Chapt 6. Caught in a Dark Agreement

2318 Kata
*** Perumahan Cemara Hijau, Medan., Sore hari., Mata Anta memandang ke arah luar jendela mobil. Dari gerbang utama yang jaraknya cukup jauh untuk menjangkau pekarangan mansion ini. ‘Ini bukan rumah, tapi mansion ini mah. Kok ada ya di Medan, mansion segede ini.’ Bathin Anta memandang takjub dengan luasnya pekarangan depan mansion dari arah jauh. Mansion bergaya Eropa. Dengan warna luarnya berwarna putih bersih. Pekarangan rumah yang hampir dipenuhi dengan pohon cemara di sepanjang jalan menuju pintu utama mansion ini. ‘Rumah idaman gue banget ini mah.’ Bathin Anta sambil tersenyum tanpa mengedipkan matanya. Di setiap gerbang terdapat bodyguard yang masing-masing memegang senjata. Di setiap sudut mansion terdapat bodyguard dengan senjata juga. Mereka bak pengawal istana di mansion ini. ‘Tenang Adyanta. Tenang. Semua sudah diatur oleh Allah.’ Bathin Anta, walau bulu kuduknya sedikit merinding melihat seisi pekarangan mansion ini. Mulai dari gerbang depan hingga saat ini. Mobil ini memutar ke arah belakang mansion yang sangat luas ini. Dan berhenti tepat di sebuah pintu masuk. Anta pikir, ini mungkin pintu utama masuk bagian belakang mansion. Dia menghela nafas panjang saat melihat tak satupun bodyguard yang tidak membawa senjata yang digantungkan di sela celana mereka. “Anda akan tetap aman disini, Nona Anta.” Pria itu, Han tersenyum kepada Anta lalu keluar dari mobil. Dan membukakan pintu mobil untuk Anta. ‘Berasa jadi nyonya besar aja aku ah.’ Bathin Anta berwajah datarnya. “Paman Han. Apa aku boleh bertanya ?” Tanya Anta lugas. “Tentu Nona.” Han tersenyum. “Aku boleh minta minum ? Aku haus.” Anta tersenyum kikuk. Para bodyguard saling memandang satu sama lain. Han tersenyum dan menjawabnya. “Tentu Nona, mari silahkan masuk.” Ucap Han sambil mengarahkan Anta masuk ke dalam mansion yang bernuansa putih. Elegan dan bercahaya bak berlian yang tersebar di setiap sudut ruangan. Menambah kesan mewah dan glamour pada mansion. Ukiran dan pahatan kayu dilangit-langit mansion menambah kesan klasik pada atap mansion. Semua membungkuk hormat kepada Anta. Termasuk para pelayan di mansion ini. Anta melihat isi mansion ini dengan pandangan biasa saja, agar tak membuat malu dirinya sendiri. ‘Aku yakin dia bukan orang sembarangan. Mansion ini terdapat banyak sekali penjaga. Pelayan rumah yang bejibun, lift pribadi. Astaga. Sebenarnya aku ini sedang berurusan dengan siapa sih ya.’ Bathin Anta seraya ingin menjerit. Lalu Anta terdiam. Dan tidak berbicara dalam hatinya lagi. Mengingat pria itu mempunyai kelebihan mampu membaca isi kepala seseorang. “Mari Nona saya antar ke ruang atas.” Han berjalan menuju lift yang sangat mewah. Anta mengikuti dari sampingnya. Di dalam lift yang mewah ini. Anta tetap diam. Hingga sampai pada ruangan yang bernuansa tegang dan tegas. Warna silver dan putih menjadi paduan yang sangat menyatu di ruangan ini. Sangat cocok untuk seseorang yang menyukai kesendirian dan kesunyian serta ketenangan diri. “Minuman anda akan kami antar, Nona.” Han membungkuk lalu pergi dari hadapan Anta. ... 10 menit kemudian… “Ini minuman anda, Nona.” Ucap salah seorang pelayan membawa meja hidangan berjalan ke arah Anta sambil tersenyum. “Terima kasih.” Jawab Anta singkat. Seraya mendekati beberapa gelas minuman dengan warna minuman yang berbeda. Dua gelas berwarna putih, satu gelas berwarna coklat, satu gelas berwarna merah, dan satu gelas lagi berwarna hitam pekat. ”Saya permisi, Nona.” Pelayan yang usianya lumayan tua itu membungkukkan badan lalu berjalan ke arah lift. ... Anta tetap diam, dan mengambil satu gelas minuman bening disana. Dia cium aromanya. Anta mengernyit. Anta memang sama sekali tidak pernah menyentuh minuman beralkohol. Tapi Anta sangat yakin kalau gelas yang dia pegang ini, pasti minuman beralkohol atau lebih tepatnya adalah vodka. Anta meletakkan kembali gelas itu, dan dia ambil lagi gelas bening yang satu lagi. Dia cium aromanya. Biasa saja. ‘Bismillah.’ Ucapnya dalam hati. Anta meminum sedikit. Setelah yakin. Anta menenggak minuman itu sampai habis seperti orang yang sangat kehausan. ... “Welcome to my house.” Pria itu yang Anta tahu bernama Zu menyapa Anta dengan berbahasa inggris. Dia keluar dari sebuah pintu dan berjalan ke arah sofa. Dia lalu duduk di sofa itu dengan kaki menyilang. Hanya dengan menggunakan kemeja putih. Kancing teratas nya dibuka. Lengan panjangnya digulung sampai batas siku. Rambutnya yang sedikit basah menjulur ke belakang. Seperti siap untuk dilahap oleh para wanita yang haus akan belaian. Anta menyapanya dengan berbahasa inggris juga. “ I like your mansion. This mansion.” Lalu Anta kembali diam. “Senang bertemu lagi dengan mu, Adyanta Nawwar Rizky.” Zu tersenyum miring ke arah Anta. Anta tetap diam dengan wajah datarnya. “Kau mengacuhkan ku ?” Zu tampak seperti mulai emosi karena Anta tidak berkata sepatah katapun. Dan tetap memilih memandang sorot tajam matanya itu. Dia berdiri dari sofanya dan mendekati Anta secara perlahan. “Apa mau mu Tuan Zu yang terhormat ?” Tanya Anta dengan lantang sebelum Zu mendekati Anta lebih dekat lagi.             Anta kembali melanjutkann kalimatnya. “Aku sangat sibuk. Tidak punya banyak waktu untuk berurusan banyak dengan mu.” Bicara Anta lagi padanya dengan nada ketus. Zu berhenti melangkahkan kakinya. Dia lalu tersenyum miring dan kembali duduk di sofa nya dengan posisi semula. Tangan kiri nya memegang gelas yang Anta perkirakan isinya adalah wine. Zu tetap menatap Anta intens, dengan sesekali menyesap wine dalam gelasnya. Sedangkan Anta masih tetap berdiri tepat sekitar 5 langkah dari hadapannya. ’Kau sangat manis Honey. Bersikap tenang menghadapiku.’ Bathin Zu dengan senyuman sinis kepada Anta. “Baiklah kalau begitu aku permisi.” Anta berbalik badan. Hendak berjalan menuju lift. ”Kau sangat peka dan teliti sekali, Nona Adyanta Nawwar Rizky.” Zu menyesap Wine nya, menatap punggung Anta. Anta berbalik menghadap Zu. ”Kau pikir aku akan mabuk bersama mu. Kau pasti tahu, aku sama sekali tidak pernah menyentuh semua minuman harammu itu.” Kata Anta ketus menatap mata hazel Zu dengan penuh kebencian. ’Kau sangat pintar mengendalikan emosi Honey.’ Zu kembali tersenyum sinis. Anta kembali menuju lift, hendak keluar dari ruangan bernuansa silver white itu. Tiba-tiba ruangan menjadi gelap gulita. Sebuah cahaya besar tepatnya sedikit jauh dari Anta. Anta menghadap ke arah cahaya besar tersebut. Yang terletak di sebelah kiri sudut ruangan. ‘Layar proyektor ?’ Bathin Anta mengernyitkan keningnya. Anta menyipitkan matanya. Berusaha menyesuaikan pandangannya sambil mengusap pelan matanya dengan kedua tangannya. ‘Namaku ?’ Bathinnya lagi. ’Sekarang hidup barumu sudah dimulai Honey.’ Bathin Zu menatap Anta dalam gelapnya ruangan. Yang hanya bercahayakan layar proyektor saja. Ketika Anta teringat kelebihan Zu, Anta kembali diam. Tidak Anta sangka. Layar proyektor tersebut memutar sebuah video asusila. Seketika Anta membeku. Tak percaya apa yang ada di depan matanya. Video yang pernah direkam oleh pria b******k dari masa lalu Anta. Begitu mudah dia menemukannya. Anta dengan cepat memalingkan wajahnya dari layar proyektor. Dan menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya. Anta terduduk lemas dengan badan menyender ke dinding. Anta menangis sejadi-jadinya. Sekeras-kerasnya. Mengeluarkan semua isi hatinya yang selama ini dia pendam sampai bertahun-tahun. Dan ternyata ada orang ketiga atau mungkin lebih dari tiga orang yang sudah tahu akan video menjijikan itu. Mungkin dia juga punya foto bugil Anta yang lainnya. Anta malu. Malu sekali. Saat ini Anta seperti mau bunuh diri saja. Itu yang ada dipikirannya saat ini. Setelah layar proyektor berhenti berputar. Lampu ruangan kembali dihidupkan. Dan jendela ruangan kembali dibuka lebar. Sesaat Anta terdiam. Hampir 15 menit dia menangis. Masih dengan posisi meringkuk, memeluk kedua kakinya di lantai. Posisi jilbabnya yang sudah antah berantah. Wajahnya yang pasti mulai sembab. Dengan yakin dan tubuh sudah bergemetar. Anta mencoba berdiri. Dan menatap pria yang tengah duduk di sofa yang menatapnya dengan tatapan mengejek. “Apa mau mu ?” Kata Anta dengan nada lemah seraya pasrah dengan keadaan saat ini. “Menikmati tubuhmu.” Zu langsung meminum habis wine nya. Dan meletakkan gelas itu di meja dengan satu hentakan kuat. Anta menggeleng dan menatapnya tak percaya. ... “Kau sudah tahu Tuan, aku sudah tidak perawan lagi. Aku tidak montok dan tidak seksi. p******a ku kecil dan v****a ku juga sudah tidak sempit lagi. Apa yang mau kau harapkan dari ku hah ??!” “Kau bisa menyewa perempuan jalang yang lebih cantik dan berpengalaman dari pada aku yang buruk rupa ini!!” “Kau bisa menculik gadis belia yang masih perawan! Kau bisa merayu mahasiswa perawan dengan uang mu yang tak akan habis tujuh turunan itu!!!” Bicara Anta panjang lebar dengan nada cukup keras, sampai tersengal-sengal. Tenggorokan yang mulai kering membuat matanya hampir meneteskan air mata lagi. Anta berbicara sambil mendekati dia hingga berjarak 3 langkah saja dengan jari telunjuknya di depan Zu. Anta dan Zu berhadapan diantara meja kristal yang menjadi penghalang mereka berdua. Zu masih saja tersenyum miring kepada Anta. Dia lalu berdiri dan berjalan ke arah Anta. Anta menundukkan pandangannya ke bawah. ’Kau... Hmmm.’ Bathin Zu lalu mendekati Anta. “Kenapa menunduk ? Aku justru ingin merasakan wanita seperti itu. Wanita buruk rupa seperti mu.” Dia mulai meraba lengan kanan Anta dengan jari-jarinya yang besar itu. Menyusuri setiap lengan kanannya sampai masuk ke dalam jilbab Anta. Meraba kulit leher Anta yang merupakan bagian tersensitif Anta. Anta diam membeku. Bulu kuduk mulai berdiri. Sesaat dia menahan suara sialannya. Menahan semua nafsu yang sesaat sudah dirangsang oleh Zu. “Brengsek.” Ketus Anta sambil menepis tangan Zu dari lehernya. Anta menghadapnya. Zu mendekati Anta. Tepat Anta mendongakkan kepalanya yang hanya sebatas dadanya. Sungguh Zu sangat tinggi sekali hingga Anta kembali menundukkan kepalanya dan menatap d**a Zu yang terlihat sangat jelas terdapat bulu-bulu halus yang sangat menggoda. Anta tertawa kecil. Seakan dirinya menjadi orang bodoh saat ini. Mereka saling berdiam diri. Anta berpikir. Dirinya sudah rapuh. Hina dan kotor. Selain memikirkan masa depannya yang sudah hancur, dia juga berpikir tentang kehidupannya yang butuh biaya. Biaya hidupnya dan keluarganya. Biaya kuliah adiknya, dan juga biaya putri semata wayangnya, Zizil. Hidup di dunia ini butuh uang, pikirnya. Dia tahu bahwa kalau dia menerima ajakan nafsu Zu, itu adalah dosa yang sangat besar. Seketika dipikiran Anta terlintas bahwa dia akan merubah hidupnya, dengan menerima ajakan nafsu Zu dengan memberi satu syarat yang menjadi ketakutan dirinya selama ini. Yang membuat dia hidup dalam kegelapan dan ketakutan yang amat besar dari masa lalunya itu. Dan Anta sangat yakin, Zu bisa mengabulkannya. “Apa yang akan ku dapatkan setelah aku melayani mu hari ini ?” Tanya Anta merendah dengan pandangan masih di depan d**a Zu. Dia tidak berani menatap wajahnya. “Tatap lawan bicaramu Anta.” Zu menaikkan dagunya dengan jari kanannya. Dan mulai menatap Anta intens. Tangan kirinya mulai mendekap pinggang Anta. Melepaskan jarak diantara mereka. Anta meronta, tapi Zu semakin mendekatkan badannya pada badan Anta sehingga dia bisa mencium parfum Anta yang tidak seberapa mahal. Anta masih menatap matanya. “Jawab pertanyaanku Tuan Zu yang terhormat.” Kata Anta dengan isyarat ketakutan di matanya. ’Kau sangat takut kepada ku. Apa aku semenakutkan itu Anta.’ Bathin Zu menatapnya intens. Zu tetap diam. Lalu melepaskan dekapannya. Sehingga Anta bisa bernafas lega. Anta memundurkan langkahnya ke belakang untuk menjauh dari Zu. Anta mulai berpikir tentang permintaannya sebelum permainan nafsu kotor Zu dimulai. “Oke. Aku mau sesuatu dari mu. Hapus semua video porno dan foto bugilku dari mana pun. Termasuk dari ponsel atau apapun itu milik pria b******k b******n sialan itu.” Anta berbicara dengan tetap menatapnya tajam. “Kau menyuruh ku Nona Anta ?” Zu tersenyum miring sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. “Kau pasti menginginkan imbalan bukan ? Aku akan penuhi apapun yang kau mau. Selagi itu tidak merugikan ku dan hidupku. Aku tahu, permintaanku tadi sangat mudah sekali bagi mu. Mengingat kau pasti orang yang memiliki banyak kekuasan.” Ucap Anta dengan nada biasa dan elegan tanpa berbasa-basi. ’Kau benar-benar luar biasa Anta.’ Bathin Zu berwajah datar. “Keluarga mu ?” Tanya Zu dengan nada mengejek. “Jangan sentuh mereka. Ini urusan kita berdua. Tidak ada sangkut pautnya dengan keluarga ku. Kau harus pahami itu Tuan.” Ucap Anta menohok dengan jari telunjuk tepat di depan wajah Zu. “Kau kembali mengajariku ?” Tanya Zu tersenyum menggoda kepada Anta. “Tentu, supaya kau tidak lupa.” Jawab Anta berani, penuh penekanan dengan wajah yang sudah memerah dan menahan malu. ’Wajahmu...’ Bathin Zu mulai susah menegukkan salivanya. Mereka berbicara saling berpandangan satu sama lain. Hari semakin gelap. Bahkan Anta melupakan jam sholatnya. Karena ya Anta lagi menstruasi. Tepatnya, belum mandi wajib. Jadi Anta tidak terlalu memusingkan untuk sholat, apalagi di mansion yang mengerikan ini. “Apapun yang ku mau ?” Tanya Zu mendekati Anta. “Ya.” Jawab Anta sigap. “I made everything be perfect like you want. I want ur body right now.” Ucap Zu dengan tergesa-gesa dia berjalan menghampiri Anta dan tidak memberi Anta kesempatan untuk menjauh. Zu menundukkan badannya, tangan kanannya menarik pundak Anta mendekat ke arah bibirnya, lalu mencium bibir Anta dengan kasar. Melumatnya dengan penuh nafsu dan gairah. ”Hmmpphhttt...” ’Kau senikmat ini, aku benar-benar tak percaya.’ Bathin Zu sambil melumatnya tanpa memberi nafas untuk Anta yang sudah mendorong d**a bidang Zu. ”Hhmmpphttt...” Anta meronta memukul d**a bidang Zu, lalu mendesah kecil. Anta tetap membungkam bibirnya, tapi Zu menggigitnya sehingga mulut Anta terbuka lebar karena kesakitan. Dan lidah Zu masuk menjelajahi seluruh mulut Anta dengan ganas. Tangan kirinya meremas b****g sintal Anta yang padat dan kenyal. “Hhmmmpphttt….  Aahhhh... hmmpphhtt...” Desahan Anta semakin menjadi. Jilbab nya kini sudah tak beraturan lagi. ”Hhmmpphtt... Bibirmu... Hmmmpphhtt Manisss... Honey...” Zu berkata disela-sela ciuman mereka. Anta mendorongnya kuat. Tapi gagal. “Ak… kuuu... mmmmm... sedaang... datt… tangg... hmmpphhtt … bulan… hmpphtt...” Anta berusaha memalingkan wajahnya agar dapat berbicara. Walaupun ciuman Zu yang sangat memabukkan untuknya. Zu menghentikan ciuman mereka. Dan itu sangat membuat Anta frustasi. Tetapi Anta tetap dalam posisi tenang walaupun dengan nafas yang masih tersengal-sengal sambil memegangi dadanya. ’s**t!!’ Umpat Zu dalam hati.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN