“Aku ingin membuat Baek Hoon menderita." Yerin sangat terobsesi dengan itu. Chan Yul menyeruput minuman hangatnya.
Ngomong-ngomong, mereka sedang duduk di sebuah kedai yang katanya sangat ingin Yerin pijaki. Pertemuan pagi mereka diisi dengan sarapan bersama di kedai penjual nasi.
“Menderita seperti apa yang kau maksud?”
Yerin meninju telapak tangan kirinya dengan kepalan tangan kanan. Dia gemas, seakan yang ditinju adalah wajah Baek Hoon. "Sesuatu yang berujung penyesalan, tentu saja. Jangan lupakan sakit hatinya, aku ingin membuat sebuah drama fake a love.”
“Dengan cara membuatnya jatuh cinta padamu, momen picisan di mana akhirnya dia memohon agar tidak ditinggalkan, begitu?”
Otak Chan Yul itu cemerlang, makanya dia punya banyak uang. Selain rajin, bukankah isi otak juga harus sepadan dengan jumlah uang yang dimiliki? Seimbang.
Yerin mengangguk. "Apa itu menggelikan?”
Chan Yul menyuapkan nasi beserta jajaran lauknya, mengunyah sejenak dan berkata, “Tidak, hanya saja kau yang akan kerepotan. Bagaimana kalau nanti kau yang malah jatuh cinta?”
Yerin terdiam. Lensanya bergulir mencari jawaban, otak cantiknya seakan berhenti berfungsi. Bagaimanapun, Baek Hoon itu menawan.
“Yerin--"
“Aku hanya ingin dia menderita.” Mata Yerin berkaca-kaca. Agar penderitaan Baek Hoon sempurna, bukankah lelaki itu harus jatuh cinta padanya? Tidak afdol kalau penderitaan Baek Hoon terjadi karena kehilangan orang lain.
Ini urusan hati Yerin.
“Kalau begitu, jangan jatuh cinta. Jangan melihat Baek Hoon selama kau berdekatan dengannya.”
Yerin mendongak, menatap dalam manik hitam Chan Yul. Secara naluri, begitu alami, Chan Yul menangkup wajah Yerin dan memajukan wajahnya sendiri. Mengecup kilat pojokan bibir wanita itu.
“Caranya, lihat aku. Jatuh cintalah padaku, aku menjamin keinginanmu terwujud tanpa cela.”
Secercah harapan menelusup ke dalam hatinya, Yerin melihat Chan Yul bagai melihat cahaya di tengah kelamnya kehidupan. Dari yang terlihat, Chan Yul itu tampan, tubuhnya kekar dan menawan, apa pun yang ada padanya tampak berkarisma, Chan Yul terkesan sempurna. Sangat mudah untuk dicinta. Iya, kan?
Yerin mengangguk. Dia menyanggupi, tanpa pernah berpikir betapa sulitnya untuk jatuh hati setelah hati itu terkunci. Dengan adanya malaikat kecil perpaduan antara dia dengan Baek Hoon, tidak lagi secara manual hati itu berkendali. Tapi, Tuhan juga punya hak untuk turut mencampuri.
“Asal Baek Hoon menderita.”
***
“Jadi, aku sudah bisa melihat?" Yujin tampak semangat. Setelah sarapan dia berbincang hangat dengan calon suami.
Baek Hoon mengangguk, tak kalah antusias. “Hanya perlu operasi, pendonornya sudah ada.”
“Benarkah?!” Yujin sampai memekik saking girangnya.
Baek Hoon terkekeh dan mengusap wajah cantik kekasihnya, “Ya, tapi kau harus pergi ke luar negeri.”
Sedikit banyak Yujin hilang senyuman. Dia ragu, ada sesuatu yang membuatnya tak ingin meninggalkan negara ini.
“Apa kau ikut?” Sekalipun pertanyaannya tertuju untuk Baek Hoon, tapi lensa mata Yujin mengarah bukan pada tempatnya. Dia itu buta, sulit untuk menjadi benar jika urus-urusnya soal mata.
“Aku di sini, aku akan menunggumu di sini. Yujin, ada banyak hal yang harus kukerjakan di Korea. Aku tidak bisa meninggalkan tanggung jawabku.” Tangannya terulur mengusap lembut pipi Yujin. Manik cokelat Baek Hoon memotret banyak-bayak wajah cantik itu, agar kelak jika dia hidup bersama Yerin, tetap ingat Yujin.
“Aku janji, selesai operasi, aku sendiri yang akan menjemputmu dan kita menikah setelah itu," imbuh Baek Hoon.
Manusia memang senang mengumbar janji, kadangkala mereka tidak menepati. Dan dengan berjanji, yang dijanjikan akan terlena oleh harapan. Tapi dengan berjanji, bukankah hidup ini jadi lebih menyenangkan?
“Baiklah, kutunggu janjimu untuk terbukti." Yujin sepakat. Dia mau lepas landas ke negeri orang untuk operasi demi masa depannya bersama seorang Byun Baek Hoon.
***
Cinta itu sulit, orang-orang membuatnya semakin pelik. Tapi jika konteksnya adalah jatuh, cinta itu mudah.
Manusia akan sangat mudah untuk jatuh cinta, tapi mereka yang terlalu menganggap ‘mudah’ tak pernah berpikir bahwa mempertahankannyalah yang sulit.
Sebagaimana Chan Yul, dia yang telah jatuh hati kepada seorang Kim Yujin, dulu. Dan kini berubah haluan kepada yang lain, Kim Yerin. Mari melihat sejauh mana cinta Chan Yul mampu bertahan!
“Jadi, Baek Hoon memintamu menjadi Yujin? Dan kau terima." Pertanyaan dan pernyataan itu Yerin angguki. "Well, itu mudah untuk membuatmu jatuh cinta padanya.”
“Tidak apa-apa.” Yerin mencomot hidangan lainnya, dia masih belum kenyang. "Ada kau yang akan menarikku dari cinta itu.”
“Kau percaya padaku?”
Yerin mengangguk lagi, lebih mantap. Chan Yul tersenyum, dia mengusap puncak kepala Yerin gemas. "Kalau begitu, sudah kuputuskan, apa pun yang terjadi nanti aku tak akan pernah melepaskanmu. Jangan menyesal.”
Yerin tersenyum, tidak apa-apa selagi Baek Hoon menderita. Ambisinya semakin kuat. Dia begitu membenci, Yerin benar-benar memusuhi tiap embusan napas Baek Hoon.
“Kau tahu Sehan?”
Yerin tersedak. Orang gila itu, ah ... Yerin tak bisa berkata-kata. Chan Yul pun menyerahkan air minumnya.
“Dia sinting!” sengit Yerin saat batuknya mereda. Chan Yul lengkungkan bibirnya. “Aku bisa lebih sinting darinya, Yerin.”
“Benarkah? Wah, aku sangat tertantang.”
“Kau akan menyesal jika kau berpikiran untuk meninggalkanku.” Manik yang sewarna dengan kulit kayu itu memancarkan kesungguhannya. Chan Yul tak pernah main-main dengan permainannya. Tapi karena Yerin adalah gadis berkepala batu, dia menampik keraguan yang datang menyapa kalbu. “Aku jauh lebih menyesal kalau hidup dengan Baek Hoon.”
Jadi, hari ini tepat pukul sembilan pagi mereka sepakat untuk terikat. Sepakat untuk bermain api, mereka sedang menggali kuburnya sendiri.
Cinta itu memiliki sisi mematikan. Dengan demikian, cinta itu lubang kematian, kan?
***
Kini hari keberangkatan Yujin telah tiba. Semakin dekat menuju detik-detik sandiwara. Semalam, cakrawala tampil indah sekali. Hanya berharap bahwa keindahan itu pertanda sebagai awal dari rencana kehidupan baru.
Yujin yang berjuang untuk operasi demi semestanya dia pergi ke luar negeri.
Yerin, dia melangkah demi tujuannya agar terealisasi. Rela terikat dengan Chan Yul yang memiliki sisi psycho dan sudah Yerin sadari. Mengikatkan diri kepada Baek Hoon untuk membuat pria berwajah unik itu tersakiti.
Chan Yul pun punya kehidupan baru, ada yang membuatnya merasa berarti dan ada yang harus dia miliki. Selain harta, Chan Yul sekarang punya cinta.
Dan Baek Hoon, dia telah siap menyambut awal baru dan menebak-nebak warna hidupnya setelah ini. Sementara kekasihnya menjalani operasi, dia memonopoli Yerin agar kelak saat Yujin kembali, orang tuanya memberi restu, lalu menikah sesuai impiannya sebelum tragedi menghamili itu terjadi. Baek Hoon meringis, dia hanya ingin semua berjalan seperti semula.
Maka saat ini, tepat di mana hari pertama Yerin dia genggam tangannya. Pertama kali Baek Hoon membawa gadis selain Yujin ke rumahnya, dan pertama kali Baek Hoon mengenalkan seorang gadis secara resmi kepada ibunya.
“Ini Yujin.” Baek Hoon lebarkan senyumannya. "Calon istriku yang akan kunikahi lusa.”
Nyonya Byun menelisik jeli, sorot tajamnya tampak elegan sekali. Yerin yang diberi tatapan menilai seperti itu merasa kikuk.
Di ruang tamu kediaman keluarga Byun, sang kepala keluarga menyeletuk, “Bukankah saat itu gadis ini buta?”
Baek Hoon tersenyum, menjawab dengan santai, “Seperti Ayah tidak tahu ada operasi mata saja! Yujin sudah bisa melihat, Ayah.”
“Secepat itu?”
“Ayah tidak percaya padaku?” Baek Hoon berakting merajuk. Sementara Nyonya Byun menatap Yerin dalam-dalam, “Siapa ibumu?”
“Kim Eunshin.”
“Ayahmu?”
Yerin tersenyum sendu tanpa dia sadari. “Sudah meninggal, Tuhan terlalu sayang padanya.”
Tuan Byun yang merupakan type suami takut istri, dia berucap dan matanya tertuju kepada Baek Hoon. "Ayah akan merestui kalau Ibumu setuju.”
Baek Hoon layangkan tatapan memohonnya. "Aku sangat mencintainya, Bu.”
“Apakah Yujin juga mencintaimu?”
Yerin hanya diam, dia tidak merasa ter-notice. Namanya itu Yerin, jadi telinganya secara otomatis mengabaikan pertanyaan yang datang. Dia sedang menunduk, merenungkan sesuatu.
“Yujin, apa kau mencintai putraku?”
Entah kenapa jantung Baek Hoon bertalu-talu, dia berkeringat. Menatap Yerin yang malah menunduk. Sadar kalau gadis itu tak akan mudah menjawab, Baek Hoon pun berinisiatif merangkul pundak Yerin.
“Sayang, kau mencintaiku, kan?” Dia bahkan berani mengecup pelipis Yerin, sementara gadis itu belum siap berakting.
“Ya?” Yerin terkesiap, bahunya diremas oleh Baek Hoon. “Aku ..." Ini sulit. Yerin tidak mencintai Baek Hoon, lamat-lamat dia pun menatap lekat pria di sisinya. Dua kelereng cokelat yang saling bertumbuk, lensa Yerin dan Baek Hoon yang berpandangan tersirat.
“Aku mencintainya,” dua kata yang lolos begitu saja. Kerja otak lebih cepat dari yang diduga, dia bahkan belum merangkai kata. Tapi berikutnya Yerin bersuara, "Sangat mencintainya.”
Dalam sadar dan tidaknya, saat itu adalah hidup baru yang benar-benar baru bagi mereka.
“Kami restui, menikahlah segera. Aku juga sudah tidak sabar ingin menggendong cucu.”
Ada kesenangan tersendiri yang menelusup ke dalam hati Baek Hoon. Bahkan tanpa sadar dia bangga sudah membuat Yerin hamil. Hari di mana mereka merusak tatanan hidupnya sendiri. Tak pernah menyadari kalau langkah ini merupakan boomerang yang bisa menggugurkan rencananya masing-masing.
“Ya, terima kasih. Yujin mencintai Baek Hoon." Tapi ternyata, Yerin masih waras bahwa dia memang membenci Baek Hoon. Hatinya untuk pria ini sudah terkunci. Sekalipun saat ini, tanpa sepengetahuan yang lain, tangan kanan Baek Hoon yang semula di bahu Yerin kini turun merayap hingga merengkuh pinggang dan semakin merapatkan, telapak pria Byun itu mengusap sayang sisi kanan perutnya.
Cinta. Baek Hoon penasaran, bagaimana cinta seorang ayah kepada anaknya? Secara tiba-tiba, cinta itu yang Baek Hoon pikirkan.
Dan Yerin sadar bahwa ‘aku bukan dia’. Maka, Yerin siap menebar kepalsuan.
***