Mengantar Belva ke sekolah baru

1019 Kata
Belva sudah siap dengan seragam sekolahnya. Dia tersenyum menghadap cermin. Meskipun ada rasa sedikit gugup, tapi agak bersemangat, karena sudah bosan di rumah terus seperti seorang tahanan. Merapikan ulang rambutnya, lalu mengecek seragamnya. Sudah lengkap! Menyambar tas yang hanya berisi tiga buku, karena belum mengetahui jadwalnya dan belum memiliki buku dari sekolah tersebut. Begitu pintu terbuka, dia hampir saja menabrak d**a telanjang seseorang. Siapa lagi jika bukan Virgo. Dia mendongakkan kepalanya dan tersenyum ceria padanya. Virgo tidak buka suara, tapi langsung menunjuk ke arah kamar mandi. Belva mengikuti arah telunjuknya. Ternyata itu pada tumpukan baju kotornya yang tergeletak di lantai. Mengerti maksud Virgo, Belva langsung berlari dan memunguti pakaian kotornya, memasukkan ke dalam mesin cuci. Tinggal beberapa hari bersama Virgo, Belva mulai memahami kalau laki-laki itu tidak banyak bicara. Berwajah datar, dan sulit ditebak. Tapi setidaknya, Belva tidak pernah diperlakukan kasar. Dia mensyukuri hal tersebut. "Rokmu kependekan!" tegur Virgo memperhatikan penampilan Belva. "Tidak! Ini karena aku yang tinggi!" Belva memang termasuk tinggi diusianya yang masih menginjak enam belas tahun. "Turunkan lagi!" Perintah Virgo tanpa penolakan. Belva menurut, dia melonggarkan kaitan pinggangnya, lalu menurunkan sedikit, dan mengaitkannya kembali. Tapi jadinya malah agak aneh, karena bajunya juga jadi terlihat pendek. Virgo menghela nafas panjang. Dia mengeluarkan uang dari dompetnya yang dia ambil dari atas laci. lalu mengambil uang seratus ribuan dua lembar. Memberikannya pada Belva. "Minta lagi seragamnya pada pihak sekolah. Minta dengan ukuran yang lebih besar dari itu!" ujarnya sambil menunjuk lutut Belva. Belva mengangguk saja. Toh, dia tidak masalah ukurannya seperti apa, asalkan muat di badannya. Mengantungi uang tersebut di saku bajunya. Belva mengambil duduk di seberang Virgo yang tengah asik menyesap rokoknya. "Kakak, apa kau memiliki kecap?" Belva mengarahkan pandangannya ke dekat bumbu dapur di atas meja. "Kenapa?" Virgo merasa nasi gorengnya tidak memiliki masalah. Itu enak. "Aku suka nasi goreng yang agak manis!" Belva bangkit berdiri untuk mencarinya sendiri. Dia mencari di rak-rak yang berada di atas. Melongokkan kepalanya ke atas, dia menumpukan berat tubuhnya pada ujung kakinya. Tapi masih tidak melihat benda yang dicarinya. Hingga dia merasakan aroma maskulin menyeruak di hidungnya. Ada tangan lain yang terulur dari belakang tubuhnya. Dapat dirasakan jantungnya yang berdegup kencang karenanya. Dia berbalik cepat karena gugup. Tapi lagi-lagi, dia berhadapan dengan d**a telanjang Virgo. Hanya diam membeku, Belva baru meraih kembali kesadarannya, saat Virgo menyerahkan satu botol kecap padanya. Senyumnya mengembang, pipinya memerah. "Apa kau sudah memakai lotion yang aku belikan kemarin?" tanya Virgo karena melihat wajah Belva yang memerah, dia berpikir jika Belva mungkin kepanasan karena memang pantry-nya tidak memiliki AC. "Sudah!" Belva menjawab dengan agak gugup. Dia berjalan kembali ke kursinya. Melahap makanannya dalam diam. Beberapa waktu ini, Belva terbiasa makan dalam diam. Bahkan dia lebih sering diam meskipun ada Virgo di sisinya. Karena laki-laki itu jarang mengajaknya berbicara. Belva menghabiskan makanannya. Dia menunggu Virgo yang tengah bersiap untuk mengantarnya. Laki-laki itu keluar dari kamar dengan setelan serba hitam. Belva tidak memberikan protes, meskipun matanya hampir sakit karena laki-laki itu terlalu sering melihatnya memakai warna hitam. Mereka masuk ke mobil. Belva duduk nyaman di kursi penumpang mobil sport milik Virgo. Hanya ada dua kursi pada mobil tersebut. "Nanti pulanglah sendiri. Ingat-ingat jalannya!" Virgo berbicara tanpa menoleh pada Belva yang sedang menatapnya. Belva tidak masalah pulang sendiri. Karena memang jarak rumah dan sekolah tidaklah terlalu jauh. Dia bisa naik taksi saja. Virgo menghentikan mobilnya di depan pagar sekolah. Tapi Belva masih belum mau keluar. Gadis itu hanya diam terus menatap sekolah barunya. "Keluarlah!" perintah Virgo seperti sedang memerintah anak buahnya. Belva keluar, dia menggendong tasnya. Berjalan hingga sampai tepat di dekat pagar yang terbuka, dia menolehkan kepalanya ke belakang. Virgo masih memperhatikannya. Laki-laki itu melambaikan tangannya ke depan, seakan menyuruh Belva segera masuk ke dalam. Melawan rasa takutnya, Belva kembali menginjakkan kakinya ke Sekolah itu. Anak-anak masih terlihat berlalu lalang di halaman. Mereka sepertinya belum ingin masuk ke kelas. Setelah Belva sudah tidak terlihat lagi. Virgo meninggalkan halaman sekolah. Dia kembali lagi ke rumah. Karena dia ada tugas siang nanti. Dia merebahkan badannya ke tempat tidur. Memejamkan matanya, karena semalam belum sempat tidur. Akhir-akhir ini dia selalu ada misi saat malam hari dengan para preman kawasan. Seperti ada sesuatu yang dingin di balik selimut. Virgo langsung bangkit dan menyibakkan selimut tersebut. Dan betapa kesalnya dia, melihat ada kulit buah alpukat di sana. Sungguh, dia sangat tidak suka tempat tidurnya kotor. Belva termasuk gadis yang jorok. Bahkan sampah kulit saja tidak dibuang di tempat sampah. "Sial!" Virgo mendesah kesal, dia melepaskan kain sprei dari kasurnya. Mengumpulkannya jadi satu, dia akan membawanya ke tempat laundry. Setelah mengumpulkan jadi satu, Virgo menghampiri lemarinya. Dia mengambil satu set bedcover dan memasangkannya. Memulai dari ujung dan menyelesaikan dengan melipat selimutnya. Dalam waktu dua menit, tempat tidurnya sudah rapi dan bersih lagi. Dia akan mengajari anak itu untuk menjaga kebersihan kamar ini atau tidur di luar. Ponselnya yang tergeletak di atas meja bergetar hingga menimbulkan bunyi getaran. Virgo meraihnya, dia melihat ada nama Bian di sana. "Apa?" setelah menjawabnya, dia tidak mengucapkan basa-basi dan langsung bertanya. "Gue ikut misi. Nanti malam di dekat pasar. Abis balik dari kantor polisi Lo langsung jemput gue di rumah sakit!" Bian terkekeh, saat mendengar suara decakan Virgo. "Penjahat b******n kayak Lo berani perintah komandan. Mau gue penjarakan lagi?" kesal Virgo, sengaja mengingatkan laki-laki itu bagaimana dulu dia dipenjara. Bian paling benci masuk penjara. Karena dia jadi merasa tidak tampan lagi kalau memakai seragam tahanan. Dan lagi, Virgo saat menyandang status jadi komandan sangat mengerikan, dibandingkan statusnya yang merupakan jaringan dalam p**************a. "Ampun, Ndan!" Terdengar suara Bian di seberang sana. "Ck, udah, gue mau tidur!" Virgo akan mematikan sambungan teleponnya, saat Bian masih ingin mengajaknya bicara. "Jangan matiin dulu. Lo tumben belom tepar jam segini. Abis ngurus anak asuh ya?" Goda Bian yang langsung membuat sambungan benar-benar terputus. Biasanya, Virgo kalau ada misi dan pulang pagi Kana langsung tepar di tempat tidur. Dia akan bangun, saat waktunya bertugas. Waktu tidurnya hanya sedikit kalau sedang sibuk seperti itu. Dia akan memejamkan matanya. Sebelum teringat kalau dia pergi lagi sampai pagi, Belva akan sendirian sejak pulang sekolah. Kepalanya kembali berdenyut, karena sekarang dia juga harus memikirkan orang lain selain dirinya sendiri. Merepotkan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN