Bab 17

1452 Kata
Tidak ada kata yang bisa menggambarkan betapa terkejutnya Kinara ketika mendapati Zeline dan Dareen sedang duduk ruang tamunya. Penampilan mereka berdua sangat kontras dengan perabotan sederhana yang ada di ruangan tersebut. Zeline dan Dareen bagaikan berlian yang diletakkan di antara tumpukan jerami. Mereka bersinar dan membuat segala hal yang ada di sekitarnya tampak tidak terlihat. “Hai, Kinara! Bagaimana keadaanmu? Kakimu masih terasa sakit?” Begitu melihat Kinara berdiri di ambang pintu yang menghubungkan ruang tamu dengan ruang tengah, Zeline langsung bangkit berdiri dan ikut membantu Kinara yang sedang berjalan dengan bantuan ibunya. Perempuan itu berdiri di sisi kanannya, berusaha menopang tubuh Kinara yang terasa sulit digerakkan karena kakinya terasa sakit. Sementara itu, Dareen duduk di ujung kursi dengan tubuh tegap dan tatapan teduh. Melihat pria itu membuat Kinara kembali mengingat betapa dalamnya ia jatuh hati hanya karena caranya menatap. Dareen dikaruniai sepasang mata yang indah. Sejujurnya, jika dilihat dari dekat, mata Zeline juga bercahaya seperti Dareen. Apalagi saat mereka berdua saling menatap.. Kinara merasa jika mereka berada di dunia berbeda yang hanya mereka miliki bersama. “Duduklah dengan perlahan..” Kata Zeline, wanita itu menunduk untuk membantu mengubah posisi kaki Kinara ketika ia duduk. “Kenapa kalian datang?” Akhirnya Kinara tidak bisa menahan rasa penasarannya, ia mengajukan sebuah pertanyaan yang langsung berputar di kepalanya saat pertama kali melihat Zeline dan Dareen. “Kami.. Kamu akan pergi ke rumah sakit, bukan?” Zeline menjawab sambil melirik Dareen sesekali. “Jadi, bagaimana jika kita bersama? Aku dan Dareen sedang memiliki waktu luang hari ini, kami pikir akan lebih baik jika kami yang mengantar kamu ke rumah sakit.” Jawab Zeline. Kinara melirik ke arah Dareen yang hanya duduk dengan tenang di samping Zeline. Tangan pria itu melingkari pinggang ramping Zeline dan satu tangan lainnya bertumpu pada sandaran kursi. Melihat bagaimana cara mereka berinteraksi, sepertinya Zeline sudh terbiasa dengan sentuhan Dareen. Untuk sesaat, rasa iri kembali memenuhi hati Kinara. Ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk bisa merelakan Dareen. Pria itu terlalu sempurna untuk ia gapai. Seorang pria yang sempurna layak mendapatkan perempuan sempurna juga. Dareen dan Zeline tampak sangat serasi, mereka bagaimana pasangan yang memang sudah ditakdirkan bersama. Namun, meski sudah menyadari betapa jauh posisinya jika dibandingkan dengan Zeline, Kinara tetap bisa merasakan kecemburuan yang menguasai hatinya. “Kinara, pergilah ke rumah sakit bersama dengan mereka. Temanmu datang pagi-pagi untuk membantumu, jadi kamu harus menerima bantuannya..” Ibunya berbisik dengan pelan. Kinara memutuskan kontak matanya dengan Dareen, ia mulai menatap tida nyaman ke arah Zeline yang masih tersenyum ke arahnya. Kenapa Zeline harus berlaku baik? Kenapa dia bersikap seperti seorang malaikat? Akan sangat sulit bagi Kinara untuk membenci Zeline dan mengakhiri semua rasa cemburunya. Kebaikan Zeline membuat Kinara menginginkan hal yang lebih. “Aku sudah baik-baik saja, kalian tidak perlu datang ke rumahku..” Kata Kinara dengan tenang. “Sekalipun kamu merasa baik-baik saja, tidak ada salahnya jika kita datang ke rumah sakit dan memeriksakan bagaimana keadaan kakimu.” Kata Dareen. Kinara kembali menatapnya, merasa sangat sulit untuk mengabaikan pesona Dareen. “Iya, Kinara. Sebaiknya kita tetap datang ke rumah sakit.” Zeline ikut berbicara. “Kalian tidak perlu repot-repot, aku bisa datang ke rumah sakit sendiri. Jadi sebaiknya kalian pulang sekarang..” “Kinara..” Ibunya memberikan tatapan peringatan. Sudah cukup, Kinara tidak bisa lagi mendapatkan penghinaan yang lebih dalam. Ia merasa lelah karena harus menanggung malu setiap kali melihat Zeline dan Dareen. Dia tidak sanggup membayangkan betapa luas jarak sosial antara mereka berdua. Dareen dan Zeline terlalu berbeda dengan kehidupannya. Bagaimana bisa Kinara menerima bantuan mereka? “Mereka datang dengan niat baik, jangan bersikap tidak sopan..” Ibunya berbisik dengan pelan. Lalu, haruskah Kinara mengorbankan perasaannya sendiri? Haruskah dia pergi ke rumah sakit bersama dengan pria yang ia sukai? Seorang pria yang datang menemui Kinara bersama dengan kekasihnya yang super cantik? Melihat penampilan Zeline yang datang dengan pakaian mewah membuat Kinara harus menekan perasaan irinya. Bukan hanya tentang Dareen, tapi Kinara juga iri karena Zeline sangat cantik, perempuan itu memiliki penampilan menarik, kulit yang putih bersih, wajah yang dihiasi riasan natural namun tetap membuatnya bersinar, dan pakaian indah yang selalu ia padukan dengan sempurna. Apa yang kurang dari kehidupan Zeline? Dia mendapatkan segala hal baik dan memiliki segala hal yang ingin Kinara miliki. “Sebaiknya kalian pulang saja. Aku tidak mau pergi ke rumah sakit hari ini..” Lata Kinara sekali lagi. Zeline menatapnya dengan kebingungan, perempuan itu menolehkan kepala ke arah Dareen seakan meminta pria itu untuk membujuk Kinara. “Kejadian kemarin siang memang sebuah kecelakaan. Tapi kami merasa bertanggung jawab karena kami yang memintamu datang untuk makan siang bersama.” Kata Dareen. Kinara menundukkan kepalanya, merasa tidak sanggup untuk menatap mata Dareen. “Kalian tidak perlu merasa bertanggung jawab. Aku baik-baik saja..” Jawabnya. “Kinara..” Kinara menolehkan kepala dengan kesal. “Kenapa ibu memaksaku melakukan sesuatu yang tidak aku sukai?!” Tanya Kinara dengan lantang. Dareen dan Zeline tampak terkejut ketika mendengarkan suaranya. Kinara memejamkan mata sejenak, merasa bodoh karena telah menunjukkan sifat buruknya. Tapi rasa kesalnya sudah tidak bisa dia tahan lagi. Ibunya pasti merasa senang karena Kinara memiliki teman kaya yang terlihat tulus padanya, tapi pada kenyataannya.. Kinara merasa tertekan karena harus mengenal dua orang dengan penampilan sempurna yang sekarang sedang duduk di ruang tamunya. “Kinara, mereka temanmu, jangan bersikap buruk pada mereka.” Ibunya kembali berbicara dengan tenang. “Kalau ibu memang tidak ingin membawaku ke rumah sakit, jangan ikut campur dengan urusanku! Aku tidak ingin pergi bersama dengan mereka, kenapa ibu memaksaku?!” Kinara menatap Zeline dan Dareen yang merasa tidak nyaman karena harus terjebak di dalam pertengkaran antara Kinara dan ibunya. “Mungkin sebaiknya kalian pulang sekarang..” Kata Kinara. Setelah ini, jangankan bertemu lagi, memikirkan Dareen saja Kinara sudah tidak berani. Kinara akan berhenti memikirkan mimpi konyol yang menguasai pikirannya selama beberapa hari terakhir. Sekarang saatnya untuk kembali pada kenyataan. Sang pangeran sudah memiliki pasangan yang ia pilih. Seorang putri yang cantik dan sempurna, mereka terlihat sangat serasi saat sedang bersama. Jadi.. Kinara hanyalah sosok pemeran figuran yang tidak sengaja bertemu dengan pangeran. Perannya tidak terlalu banyak, waktunya juga sangat sedikit. Dan sekarang sudah saatnya untuk kembali pada cerita antara pangeran dan sang putri. Bukan lagi tentang khayalan konyol seorang pemeran figuran. *** Kinara memutar bola matanya dengan muak. Setelah melalui perdebatan dengan ibunya dan setelah meminta pada Zeline dan Dareen agar mereka segera pergi dari rumahnya, Kinara sekarang terjeba di dalam mobil mewah milik Dareen. Ya, pada akhirnya Kinara tidak bisa menolak permohonan Dareen. Namun, sekarang Kinara justru menyesal karena masih terpengaruh dengan Dareen. Lihatlah betapa menyedihkan dirinya karena harus duduk sendirian di kursi belakang sementara Zeline dan Dareen duduk berdampingan sambil bergandengan tangan satu sama lain. “Kinara, apakah kamu mau roti isi selai coklat? Pagi ini aku sengaja membawa bekal agar kita bisa sarapan di perjalanan.” Zeline mengulurkan kotak bekal berwarna merah muda yang berisi penuh dengan roti bakar selai coklat. Kinara menarik napasnya dengan pelan, ia tidak mungkin menolak penawaran Zeline. Jadi, mau tidak mau Kinara harus menerima roti tersebut. “Terima kasih, Zeline.” Jawabnya dengan kaku. Sepanjang perjalanan Zeline tidak berhenti berbicara. Sesekali perempuan itu menolehkan kepalanya untuk memaksa Kinara masuk ke dalam percakapannya dengan Dareen. Kinara hanya memberikan respon sewajarnya, dia tidak bisa ikut tertawa karena merasa dongkol dengan perasaannya sendiri. Setiap kalimat yang Zeline katakan ditimpali dengan antusias oleh Dareen. Pria itu adalah tipe pria yang tidak terlalu banyak bicara jika bukan menyangkut hal yang penting, tapi bersama dengan Zeline dia bisa tertawa dan berbicara banyak hal. Mulai dari percakapan serius hingga pembicaraan ringan yang membahas hal-hal random. Baiklah, Kinara bisa mengatakan jika ia semakin iri dengan Zeline. “Kamu harus banyak makan buah agar kakimu segera sembuh..” Zeline kembali membuka kotak bekal lainnya yang sudah diisi penuh dengan potongan berbagai macam buah. Mulai dari macam-macam berri, semangka, melon, kiwi, anggur yang sudah dipotong dan dibuang bijinya, hingga Alpukat dan kelengkeng. Kinara merasa takjub dengan bekal buah yang dibawa oleh Zeline. Sepanjang hidupnya, jangankan memakan semua buah tersebut dalam satu waktu, untuk membeli satu kilogram anggur saja Kinara harus menunggu hingga ia berhasil menjual lebih dari sepuluh potong pakaian selaam satu minggu. “Terima kasih.” Kinara kembali berterima kasih setelah selesai mencicipi sarapan Zeline. “Dareen, buka mulutmu!” Zeline berbicara sambil mengambil potongan semangka untuk Dareen. “Seharusnya kamu menambahkan madu agar terasa lebih manis.” Komentar Dareen sambil tetap fokus mengemudikan mobil. “Buah ini sudah manis. Jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan manis karena kamu bisa terkena diabetes!” Dareen tertawa sambil mengusap kepala Zeline dengan gemas. Lagi-lagi Kinara hanya mengamati dengan ekspresi yang tidak dapat dideskripsikan. Ia merasa iri dengan semua perlakuan lembut yang didapatkan oleh Zeline. Kapan.. kapan dia bisa diperlakukan seperti Dareen memperlakukan Zeline?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN