangun pagi dan mendapatkan sarapan yang dimasak oleh ibunya sendiri. Ibunya? Haruskah Zeline menyebut wanita itu sebagai ibunya? Atau ibunya Kinara yang sekarang menjadi ibunya? “Aku sangat suka nasi goreng. Bu, bisa tolong buatkan nasi goreng seperti ini setiap pagi?” Tanya Zeline dengan mulut yang penuh. Mutiara, ibunya Kinara tampak terkejut ketika mendengarkan permintaan Zeline. Seketika itu juga Zeline menyadari kesalahannya. Ia bertindak tidak sopan dengan memerintah ibunya sendiri. Oh astaga, sepertinya Zeline harus mulai belajar menerapkan sopan santun. “Maaf.. aku hanya terlalu antusias dengan nasi goreng ini. Jika ibu tidak mau, maka tidak apa-apa.” Kata Zeline. “Siapa yang mengatakan jika ibu keberatan? Astaga, Kinara.. kamu sangat berbeda. Apa yang terjadi padamu semalam?” Mutiara tersenyum sambil mengusap kepala Zeline dengan lembut. Rasanya Zeline ingin menangis. Untuk yang pertama kalinya ia bisa sarapan sepiring nasi goreng tepat setelah ia membuka matanya di pagi hari, lalu ia bisa duduk bersama dengan mengobrol dengan ibunya. Zeline tidak pernah mengira jika Kinara memiliki kehidupan yang begitu luar biasa. “Habiskan sarapanmu, ibu akan menyiapkan air hangat untukmu..” Ibunya Kinara bangkit berdiri dan menghilang di balik pintu. Zeline kembali tercengang, selain menyiapkan sarapan dan mengobrol dengan Zeline, wanita itu juga menyiapkan air hangat untuknya? “Kinara? Tumben sekali kamu makan nasi goreng?” Lalu seorang pria paruh baya tiba-tiba datang dan duduk di hadapan Zeline. Ya, Zeline tahu siapa yang sedang duduk bersamanya. Dia adalah ayahnya Kinara. Seorang pria yang langsung berlari keluar rumah untuk membeli es batu ketika Kinara pulang dengan kaki terkilir. Mata Zeline kembali berkaca-kaca. Ia tidak bisa membayangkan betapa banyak perhatian yang akan ia dapatkan selama tinggal di sini. “Ayah?” Panggil Zeline dengan ragu. “Ya?” Pria itu meletakkan peralatan makan dan memberikan perhatian penuh kepada Zeline. Zeline merasa kehilangan kata-katanya. Bagaimana mungkin seorang pria yang sibuk sebagai kepala keluarga rela meninggalkan apa yang sedang ia lakukan hanya demi memberikan perhatian kepada anaknya? “Kalau kamu tidak ingin ke pasar, biarkan ibumu yang pergi. Tetaplah istirahat di sini, Kinara. Kakimu masih terasa sakit?” Pria itu menatap Zeline dengan prihatin. Zeline rasa ia akan menangis saat ini. Ia tidak pernah mendapatkan perhatian seperti ini dari ayah dan ibunya. “Aku.. aku baik-baik saja.” Jawab Zeline dengan tenang. Untuk sesaat tidak ada pembicaraan di antara mereka. Zeline fokus menghabiskan nasi goreng yang ada di piringnya, begitu juga ayahnya Kinara yang tampak sibuk menghabiskan sarapannya. Hanya dengan lauk sederhana, mereka bisa makan bersama sambil mengobrol. Di rumah Zeline ada banyak makanan mahal yang dimasak oleh cheff terkenal setiap kali ayah dan ibunya pulang ke Indonesia. Tapi selama ini mereka tidak pernah memiliki waktu sarapan yang menyenangkan. Jika tidak membicarakan tentang pekerjaan dan kemajuan karir Zeline, maka akan makan dalam keheningan seakan sibuk dengan dunia masing-masing. “Kinara?” Zeline menyuapkan sesendok nasi goreng, lalu memotong telur mata sapi sebagai lauknya. “Kinara?” Ketika mendengar nama Kinara dipanggil, Zeline segera mengangkat kepalanya. Sepertinya Zeline harus mulai membiasakan diri dengan nama barunya. “Ya?” Ayahnya Kinara tampak menarik napasnya dengan pelan. “Ayah baru saja mendapatkan uang. Kapan kamu akan membayar cicilan pemeriksaanmu kepada temanmu?” Zeline mengerjapkan matanya. Untuk sesaat Zeline mencoba berpikir keras mengenai apa yang sedang dibicarakan oleh ayahnya Kinara. Kurang dari 5 detik kemudian Zeline teringat pada satu kejadian yang sudah berlalu sejak satu pekan lalu. Pembayaran tagihan rumah sakit Kinara. Pasti mereka sedang membicarakan hal tersebut. Kinara menolak pembayaran Zeline, perempuan itu ingin membayarnya sendiri dengan cara mencicil. Sejujurnya Zeline tidak pernah keberatan dengan metode pembayaran yang dipilih oleh Kinara, bahkan Zeline akan merasa lebih senang jika Kinara tidak perlu membayarnya. Jika sekarang Zeline terjebak di dalam tubuh Kinara, maka kemungkinan besar Kinara terjebak di dalam tubuhnya. “Sebenarnya.. sebenarnya ayah mendapatkan uang ini dari seseorang yang mau meminjamkan hutang dengan bunga kecil. Tapi jangan khawatir, ayah akan membayarnya sendiri. Kamu hanya perlu menyerahkan uang pembayaran pemeriksaanmu kepada temanmu. Pasti kamu merasa tidak nyaman jika harus bertemu dengannya..” Zeline tidak bisa mengendalikan ekspresi terkejutnya. Zeline tidak berniat merendahkan ekonomi keluarga Kinara, tapi ia sungguh terkejut ketika mengetahui jika keluarga Kinara harus mengambil pinjaman hanya untuk membayar uang tagihan pemeriksaan. Sejak kecil Zeline tidak terbiasa dengan masalah ekonomi, ia selalu mendapatkan banyak barang mewah tanpa perlu berusaha keras. Dalam satu hari, Zeline bebas menghabiskan puluhan hingga ratusan juga uang yang ia miliki. Sekalipun sudah bekerja sebagai model sejak berusia 10 tahun, kedua orang tuanya tetap rutin mengirimkan uang jajan kepada Zeline. Bahkan uang dari ayahnya saja berjumlah 15 kali lipat dari biaya pemeriksaan yang Zeline keluarkan untuk Kinara. Oleh sebab itu selama ini Zeline tidak pernah khawatir pada keuangannya, ia tidak menyangka jika keluarga Kinara harus mengalamai masalah berat karena Zeline dan Dareen memilih rumah sakit swasta dengan pelayanan yang terkenal mahal. Saat itu Zeline hanya berusaha mencari perawatan terbaik untuk Kinara, dia tidak pernah memikirkan dampak dari keputusannya yang bodoh. “Temanku mengatakan jika aku tidak perlu membayarnya.” Kata Zeline sambil meraih air minum yang ada di hadapannya. Jika Kinara berada di tubuh Zeline, artinya ia tidak perlu mengkhawatirkan masalah keuangan lain. Zeline memiliki kartu kredit unlimited dari ayahnya, ia memiliki rekening yang berisi uang ratusan juta dari hasil kerja kerasnya sendir, selain itu Zeline juga mendapatkan kiriman uang dari ayah dan ibunya setiap awal bulan. Mungkin Kinara yang sekarang sedang terjebak di dalam tubuh Zeline tidak akan keberatan jika uang pembayaran rumah sakit dianggap sudah lunas tanpa perlu dibayar ataupun dicicil. Lagipula uang itu milik Zeline. Sekalipun sekarang ia sedang menjadi Kinara, pada kenyataannya uang tersebut tetap menjadi milik Zeline. “Tapi kamu mengatakan jika kamu tidak bisa bertemu dengan mereka—” “Ayah, jangan khawatir. Mereka tidak pernah memikirkan uang tersebut, mereka lebih senang jika kita melupakan pembayaran tersebut.” Potong Zeline dengan pelan. Ayah Kinara tampak terkejut, ekspresi yang sama seperti yang ditampilkan oleh ibunya Kinara ketika Zeline meminta dibuatkan nasi goreng setiap pagi. “Benarkah?” Zeline menganggukkan kepalanya. Seandainya ia tahu jika kesepakatan yang buat dengan Kinara menyebabkan beban di keluarga perempuan itu, maka sejak awal Zeline akan langsung membuang bill pembayaran dan mengatakan jika pembayaran itu dicover oleh asuransi. “Kamu tidak masalah jika harus bertemu dengan mereka? Jika kamu merasa tidak nyaman, gunakan saja uang ayah. Ayah berjanji tidak akan membebanimu dengan hutang, ayah sendiri yang akan membayar taguhan tersebut.” Mata Zeline mulai berkaca-kaca. Ia tidak menyangka jika perhatian yang diberikan oleh ayahnya Kinara berhasil membuatnya merasa tersentuh. Ayah kandungnya terbiasa memberikan uang dalam jumlah yang besar kepada Zeline. Dalam satu bulan, ayahnya bisa mengirimkan uang lebih dari seratus juta, belum lagi tagihan kartu kredit milik Zeline yang masih ditanggu oleh pria itu. Tapi jika dipikirkan ulang, jumlah perhasilan ayahnya jauh lebih besar dari pada uang yang harus ia berikan kepada Zeline. Pria itu memberikan dalam kelimpahannya sehingga ia sama sekali tidak merasa keberatan. Sementara itu ayahnya Kinara berusaha keras untuk tetap menghasilkan uang, ia rela meminjam uang dari orang lain dengan bunga yang akan terus bertambah jika uang tersebut tidak segera dikembalikan. Dalam konteks menjadi orang tua, baik ayahnya maupun ayahnya Kinara telah melakukan hal terbaik untuk putri mereka. Hanya keadaan saja yang membedakan mereka.. Ketika ayahnya memberikan sebagian uangnya dalam kelimpahan, ayahnya Kinara memberikan segala kepada Kinara ketika ia tidak memiliki apapun. “Aku tidak masalah jika harus bertemu dengan mereka. Kurasa mereka juga tidak keberatan jika aku tidak membayar taguhan tersebut. Jangan khawatir, ayah..” Kata Zeline sambil berusaha keras untuk menahan air matanya. “Maafkan kami karena membuatmu menderita, Kinara..” Zeline mengernyitkan dahinya. Apa yang sebenarnya terjadi? Penderitaan apa yang ditanggung oleh Kinara? Selama mengenal Kinara, Zeline merasa jika Kinara adalah seorang perempuan cerita yang tampak tidak memiliki masalah. “Aku sama sekali tidak keberatan..” Ayahnya Kinara kembali mengernyitkah dahinya. “Kamu terlihat sangat berbeda..” Katanya sambil tersenyum. Zeline menundukkan kepalanya. Kedua orang tua Kinara menyadari kejanggalan dalam cara berpikir dan berbicara putri mereka. Sekalipun saat ini Zeline sedang berada di dalam tubuh Kinara, pasti ada banyak perbedaan di antara mereka. Dan orang tua Kinara menyadari perbedaan tersebut.. Jadi begini rasanya diperhatikan oleh orang tua? Begini rasanya sarapan sambil membahas hal selain pekerjaan? Kenapa Zeline bisa sangat menikmati kehidupan Kinara? Sepertinya Zeline merasa cocok dengan kehidupan ini. Dia senang karena bisa makan nasi goreng di pagi hari tanpa perlu mengkhawatirkan berat badannya, dia bisa berbicara dengan orang tuanya dengan santai tanpa merasa takut salah berbicara, dia juga tidak perlu memperhatikan penampilannya adalah selalu tampak sempurna dari segala sisi. Melihat bagaimana menyenenangkannya kehidupan Kinara membuat Zeline merasa semakin iri. Bisakah dia menetap di dalam tubuh Kinara untuk selamanya?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN