Keseharian Zeline berubah dengan drastis sejak ia tinggal di rumah keluarga Kinara. Ia bukan lagi Zeline, melainkan Kinara. Berulang kali Zeline menanamkan di kepalanya jika sekarang ia sedang berperan sebagai Kinara, di harus membiasakan diri dengan kehidupan keluarga Kinara yang penuh dengan kesederhanaan.
Sekalipun Zeline merasa sangat kesulitan, perlahan ia mampu menyesuaikan diri. Di hari ketiga, Zeline mulai terbiasa untuk mandi tanpa menggunakan air hangat.
Dengan susah payah Zeline melawan rasa tidak nyaman karena harus menggunakan sabun batang ketika mandi. Sebuah hal mengerikan yang selama ini tidak pernah Zeline bayangkan sebelumnya adalah semua anggota keluarga menggunakan sabun yang sama, juga menggunakan lemari pakaian yang sama. Seumur hidupnya Zeline tinggal di dalam kamar mewah dengan kamar mandi luas dan lemari yang besar. Selama tinggal di rumah Kinara, Zeline harus terbiasa untuk berbagi sabun, berbagi kamar mandi yang sama, dan juga menyimpan bajunya di lemari yang sama.
Semua hal tentang keluarga Kinara membuat Zeline merasa sangat nyaman selain tiga hal tersebut.
Tapi seiring dengan berjalannya waktu, Zeline mulai terbiasa dengan gaya hidup keluarga Kinara. Bahkan pagi ini Zeline mulai mempelajari cara makan ibunya Kinara yang lebih suka makan menggunakan tangan dibandingkan sendok.
Oh, ada satu hal lagi yang paling Zeline benci dari rumah Kinara. Serangga!
“Di sana! Aku melihatnya terbang ke arah ranjangku!” Zeline berteriak keras ketika ia melihat sebuah serangga terbang ke kamarnya.
Ayahnya Kinara bersiap dengan sapu di tangan kanannya, pria itu bergerak mendekati ranjang seperti yang sudah Zeline interuksikan.
Saat tangan ayahnya Kinara mengangkat bantal dan guling, serangga tersebut terbang secara asal. Berbagai cara telah dilakukan oleh ayahnya Kinara untuk menangkap serangga tersebut, tapi bukannya tertangkap, serangga itu justru terbang dengan cepat ke arah Zeline.
Hanya dalam hitungan detik, Zeline menjerit kuat ketika melihat sebuah serangga sedang berada di punggung tangannya. Zeline semakin histeris ketika menyadari jika serangga itu mengeluarkan air yang terasa perih dan panas di kulitnya.
Zeline tidak bisa menahan air matanya. Bahkan ia tetap menangis padahal ayah Kinara sudah berhasil menangkap serangka yang ada di atas tangannya.
Rasanya sangat mengerikan dan juga menakutkan. Zeline tidak pernah mendapatkan pengalaman menegangkan seperti itu sebelumnya.
“Sudah, tenanglah. Ayahmu sudah berhasil menangkapnya..” Ibunya Kinara segera menenangkan Zeline yang sedang menangis karna ketakutan.
“Kecoa itu sudah mati. Kamu tidak perlu menangis..” Kini ganti ayahnya Kinara yang datang sambil mengusap kepala Zeline.
Zeline tidak pernah tahu bagaimana rasanya ditenangkan oleh orang tuanya ketika ia sedang ketakutan. Selama ini Zeline terbiasa mengekspresikan rasa takut dalam bentuk tangisan, oleh sebab itu Zeline tidak bisa berhenti menangis. Apalagi sekarang Zeline sedang merasakan kesakitan di punggung tangannya. Cairan yang dikeluarkan oleh serangga tersebut meninggalkan sensasi terbaka di kulitnya.
“Tanganku terasa sakit.” Zeline menunjukkan punggung tangannya sambil tetap menangis.
“Astaga, apa yang terjadi pada tanganmu?” Ibunya Kinara langsung menarik tangan Zeline untuk melihat luka yang ada di kulitnya.
“Sepertinya kamu terkena kencing kecoa. Ini akan terasa menyakitkan jika tidak segera diobati.”
Tangisan Zeline semakin keras. Ia merasa sangat ketakutan.
“Sudah, jangan menangis. Ayah akan membeli salep untukmu.” Tanpa menunggu terlalu lama, ayahnya Kinara berjalan keluar dari rumah dan segera menuju toko obat terdekat untuk membeli salep untuk luka di tangan Zeline. Pria itu sama sekali tidak peduli pada hujan deras yang sedang mengguyur kota mereka sejak beberapa jam yang lalu.
Sementara itu ibunya Kinara menarik Zeline untuk menuju ke kamar mandi.
Jujur saja Zeline masih merasa trauma dengan sudut ruangan karena serangga tadi muncul secara tiba-tiba di sudut kamarnya. Oleh sebab itu, ketika ia berada di kamar mandi, hal pertama yang Zeline lakukan adalah memeriksa setiap sudut ruangan tersebut. Zeline harus memastikan jika tidak ada serangga atah hewan mengerikan yang bersembunyi di ruangan tersebut.
“Kita harus mencuci tanganmu agar lukanya tidak menyebar ke seluruh kulit. Kamu bisa mencucinya sendiri?” Ibunya Kinara menatap Zeline dengan prihatin. Terlihat dengan jelas jika wanita itu merasa khawatir dengan keadaan Zeline saat ini.
Zeline menggelengkan kepalanya. Sepanjang yang ia tahu, mencuci tangan yang sedang terluka akan terasa sangat menyakitkan.
“Baiklah, biarkan ibu yang mencuci tanganmu.”
***
Malam yang buruk membawa pengaruh pada pagi yang buruk juga. Zeline tidak bisa tidur sepanjang malam, ia terus terjaga karena merasa takut pada serangga yang mungkin akan kembali muncul di sudut kamarnya. Pun dengan suara kodok dan jangkrik yang terus bersahutan di luar rumahnya.
Menurut ibunya Kinara, wajar jika ada suara jangkrik dan kondok di malam hari karena hujan mengguyur sejak sore.
Zeline sudah berusaha memejamkan matanya, tapi bayangan akan serangan serangga semakin membuatnya merasa khawatir. Rasa sakit di tangannya juga masih belum membaik padahal sudah diolesi oleh salep lebih dari tiga kali. Akhirnya Zeline memutuskan untuk tetap terjaga sepanjang malam.
“Hanya karena tiga hari terakhir kamu mendapatkan banyak pelanggan, bukan berarti kamu juga akan mendapatkan banyak pelanggan hari ini.”
Rera, seorang perempuan pemilik toko yang berada tepat di depan toko milik keluarga Kinara menyambutnya dengan tatapan tidak bersahabat.
Zeline menarik napasnya dengan pelan. Dia benar-benar kesulitan menghadapi Rera karena wanita itu sering kali mengatakan kalimat sindiran mengenai beberapa hal yang tidak Zeline ketahui. Seperti hutang Kinara di masa lalu dan sifat buruk Kinara yang lambat dalam mengembalikan hutang tersebut.
Zeline tidak mengetahui bagaimana sulitnya kehidupan Kinara di masa lalu, jika Kinara sampai berhutang pada Rera, itu artinya Kinara sedang benar-benar membutuhkan uang.
Menurut Zeline, sebuah hutang yang sudah dikembalikan tidak layak untuk diungkit kembali.
“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi hari ini. Tapi akan lebih baik jika aku tetap mendapatkan banyak pelanggan seperti biasanya.”
Zeline mulai memahami bagaimana sifat Rera, oleh sebab itu ia tidak ambil pusing dengan kalimat sarkas yang wanita itu berikan kepadanya.
“Tidak setiap hari pelanggan menyukai baju yang sama. Sekalipun sedang musim dingin, bisa saja mereka ingin membeli pakaian lain untuk persiapan musim depan.”
Zeline tersenyum samar. Sebanarnya Zeline mulai menyukai sifat Rera, menurut Zeline, Rera sangat peduli dengan Kinara, tapi wanita itu tidak bisa mengekspresikan kepeduliannya dengan kalimat yang benar. Justru Rera sering mengatakan kalimat-kalimat sarkas yang kadang terdengar kurang sopan.
“Aku juga akan sangat senang jika mereka membeli pakaian musim panas di tokoku..” Jawab Zeline.
“Sepertinya kamu semakin percaya diri karena tiga hari terakhir ini daganganmu selalu laris. Bagaimana dengan orang tuamu? Apakah mereka sudah berhasil membayar hutang?”
Zeline tidak tahu selama ini sedekat apa hubungan antara Rera dan Kinara, tapi jika melihat bagaimana Rera mengetahui masalah keluarga Kinara, sepertinya mereka adalah teman dekat yang sering bercerita satu sama lain.
“Aku tidak tahu seberapa besar jumlah hutang orang tuaku, tapi aku akan berusaha untuk bekerja keras agar bisa membantu meringankan beban mereka.”
“Kamu terlihat sangat aneh.” Rera menatapnya sambil memicingkan mata.
Zeline mengernyitkan dahinya, apa yang aneh? Bukankah Zeline mengatakan kalimat yang tepat? Jika orang tua memiliki masalah, bukankah wajar jika Zeline ingin membantu?
“Apakah ini ada hubungannya dengan Zeline dan Dareen?”
Zeline menghentikan gerakan tangannya yang sedang membersihkan debu di beberapa manekin yang ingin ia pasang di depan toko.
Lagi-lagi Zeline merasa penasaran. Seingatnya, saat pertama kali Zeline bertemu dengan Kinara, perempuan itu mengalami luka di kakinya sehingga ia tidak bisa berjalan selama satu pekan. Hari pertama Kinara berjualan adalah tiga hari yang lalu, saat itu Zeline dan Kinara telah menukar kehidupan mereka. Berdasarkan pengamatan Zeline, ketika ia bertukar kehidupan dengan Kinara, waktu berjalan mundur sekitar 4 jam sebelumnya. Zeline ingat jika ia bertemu dengan Argoilera pada pukul 10, tapi saat ia terbangun sebagai Kinara, jam menunjukkan pada pukul 6 pagi. Dan secara misterius, semua orang tidak menyadari perubahan waktu tersebut. Zeline berasumsi jika Argoilera memberikan kesempatan pada Zeline dan Kinara untuk memulai kembali hari itu sehingga semua kejadian harus diulang kembali.
Lalu, seingat Zeline, saat ia berpura-pura menjadi Kinara, ia sama sekali tidak pernah menceritakan apapun tentang Zeline dan Dareen. Lantas dari mana Rera tahu jika Kinara berteman dengannya?
“Jadi ini semua memang ada hubungannya dengan model cantik itu?” Rera mendekati Zeline dengan tatapan penasaran.
Zeline semakin kebingungan. Apa yang harus ia ceritakan?
“Katakan padaku, bagaimana kamu bisa mengenal Zeline dan Dareen?” Rera kembali bertanya.
“Apakah kamu juga mengenal mereka?”
Rera memutar bola matanya. Tampak kesal dengan pertanyaan yang Zeline ajukan.
“Aku melakukan penyelidikan selama beberapa hari ini untuk mengetahui latar belakang teman barumu itu. Apakah kamu tahu Jika Dareen adalah salah satu pemilik bisnis properti terbesar di kota ini? Keluarganya kaya raya, dan dia anak laki-laki satu-satunya. Sudah pasti bisnis keluarganya akan jatuh ke tangannya. Asal kamu tahu, Dareen sudah mulai menjalankan dan memimpin bisnis keluarganya sejak ia berusia 22 tahun.” Rera bercerita dengan menggebu-gebu.
Tanpa sadar Zeline tersenyum, ia merasa bangga dengan pencapaian yang Dareen dapatkan di usianya yang masih sangat muda. Sekalipun lahir di keluarga kaya raya yang memiliki bisnis properti, Dareen tidak mendapatkan posisinya secara cuma-cuma. Dareen membayar mahal untuk posisi yang ia miliki saat ini. Salah satunya adalah mengorbankan masa remajanya untuk belajar dan bekerja keras tanpa pernah merasa lelah. Dareen mendapatkan posisi itu karena ia berusaha dengan sangat keras, bukan karena ia adalah satu-satunya pewaris yang dimiliki oleh keluarganya.
“Lalu apakah kamu sudah tahu latar belakang keluarga Zeline?” Pertanyaan Rera membuat lamunan Zeline berakhir.
Zeline tersenyum samar, ia merasa penasaran dengan penilaian Rera terhadap keluarganya.
“Apakah kamu juga menyelidiki latar belakang keluarga Zeline?”
“Saat pertama kali mengetahui jika kamu memiliki teman baru, aku langsung merasa penasaran. Apalagi ketika ibumu mengatakan jika nama teman barumu adalah Dareen dan Zeline.”
Zeline menganggukkan kepalanya. Ah, jadi Rera mengetahui teman baru Kinara melalui ibunya?
“Kenapa kamu merasa penasaran?”
“Jangan menyela kalimatku!” Rera menatapnya dengan kesal.
Zeline berusaha menahan tawanya. Sebenarnya Zeline tidak menyela. Rera berhenti berbicara selama beberapa detik, oleh sebab itu ia mencoba mengajukan pertanyaan.
“Begini, aku sebenarnya tidak terlalu mengenal Zeline. Tapi aku merasa tidak asing ketika mendengar namanya. Dia memiliki nama yang masing jarang digunakan, jadi ingatanku langsung tertuju pada seorang model yang fotonya sering kulihat di media sosial. Dan secara kebetulan, aku mendapatkan fakta jika dia memiliki kekasih yang bernama Dareen.” Rera kembali menjeda kalimatnya, namun kali ini Zeline hanya diam sambil menunggu penjelasannya lebih lanjut. “Keyakinanku semakin kuat ketika aku mengetahui hubungan antara Zeline dan Dareen. Jadi kutunjukkan foto mereka kepada ibumu. Dari situlah penyelidikanku berlanjut.”
Rasanya sangat sulit menahan tawa ketika melihat ekspresi Rera yang sangat serius. Perempuan itu membicarakan tentang Zeline dihadapan Zeline sendiri.
“Asal kamu tahu, dia bukan hanya sekedar model terkenal saja. Keluarganya memiliki bisnis properti juga seperti keluarga Dareen. Ayahnya tinggal di luar negeri untuk melebarkan sayap bisnisnya, sementara ibunya adalah seorang desainer terkenal di Indonesia. Sepertinya ia juga sering bepergian ke luar negeri untuk menghadiri peragaan busana atau semacamnya. Dia memiliki keluarga kaya yang sangat sempurna. Ditambah lagi dia berwajah cantik seperti seorang dewi, tubuhnya indah dan sepertinya dia memiliki kepribadian yang baik.”
Zeline merasa terkejut ketika mendengarkan pujian dari Rera. Sebenarnya Zeline cukup senang karena mendengarkan penilaian positif dari Rera, tapi untuk sesaat Zeline juga merasa sedih karena ia kembali mengingat masalah keluarganya.
Sekalipun sekarang Zeline sedang menjadi Kinara, di dalam hatinya, ia tetap seorang Zeline yang sedang berusaha mengalihkan pikiran dari masalah perceraian orang tuanya. Entah sampai kapan dia dapat melarikan diri dengan cara menukar kehidupannya dengan Kinara, Tapi untuk saat ini Zeline ingin tetap menikmati kehidupan baru yang ia miliki.
“Jika melihat dari perubahanmu selama tiga hari ini, aku benar-benar merasa tercengang. Apakah orang tuamu mengatakan sesuatu tentang perubahan sifatmu?”
Zeline merasa tertarik dengan topik tentang perubahan sifatnya.
Sekeras apapun Zeline mencoba, ia tidak akan pernah bisa sama seperti Kinara. Mereka adalah dua orang yang berbeda. Lagipula Zeline juga masih belum terlalu mengenai sifat Kinara sehingga ia tidak bisa menyesuaikan diri untuk terlihat sama seperti Kinara.
Jika Rera saja menyadari perubahannya, kira-kira bagaimana dengan orang tua Kinara?
“Apakah terlihat sangat jelas jika aku berubah?” Tanya Zeline.
“Sekarang jawablah pertanyaanku dengan jujur. Setelah itu aku baru bisa menilai seberapa jauh perubahanmu.”
Zeline menatap dengan antusias.
“Apakah kamu menyukai Dareen?’
Zeline merasa tercekat ketika mendengarkan pertanyaan itu.
Tentu, tentu saja Zeline menyukai Dareen, dia mencintai pria itu. Sebagai Zeline yang sebenarnya, tentu saja jawaban dari pertanyaan tersebut akan sangat mudah untuk ia katakan. Namun masalahnya saat ini Zeline tidak sedang menjadi dirinya sendiri. Pertanyaan tersebut tidak diajukan kepada Zeline, tapi kepada Kinara.
“Bagaimana menurutmu?” Tanya Zeline.
“Bagaimana apanya? Tentu saja aku tidak tahu. Kamu yang seharusnya memahami perasaanmu sendiri.”
Zeline menundukkan kepalanya. Ia menyadari perasaannya, ia tahu jika selama ini dia sangat mencintai Dareen. Pria itu adalah satu-satunya orang yang memahami kehidupan Zeline. Dia memahami kesibukannya, memahami keluarganya, dan juga memahami ambisinya. Tapi jawaban apa yang bisa Zeline katakan sebagai Kinara? Apakah Kinara menyukai Dareen? Apakah perempuan itu tertarik pada Dareen?
Tentu saja Zeline tidak tahu.
“Aku tidak tahu.”
“Sudah kuduga. Di balik perubahanmu yang sangat drastis, kamu pasti memiliki alasan yang serius.” Rera menepuk bahu Zeline dengan pelan. Wanita itu menunjukkan tatapan prihatin yang membuat Zeline mengernyitkan dahinya karena kebingungan. “Jangan terlalu berharap, kamu pasti akan patah hati. Sainganmu bukan manusia biasa, dia secantik malaikat. Jika dibandingkan dengan kita, status sosialnya jauh lebih tinggi, circle pergaulan mereka pasti tidak main-main. Lagipula, saat sudah memiliki kekasih secantik Zeline, untuk apa Dareen melirik wanita lain yang standarnya jauh lebih rendah dari kekasihny?”
Zeline menarik napasnya dengan pelan. Dari penjelasan tersebut Zeline menarik satu kesimpulan menyakitkan yang membuatnya merasa miris. Apakah selama ini orang-orang mengira jika Dareen menyukai penampilan fisiknya saja? Apakah selama ini penilaian terhadap hubungan hanya sebatas kecantikan dan kekayaan saja?