“Nona? Apakah ini sudah cukup?”
Kinara mengernyitkan dahinya ketika seorang wanita yang awalnya mengupas kulit jeruk di sampingnya sekarang tampak sedang bertanya padanya.
Seakan menunggu jawaban Kinara, beberapa dari mereka juga menghentikan kegiatan mereka dan memberikan tatapan kebingungan ke arah Kinara yang tidak kalah bingung dengan keadaan yang ada.
Kinara memutar kepalanya dengan pelan dan merasa jika jantungnya berhenti berdetak ketika dia menatap sebuah ruangan indah yang ada di sekelilingnya.
Oh ya ampun, dia sedang ada di mana?
“Ini dimana?” Tanya Kinara dengan suara yang tercekat.
Beberapa orang wanita yang ada di sekelilingnya memberikan tatapan kebingungan.
“Nona, anda sedang ada di rumah. Anda sedang sarapan seperti biasanya..”
Kinara sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi.
Kinara langsung bangkir berdiri dan secara tidak sengaja menyenggol segelas s**u coklat yang ada di sampingnya. Gelas itu jatuh lalu pecah begitu saja sehingga membuat Kinara merasa terkejut hingga tanpa sadar kakinya melangkah dengan tidak hati-hati dan menginjak salah satu pecahan gelas itu.
“Nona! Astaga, jangan bergerak, Nona. Kami akan membersihkan semua ini”
Kinara benar-benar tidak mengerti dengan apa yang terjadi tapi beberapa detik kemudian ada beberapa orang yang datang dan mengangkat tubuhnya. Kinara masih belum benar-benar sadar ketika dia mulai melewati lorong indah dengan banyak hiasan dan ukiran menakjubkan. Kinara dibawa masuk ke dalam sebuah ruangan besar berisi ranjang yang terasa sangat empuk ketika di duduki.
Iya, Kinara duduk di ranjang itu.
Hingga ketika matanya menangkap sebuah pantulan asing di sebuah cermin besar yang tergantung tepat di depan ranjang itu, Kinara tahu kalau hidupnya memang sudah berubah.
Pantulan di cermin itu menunjukkan jika Kinara berada di tubuh seorang wanita yang tidak asing baginya.
Apakah ini hanya mimpi?
Tidak, Kinara merasakan dengan jelas jika kakinya yang tertusuk pecahan gelas terasa nyeri. Ini bukan mimpi. Kinara memang menjadi Zeline sekarang.
Oh sial! Ini hal yang sangat menakjubkan!
“Siapa namaku?” Tanya Kinara dengan tatapan tidak percaya.
Beberapa orang perempuan yang menggunakan pakaian pelayan mulai mengerumini Kinara. Mereka membersihkan sisa darah yang masih mengalir di telapak kakinya.
Sejujutnya Kinara merasa nyeri Ketika melihat telapak kakinya berdarah, tapi ia sama sekali tidak peduli dengan luka tersebut. Satu-satunya hal perlu Kinara pastikan adalah… adalah kenyataan bahwa sekarang ia bukan lagi Kinara, melainkan Zeline. Atau mungkin Kinara sedang terjebak di dalam tubuh Zeline?
“Nona, apakah ada yang salah?” Tanya salah satu pelayang. Mereka menatap Kinara dengan pandangan mengerikan.
Kinara menarik napasnya dengan pelan. Baiklah, dia tidak boleh terlihat mencurigakan. Bukankah bagus jika Kinara terjebak di dalam tubuh Zeline? Semua mimpi dan keinginan yang selama ini hanya ia simpan sebagai harapan kini telah terwujud. Kinara tidak perlu lagi merasa iri kepada Zeline karena sekarang ia adalah Zeline.
“Apakah kami harus menghubungi Nona Alina dan mengatakan jika Nona tidak bisa melakukan pemotretan hari ini?”
Kinara mengernyitkan dahinya untuk yang kesekian kalinya. Pemotretan?
Ah, sepertinya Kinara juga harus membiasakan diri dengan kehidupan Zeline yang dipenuhi oleh jadwal pemotretan. Seorang model papan atas pasti akan selalu sibuk dengan pekerjaan yang menyenangkan.
“Untuk apa dibatalkan? Aku—saya—” Kinara menghentikan kalimatnya. Merasa sedikit bingung dengan cara bicara Zeline.
Bagaimana cara Zeline memanggil para pelayannya? Apakah mereka terbiasa menggunakan bahasa formal atau bahasa santai sehari-hari?
“Kaki nona sedang terluka. Apakah nona akan melakukan pemotretan hari ini?” Pelayan tersebut kembali bertanya kepada Kinara.
Kinara menatap jam dinding yang ada di sudut ruangan. Untuk sesaat Kinara merasa terpana dengan desain jam tersebut. Sekalipun sederhana, semua orang pasti tahu jika jam tersebut dijual dengan harga yang mahal.
“Ini masih pukul 6 pagi?” Tanya Kinara dengan raut kebingungan.
Para pelayan menatap Kinara sejenak, lalu mereka saling berpandangan dengan raut yang tidak bisa dijelaskan. Tampak mencoba berbicara lewat tatapan mata mereka.
“Dimana ponselku?” Tanya Kinara.
Untuk sesaat mereka juga tetap diam ketika mendengarkan pertanyaan Kinara, namun saat menyadari jika Kinara membutuhkan bantuan untuk menemukan ponselnya, mereka langsung bergegas mencari benda yang Kinara sebutkan. Kurang dari satu menit kemudian, mereka menemukan sebuah tas mewah berwarna hitam dengan yang terletak di bawah meja rias. Kinara terpana ketika menatap tas tersebut. Rasanya benar-benar seperti mimpi.. bagaimana bisa Kinara berada di dalam tubuh Zeline, dia tinggal di rumah Zeline dan memiliki semua barang mewah perempuan tersebut.
“Ini tas anda, nona.”
Kinara menerima tas tersebut dengan tatapan antusias. Rasanya tidak sabar untuk segera mendapatkan semua barang mewah milik Zeline.
Sayangnya.. raut wajah Kinara langsung berubah masam ketika ia menyadari jika ponsel milik Zeline dikunci dengan password berupa angka. Oh astaga, bagaimana dia bisa membuka ponsel tersebut?
“Kalian tahu apa password ponsel ini?” Tanya Kinara.
“Tentu saja kami tidak tahu, nona.”
Kinara menghembuskan napasnya dengan kesal. Lalu bagaimana caranya dia bisa membuka ponsel tersebut?
Lalu tiba-tiba saja sebuah panggilan suara muncul di layar utama dengan nama ‘Alina’ sebagai penelepon.
Kinara menatap para pelayannya sejenak, berharap ia akan mendapatkan petunjuk mengenai apa yang harus ia lakukan. Sayangnya mereka hanya diam sambil membalas tatapan Kinara dengan kebingungan.
Mereka sangat tidak berguna!
“Aku.. aku butuh privasi untuk mengangkat panggilan ini. Bisa tinggalkan kamarku?” Tanya Kinara dengan nada ragu.
“Tentu saja, nona. Panggil kami lagi begitu nona membutuhkan sesuatu.” Kata mereka sebelum keluar dari kamar Kinara.
Kinara menganggukkan kepalanya dengan asal. Ia sama sekali tidak peduli dengan para pelayan yang mulai berjalan keluar dari kamarnya dengan tatapan yang terlihat penasaran dengan tingkahnya yang aneh. Satu-satunya hal yang menarik perhatian Kinara adalah satu panggilan yang baru saja masuk ke ponsel Zeline. Untung saja Zeline mengatur agar setiap panggilan dapat diangkat sekalipun ponselnya sedang dalam mode terkunci.
“Ya?”
“Dimana saja kamu, Zeline? Kinar harus sampai di lokasi pemotretan sebelum pukul 7 pagi? Kenapa kamu masih belum sampai di studio?!”
Kinara berjengkit kaget ketika ia mendengarkan suara teriakan marah dari seorang perempuan diujung telepon. Kenapa dia marah kepada seorang model papan atas seperti Zeline? Tata kramanya memang sangat buruk!
“Apa yang harus aku lakukan?!” Tanya Kinara dengan suara marah.
“Hei, kenapa kamu marah padaku? Kamu tidak tahu letak kesalahanmu sendiri?”
Kinara menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Merasa sangat muak karena ia harus memulai hari pertamanya sebagai Zeline dengan cara yang sangat tidak menyenangkan.
“Baiklah, aku akan segera datang. Tapi pertama, beri tahu aku berapa password ponselku! Aku tidak ingat!” Kata Kinara.
Panggilan tersebut langsung ditutup begitu saja.
Kinara menatap layar poselnya dengan pandangan tidak percaya. Hari ini dia sudah dua kali mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan dari wanita bernama Alina tersebut. Oh astaga, memangnya dia pikir dia siapa hingga bisa berbicara tidak sopan kepada seorang Zeline?
Baiklah, sepertinya Kinara harus bersabar hingga ia bisa bertemu dengan perempuan itu. Begitu mereka bertemu, maka Kinara akan langsung meluapkan kemarahannya.
***
Mobil yang Kinara tumpangi berhenti di depan sebuah bangunan mewah yang ada di pusat kota.
Sekalipun sudah berusaha mengendalikan dirinya semaksimal mungkin, Kinara tetap tidak bisa menahan rasa kagumnya ketika berjalan memasuki gedung tersebut. Rasanya seperti berada di dalam istana.
Selain memiliki rumah indah yang sangat mewah, Zeline juga bekerja di tempat yang bagus. Wajar saja jika wanita itu selalu tampil sempurna, Zeline selalu mendatangi tempat indah yang turut menunjang penampilannya.
“Apa yang kamu lakukan? Ayo cepat masuk ke dalam. Alina sudah mengomel karena kamu datang terlambat!”
Seorang pria dengan gaya gemulai datang mendekati Kinara dan menyeret tangannya.
Kinara menatap pria tersebut dengan kebingungan, namun ketika menyadari jika pria tersebut akan membantunya menemukan tempat dimana wanita bernama Alina berada, Kinara akhirnya memutuskan untuk berhenti memberontak dan mengikuti langkahnya dengan susah payah.
“Bagaimana bisa kamu datang terlambat, Darling? Kamu membuatku harus berhadapan dengan kemarahan Alina. Biasanya kamu tidak pernah terlambat, apa yang terjadi hingga membuatmu datang lebih lambat?” Pria tersebut mengomel sambil terus menarik tangan Kinara.
Wow, Kinara merasa tersanjung dengan kepribadian Zeline yang dikenal oleh orang-orang di sekitarnya.
“Zeline! Astaga, kita sangat terlambat.” Seorang wanita cantik yang Kinara perkirakan berusia dua atau tiga tahun diatasnya tampak berjalan mendekati Kinara dengan pandangan kesal.
“Lakukan riasan dalam perjalanan. Kita harus segera berangkat!”
Lalu kini Kinara kembali dipaksa berjalan keluar dari gedung setelah ia berjalan selama lebih dari dua menit untuk masuk ke dalam.
Kinara menarik napasnya dengan kesal. Sebenarnya apa yang ingin mereka lakukan? Haruskah seorang model diperlakukan seperti ini? Kenapa tidak ada satupun orang yang memperhatikan dirinya?
“Kita akan pergi kemana?” Tanya Kinara sambil berusaha menghentikan langkah kakinya.
“Kemana? Kamu bertanya kita akan pergi kemana?” Wanita yang Kinara perkirakan bernama Alina tersebut menolehkan kepala dan menatap Kinara dengan pandangan frustasi.
“Kamu datang terlambat dan berpura-pura lupa pada jadwal pemotretanmu?” Tanyanya.
Kinara mengerjapkan matanya dengan kebingungan.
“Aku tahu kamu memiliki masalah Zeline, tapi tolong jangan membuatku frustasi dengan kekacauan yang tiba-tiba saja terjadi..” Bisik Alina dengan suara pelan.
Kinara semakin kebingungan. Masalah? Masalah apa yang sedang dibicarakan oleh wanita itu? Setahu Kinara, Zeline adalah seorang wanita ceria yang tidak memiliki masalah.
Astaga, hari pertamanya menjadi Zeline terasa sangat menyebalkan. Kinara berharap dia bisa menahan emosinya dan tetap bersikap seperti Zeline agar tidak ada orang yang merasa curiga dengan perubahannya