Chapt 1. Eazlin Fakra Al-Bakhri
..**..
Senja yang berganti waktu. Waktu terus berputar tanpa mengenal lelah. Tapi tidak dengan aku dan hidupku. Semua terasa hampa. Sama seperti sampah yang sengaja dibakar dan menyisakan segerombolan asap. Hidupku saat ini, sangat tidak tertata. Masa depan ku yang hancur akibat masa lalu ku yang sama sekali tidak aku sengaja untuk ku lakukan. Aku yang dulu tidak polos, tapi kenyataannya aku lah yang bodoh. Bodoh karena melakukan hal yang merugikan masa depan ku. Dan kini aku sedang menjalani masa depan ku yang antah berantah.
Aku bagaikan sampah di masyarakat yang tertutupi dengan sikap dan perilaku yang manis di mata masyarakat. Terutama di lingkungan keluarga ku. Tidak ada satupun keluarga ku yang mengetahui masa lalu kelam ku. Seandainya saja mereka tahu, mungkin mereka akan sangat kecewa dan terpukul. Terutama kedua orang tua ku dan nenek kakek ku yang sangat membanggakan ku pada semua keluarga, tetangga ataupun teman-teman mereka. Miris. Hidupku sangat miris. Mengenal pria b******k itu, adalah malapetaka tersendiri untuk ku, hidup ku, dan masa depan ku.
..**..
Aku terlahir dari keluarga dengan ekonomi yang pas-pas-an. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Aku Adyanta Nawwar Rizky.
Keluarga ku memanggil ku dengan sebutan Anta, tetapi teman-teman kuliahku dan rekan-rekan kerja ku biasa memanggil dengan sebutan Dyanta. Nawwar Rizky adalah nama belakang Papa ku. Arsyad Nawwar Rizky. Panggilan akrabnya Arsyad. Dan Ibuku bernama Ghania Hafizhah. Biasa dipanggil Bu Ghania.
Aku telah menyelesaikan pendidikan Sarjana ku dengan jurusan Kesehatan Masyarakat. Aku hanya punya satu adik perempuan. Adila Nawwar Rizky. Biasa dipanggil Dila. Dia masih duduk di semester tujuh jurusan Akuntansi di salah satu Universitas Negeri ternama di Kota Medan. Yah! Berbeda dengan ku, aku hanya kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Swasta bidang Kesehatan.
Hidup ku dimulai dengan sejuta keajaiban, dimana rezeki selalu saja mengalir kepada ku. Tetapi, rezeki ku tidak ku nikmati sendirian, tetapi ku bagi-bagikan kepada mereka yang membutuhkan atau kepada masjid-masjid yang sangat membutuhkan dana untuk merenovasi bangunannya. Terutama rezeki itu aku bagikan kepada keluarga ku.
Aku tidak membanggakan diriku sendiri, tetapi aku sangat menyayangi keluargaku. Aku lakukan apapun demi kebahagiaan mereka. Aku sama sekali tidak terusik jika mereka meminta ini dan itu kepada ku. Setelah aku mendapatkan rezeki-rezeki ku dari hasil jerih payah ku, aku mulai menuntun hati ku untuk bertanggung jawab kepada keluarga ku. Terutama soal perkuliahan adik semata wayang ku. Aku lah yang membayar ini dan itu untuk keperluan kuliahnya.
..**..
Saat ini, aku bekerja di salah satu Rumah Sakit dengan bidang pekerjaan yang sesuai dengan jurusan perkuliahan ku yaitu Kesehatan Masyarakat. Aku bekerja menjadi bagian dari administrasi kesehatan di Rumah Sakit yang cukup dikenal oleh sebagian kalangan masyarakat yang mengobati dirinya untuk bagian penyakit dalam.
Aku bekerja semata-mata untuk manambah tabungan ku, khusus biaya kuliah adikku dan biaya wisuda ku yang semakin dekat ini. Tabungan ku saat ini sangat lah menipis. Tapi aku tidak mungkin lagi meminta bantuan kedua orang tua ku. Mengingat mereka sangat bahagia karena selama hampir dua tahun lebih aku sudah mandiri dan bahkan aku lah yang membiayai seisi rumah kami, walau tidak sepenuhnya seperti biaya makan yang tetap ditanggung oleh kedua orang tua ku.
Beban hidup ku sangat berat. Bahkan untuk biaya wisuda ku saja, aku tidak ada uang. Apalagi biaya uang kuliah adikku, yang jadwal tempo nya di bulan tepat aku bakal wisuda. Rasanya kepala ini mau pecah, tidak tahu lagi mau kemana otakku berpikir. Apakah aku harus menjual organ tubuh ku ? Oh bukan itu, haruskah aku menjual diri ku seperti layaknya seorang p*****r ?
Aku tertawa miris. Bahkan orang yang membeli seorang wanita pasti menginginkan wanita yang perawan. Tidak, bukan aku. Aku sudah tiak perawan lagi. Karena pria b******k itu. Pria yang memiliki segala keburukan dimata ku.
Terutama keluarga nya yang sangat tidak menghargai keluarga ku, terutama sekali tidak menghargai kedua orang tua ku. Dasar b******k. Rasanya kejadian itu, tidak akan pernah aku lupakan bahkan sampai aku mati. Bahkan dia sama sekali tidak meminta maaf. Ah! Dasar b******n.
Dulu aku terlalu terlena dalam rayuannya. Pria b******k itu! Oh lebih tepatnya, pria manja yang selalu berada dibawah ketiak mamak nya itu. Hhahahaaaa dia pasti mendapat balasan setimpal dari Tuhan. Aku sangat yakin itu. Terhitung puluhan kali aku memutusi nya, tetapi dia selalu mengajak ku balikan, hingga akhirnya dia mendapatkan apa yang dia mau, setelah itu mulai berubah dan acuh tak acuh terhadap ku. Memanfaatkan tubuh ku semata. Dasar binatang!
Oh aku tidak sanggup kalau mengingat kejadian itu lagi. Rasanya dunia ini ingin aku jungkir balikan dan ku lempar ke wajahnya dan ke wajah ibunya itu. Tapi yah, aku tidak boleh dendam.
Sampai sekarang, walaupun hatiku masih tetap sama, menyimpan amarah yang luar biasa, tapi sedikitnya aku bisa ikhlas. Karena aku yakin waktu akan mengantarkan ku pada kebahagian yang Tuhan janjikan pada ku. Walaupun setiap harinya aku selalu berpikir, itu tidak mungkin terjadi. Merasa bahwa diri ini penuh dengan dosa. Tetapi aku berjanji, tidak akan seperti itu lagi, jika Tuhan datangkan kebahagiaan itu pada ku. Kebahagiaan yang aku harapkan.
Aku tipe wanita yang suka menyendiri tetapi cukup sigap dalam mengambil keputusan secara mendadak. Di depan orang-orang aku selalu terlihat ceria dan humble. Tapi sebenarnya, aku menyimpan sejuta luka dihatiku dan hidupku. Aku harus tetap senyum di depan siapapun agar mereka selalu tahu, bahwa aku sama sekali tidak pernah tertimpa masalah berat apapun itu.
***
Taman Ahmad Yani, Medan.,
Siang Hari.,
Sekarang, aku berada di taman Kota Medan. Hari minggu seperti ini adalah hari ku yang sama seperti hari-hari biasa, tidak ada istimewanya. Di tengah hari yang panas ini. Jam menunjukkan pukul 11.25 WIB. Dimana banyak sekali anak-anak yang bermain disana bersama dengan ayah dan ibunya, atau segerombolan anak remaja yang menghabiskan waktu untuk berghibah atau sekedar berfoto selfie ria.
Terutama fokus ku terhadap pasangan-pasangan yang tengah duduk berdua. Terkadang aku merasa iri, dan terkadang aku membathin ‘lebay’ hahahhahaaa.
Mungkin karena aku pernah menjalani hubungan hampir 5 tahun lebih lamanya dengan pria b******k itu. Yang membuat ku merasakan apa itu sensai lebay, berpelukan di depan umum tanpa urat malu, berciuman, manja, egois, keras kepala.
Ahh! Masih banyak lagi. Sehingga aku sering mengatakan pasangan yang sok-sok romantis di depan umum dengan sebutan ‘lebay’.
Tetapi semua yang aku rasakan dengan pengalaman pahit ku, aku kembali mengambil hikmah dan segi positif nya. Aku bisa lebih dewasa dalam menilai karakter seorang pria. Terutama memiliki pengalaman dalam hal bercinta. Mungkin aku termasuk kategori seorang Janda Tanpa Menikah. Hahahaha sebutan yang pas buat aku. Sepertinya begitu.
Aku senyam-senyum sendiri, mengingat masa lalu kelam ku yang sangat menjijikan. Hingga tanpa sadar banyak orang-orang yang melihat ku dengan tatapan aneh.
Mereka berbisik pelan, namun masih bisa terdengar di telingaku.
“Lihat dia. Anaknya menangis, tapi tak dia hiraukan.”
“Mungkin mamanya gila karena ditinggal papanya.”
Dan orang-orang mulai mencibir ku. Seketika aku langsung sadar dan mendengar suara isakan seorang bayi perempuan.
Tepat 5 langkah dari kursi tempat aku terduduk. Stroller itu, yah! Itu Stroller baby. Stroller yang harganya sangat mahal. Tentu aku tahu. Stroller dari produk Silver Cross Balmoral Pram.
Aku langsung mendatangi Stroller mahal itu. Kulihat bayi yang kuperkirakan berusia 2 tahun itu menangis. Bayi dengan rambut hitam halus yang berbentuk ikal seperti keriting al-ala di salon. Warna kulit seputih Asia. Berbaju lengan 1 sebatas lutut. Baju dengan warna cream, seperti ala-ala mau pergi ke pesta pernikahan. Kaus kaki berwarna senada dengan bajunya.
“Astaga baby.”
’Cantik banget matanya. Mata hazel yang indah. Merah kecoklatan di kedua bola matanya.’ Bathin Gue.
“Cantik banget nih bayi. Kayak kebulean gini yah.” Tersadar dari lamunan, aku langsung terperanjat kaget.
Dan langsung menjulurkan tanganku pada bayi mungil itu.
“Kenapa menangis sayang...”
”Maaf ya sayang, Mommy melamun lagi tadi...” Langsung aku angkat baby itu, dan sengaja berbicara seperti itu. Supaya orang-orang disekitarku tidak menganggap aku aneh.
Baby ini menatap ku lekat, dan tersirat ketakutan dalam matanya. Lalu aku mendusel-duselkan wajahku ke wajah dan lehernya.
”Cilukkbaaa....” Sapaku manis mencoba menyesuaikan diri dengannya. Aku melakukan hal tersebut berulang-ulang, sampai dia tertawa geli.
”Mom... Mommm...” Dia berkata Mom kepada ku sambil memegang jilbab yang ku pakai saat ini. Dia menarik jilbab ku, lalu memasukkan kepalanya kedalam jilbab ku.
’Ehh... Mau nenen kali yaaah ini anak.’ Bathin ku seraya bertanya-tanya dalam hati.
Aku pikir, karena orang-orang disini mengira bahwa aku adalah Mommy si bayi cantik mungil ini. Aku langsung melihat Stroller bagian bawah. Mungkin tersimpan susunya dibawah sana.
Dan benar dugaan ku, disana terdapat kotak s**u, botol s**u, dan dua botol termos yang kemungkinan isinya adalah air panas dan air biasa. Stroller ini sungguh lengkap, pikirku.
Dalam dekapan ku.
‘Anak ini kok jadi diem gini yak, malah anteng lagi.’ Aku kembali membathin.
Sambil menggendong dia di pangkuanku, aku memulai kegiatanku. Dengan kedua tanganku yang masih membuka termos air panas untuk aku tuang ke dalam botol s**u. Lalu aku tutup kembali. Dan ku buka termos satunya yang berisi air biasa. Ku tambah air biasa, dan ku perkirakan dengan jariku supaya airnya hanya hangat kuku saja. Agar baby cantik mungil ini tidak kepanasan saat meminum susunya.
Aku buka kotak s**u formula yang terlihat mahal. Aku tahu kalau s**u ini berharga diatas 250 ribu untuk ukuran kotak s**u yang ku pegang ini. Aku membaca petunjuk aturannya dengan begitu teliti.
Maklum, walaupun aku punya adik sepupu laki-laki yang masih kecil dan uda dianggap anak angkat oleh kedua orang tua ku. Tetapi s**u dia dan baby cantik mungil ini berbeda merk.
“Sabar ya sayang, mommy lagi buatin kamu susu.” Ucapku sambil sesekali melirik bayi mungil yang sedang aku gendong ini.
‘Kok hati ku kayak berasa Mommy veneran yang lagi gendong anaknya ya. Kayak gak sabar aja lu mau punya anak Nta.’ Bathin ku berkata pada diri sendiri.
Cepat-cepat aku membereskan s**u nya, sebelum suara nya meledak. Aku langsung menyumbatkan mulutnya dengan botol susunya.
‘Anteng deh kalo gini.’ Bathin ku sambil menghela nafas lega.
“Minum ya baby. Yang banyak minumnya, biar cepat besar dan tambah cantik.” Ucapku seraya memberi kasih sayang layaknya dari ibu ke anaknya. Baby nya langsung senyum.
Oh no! Aku terdiam dan terpanah lagi dengan keindahan mata hazelnya yang merah kecoklatan.
Ku amati wajahnya. Ku sibakkan poni yang menutupi wajahnya. Aku menatapnya lekat, begitu juga dia menatap ku sambil mengenyot s**u nya.
Ku amati kembali dari mulai Stroller, perlengkapan bayi, baju si baby. Aku pastikan, ini baby berasal dari kalangan menengah ke atas.
Perhiasan yang menghiasi telinganya, jari manisnya, pergelangan tangannya, dan lehernya. Oh tidak. Mungkin keluarga si baby sangat kaya raya.
Ku lihat kalung putih dengan beberapa butir kilauan. Aku berpikir itu pasti berlian yang sangat mahal.
Oh tidak! Aku membalikkan butiran yang ku anggap berlian itu. Terdapat satu tulisan yang ku pastikan itu pasti namanya. Eazlin Fakra Al-Bakhri.
‘Nama yang cantik, secantik wajahnya. Fakra Al-Bakhri, pasti nama keluarganya.’ Bathin ku menatapnya lekat.