5

839 Kata
Perjalanan menuju rumah Kakek di Kampung memang selalu mengasyikkan. Tapi tidak untuk malam ini. Yoan merasa perjalanan malam ini berbeda dengan malam -malam sebelumnya yang selalu menyenangkan. Malam ini terasa sangat suram sekali. Apalagi perginya dalam keadaan mendadak. Padahal minggu depan, Yoan akan kembali ke sana dengan semua teman -temannya yang sudah siap merencanakan pesta ulang tahun yang lain dari pada pesta biasanya. Pesta yang akan dilaksanakan di sebuah Vila. Mereka semua akan menginap dan menikmati pagi dengan udara bersih nan segar dengan pemandangan yang begitu indah. Mereka bisa hiking juga atau sekedar berjalan -jalan di sekitar sawah. "Ma .. Sebenarnya ada apa sih?" tanya Yoan masih penasaran. Yoan merasa ada hal yang disembunyikan oleh kedua orang tuanya. Jangan -jangan ada sesuatu terjadi pada Kakeknya? "Gak ada apa -apa, Sayang. Kamu istirahat saja ya," titah Nuri pada putrinya. Yoan merasa tidak puas dengan jawaban tidak apa -apa. Rasanya sangat tidak melegakan. *** Beberapa jam kemudian, mobil mewah milik Papa Yoan sudah masuk di halaman luas rumah milik Kakek. Rumah itu terletak dipinggir jalan. Yoan, Mama Nuri dan Papa Hugo sudah turun drai mobil dan masuk ke dalam rumah. Semua barang -barang dari dalam mobil belum diturunkan karena sudah terlalu larut. Yoan juga sudah masuk ke kamar khusus miliknya jika berada dirumah sang Kakek. "Ini dia cucu Kakek yang sebentar lagi berusia dua puluh tahun," ucap sang Kakek memeluk Yoan dengan sangat erat. Yoan yang manja pun membalas pelukan sang Kakek. "Kakek kenapa? Tumben banget nyuruh kita datang?" tanya Yoan pada sang Kakek. Darwin mengusap lembut kepala Yoan dan berbisik. "Ada rahasia yang bakal Kakek beritahukan kepada kamu besok pagi saat sarapan. Sekarang kamu istirahat dulu di kamar atas," titah sang kakek pada Yoan. "Siap bos!" jawab yoan penuh semangat. Yoan pun dengan langkah gontai naik ke atas. Kamar miliknya selalu rapi dan wangi. Yoan meletakkan tas ranselnya di meja lalu mengeluarkan beberapa isinya lalu mengambil ponsel dan tubuhnya langsung dijatuhkan begitu saja di kasur empuk yang sangat dingin. Benar -benar nikmat sekali. Keesokan harinya, suasana pagi diruang makan sudah terdengar ramai. Suara Kakek, Papa dan Mama yang sedang berbincang sambil tertawa dan bercanda terdengar hingga kamar Yoan. Yoan terpaksa membuka kedua matanya dan menatap kamar yang masih gelap karena korden dan jendela belum dibuka. namun, udara pagi yang masuk melalui celah jendela sudah bisa terhirup walaupun tidak dengan leluasa. Ceklek ... "Yoan? Sudah bangun, Sayang? Mama sudah bikin sarapan?" titah Nuri yang tiba -tiba saja masuk ke dalam kamar. Padahal baru saja, Yoan mendengar suara tawa Mamanya ada di bawah, sekarang sudah ada dikamarnya. Nuri langsung menggeret korden dan membuka jendela kamar agar sinar matahari yang mulai meninggi bisa masuk menghangatkan kamar Yoan. Udara pagi yang bersih dan segar itu jug bisa dihirup oleh anak perawannya yang sedikit pemalas. "Mama ... Ini kan waktunya liburan. Kenapa harus tetap bangun pagi," cicit Yoan dengan malas. Yoan sudah bangkit dari tidurnya dan duduk di atas kasur sambil mengucek kedua matanya. "Ayo bangun Yoan. Jadi perempuan jangan malas. Apalagi sudah mau punya suami," ucap Nuri begitu santai sambil duduk di tepi ranjang. Yoan yang sedang menguap pun sampai terbatuk karena terkejut mendengar ucapan sang Mama yang terlihat serius. Yoan menatap tajam ke arah Nuri. Nuri pun mengerutkan keningnya menatap Yoan. "Kenapa lihat Mama begitu?" tanya Nuri yang belum sadar atas ucapannya tadi menimbulkan kontroversi. "Tadi Mama bilang apa? Mau punya suami? Masih lama Mamaku sayang," jelas Yoan dengan tegas. Kedua bola mata Nuri berputar dan tersenyum. "Iya. Yuk makan. Ditunggu Kakektuh, mau kasih rahasia besar," jelas Nuri yang langsung bangkit berdiri dan turun menuju ke ruang makan lagi. Yoan terpaksa bangun dan mencuci muka lalu merapikan rambutnya yang hanya dijepit ke atas lalu turun bergabung sarapan dengan yang lain. "Selamat pagi semuanya," sapa Yoan pada Kakek, Mama dan Papanya. "Pagi sayang ..." Papa menyapa balik Yoan. "Pagi cucu kesayangan Kakek," ucap Darwin ttawa sambil mengupas jeruk manis. Yoan mengambil roti panggang dan langsung menikmati tanpa memakai toping apa pun. Yoan juga meneguk s**u stroberi yang asli dari sapinya langsung. Ini perpaduan sarapan yang sangat enak. "Yoan ... Sebentar lagi, Kakek akan kedatangan tamu spesial," ucap sang Kakek membuka percakapan. "Terus?" tanya Yoan seolah tak peduli. Lagi pula apa urusannya dengan Yoan kan? Kakek yang mau kedatangan tamu. Kenapa Yoan yang harus ikut ribet. Batin Yoan di dalam hati sambil mengunyah roti panggang itu. "Kamu dandan yang cantik ya. Nanti akan ada perias yang akan mempercantik kamu dan memberikan pakaian yang bagus untuk kamu," jelas sang Kakek dengan wajah serius. "Acara apa sih, Kek? Kok Yoan ikut didadanin segala?" tanya Yoan spontan. "Ini kan acara lamaran kamu, Yoan," jelas Kakek Darwin dengan lembut. "Apa?! Lamaran?" tanya Yoan dengan suara keras dan kedua mata melotot tajam tak percaya. Yoan terbatuk karena potongan roti di dalam mulutnya nyangkut di tenggorokan. "Yoan ... Minum dulu, biar gak seret," titha Nuri pada putri semata wayangnya. Yoan menerima gelas itu dan minum dengan cepat. Glek ... Uhuk ... Yoan terbatuk. Kedua matanya merah dan terasa sakit saat roti itu nyangkut di tengah -tengah tenggorokannya. Benar -benar hari sial.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN