6

940 Kata
Rawe -rawe rantas malang -malang putung. Yoan menatap wajahnya dari arah cermin yang terus memperlihatkan wajah cantiknya setelah dirias. Siang ini, terasa lama dan sangat membuat mood Yoan menjadi tidak baik. Suara deru mobil terdengar parkir di bawah. Ada tiga mobil mewah terlihat parkir di depan halaman rumah Kakek Darwin. Yoan bisa melihat ke arah bawah melalui kaca jendela kamar yang hanya bisa dibuka sedikit saja. Mau kabur juga tidak ada tempat yang bisa membawanya kabur. "Ya Tuhan, Tolong Yoan dong. Tuhan kan maha baik dan maha penolong." Batin Yoan yang kembali duduk lagi menatap wajahnya yang ingin menangis saja. Yoan sudah cantik dalam balutan dres selutut tanpa lengan. Untuk saja, keti -nya bersih dan selalu wangi. Jadi memakai baju agak seksi begini masih not bad -lah. Ceklek ... Nuri sudah masuk ke kamar dan mengajak Yoan untuk turun ke bawah. "Ayo turun ... Calon tunangan kamu udah datang. Ganteng banget, Yoan ... Kalau saja mama masih muda, gak nolak dijodohin model begini. Pokoknya dewasa dan mateng banget," ungkap Nuri dengan jujur. Nuri menggandeng Yoan yang terlihat pasrah. Apalagi tadi Kakek Darwin udah spil usia lelaki yang akan melamar Yoan siang ini. Bayangin aja, dari segi usia, sudah terlihat perbedaannya. Sekitar sepuluh tahunan. Ini sungguh sangat tidak main -main lagi. Bukan sekedar usia matang, tapi tua. Berarti usianya tiga puluh tahun. Langkah kaki Yoan sedikit bergetar saat menuruni anak tangga. Jujur, Yoan belum siap. Menolak lamaran ini sudah tidak mungkin, Yoan juga tidak mau menanggung malu karena undangan pesta ulang tahunnya sudah tersebar di Kampus. Yoan menunduk dan membiarkan Nuri membawa Yoan sampai tepat berada di samping lelaki yang memiliki wangi dengan aroma khas. Ingin rasanya melirik dan melihat lelaki yang ada di sampingnya. Apakah tebakannya benar? Tapi, kan gak mungkin lelaki itu yang menjadi suaminya. Apa hubungannya dosen killer itu dengan keluarga Yoan. Lagi pula amit -amit jabang bayi, kalau sampai, Yoan berjodoh dengan lelaki yang ternyata dosennya sendiri. Apalagi sama dosen killer bernama Ridho itu. Bisa hancur dunia perbucinan. "Sayang angkat kepalanya," bisik Nuri pada putrinya. "Ini yang namanya Yoan? Cantik sekali ya?" ucap Fera memuji. "Sangat cantik sekali," puji Beni juga. "Tuh, Ibra ... Lihat calon istrimu sangat cantik dan masih muda," puji Fera lagi membuat Ridho melirik ke arah Yoan sekilas. Ridho sudah tahu, kalau ia akan menikah dengan mahasiswinya sendiri. perjodohan itu sudah ia ketahui sejak Yoan masih duduk di bangku SMA. Saat itu, Ridho sedang menyelesaikan kuliah S2 dan sudah mengajar di Kampus yang kini juga menjadi kampus tempat Yoan menimba ilmu untuk menjadi seorang sarjana. "Ibra? Syukurlah ... Bukan dosen killer bin gila itu. Soalnya wangi itu benar -benar mengingatkan Yoan dengan dosen killer itu." batin Yoan di dalam hati. Acara lamaran yang dilanjutkan dengan pertunangan itu berjalan dengan lancar. Ridho memakaikan cincin di jari manis Yoan dan begitu sebaliknya. Sejak awal acara, Yoan selalu menunduk dan belum berani mengangkat wajahnya untuk melihat calon suaminya. Setidaknya calon suaminya itu sesuai dengan ekspektasinya. Walaupun secara umur sama sekali tidak ada ekspektasinya. Dengan penuh percaya diri, Yoan mengangkat kepalanya dan langsung melirik ke arah samping. Kedua matanya melotot dan bibirnya membuka membentuk bulatan. Yoan bukan hanya kaget, dan terkesima melihat lelaki di sampingnya yang ternyata adalah dosennya sendiri. Apalagi, dosennya ini memang dikenal sebagai dosen killer, yang dingin, flat kayak bunga pegadaian. "Udah mana pernah nyumpahin gak punya jodoh, tapi kenapa harus Yoan yang jadi jodohnya," ucap Yoan di dalam hati. Sungguh menyebalkan sekali. Dua keluarga besar itu saling mengobrol dan melanjutkan acara dengan makan siang. Mereka sengaja meninggalkan Yoan dan Ridho berdua saja agar bisa semakin dekat. Ridho sendiri memilih diam dan menyeruput minuman yang ada di depannya. Ridho malah sibuk dengan ponselnya dan terlihat sangat serius sekali. "Kenapa Bapak sih, jodoh saya? Seharusnya Bapak kan gak punya jodoh. Dasar dosen jahat!" umpat Yoan dengan menggerutu. Ridho hanya melirik dan kembali fokus pada ponselnya lagi. Seolah, ucapan Yoan tadi hanya dianggap sebagai radio rusak yang terus menyiarkan ocehan berbusa saja. Merasa tidak dipedulikan, Yoan pun mengubah posisi duduknya dan melihat ke arah Rido dengan tatapan tajam. "Dasar dosen aneh!" ucap Yoan penuh emosi sendiri. Lagi -lagi Ridho hanya melirik Yoan dan kembali menatap ponselnya lagi. Nuri, Fera, Hugo dan Beni masuk kembali ke dalam ruang tamu. Begitu juga dengan Kakek Darwin dan Opa Yosep. "Kalian berdua pulang bersama ya? Kita masih ada acara," titah Hugo pada putrinya. "Apa? Pulang bersama?" tanya Yoan spontan. "Kenapa sayang?" tanya Fera ramah menghampiri calon menantunya sambil mengusap punggung Yoan lembut. Ridho menatap Fera dan Yoan lalu merogoh saku celananya untuk mengambil kunci mobil. "Eum ... Gini Tante, Yoan itu gak biasa satu mobil berdua sama laki -laki," ucap Yoan berbohong. "Ohh itu bagus. Berarti kamu bisa jaga diri. Klaua bersama Ibra, kamu ptsi nyaman, karena Ibra memang calon suami kamu. Minggu depan kalian akan menikah lho," ucap Fera lagi dengan suar begitu lembut dan menenangkan. "Iya Yoan. Sudah sana langsung saja. Nanti barang -barang kamu, biar Mama yang bawa. Nak Ibra, titip Yoan ya," pinta Nuri pada Ridho. "Siap Tante. Saya pasti menjaga Yoan dengan baik. Saya pamit dulu," jawab Ridho pada Nuri dan semua keluarganya. Mau tidak mau, suka tidak suka, Yoan terpaksa ikut bersama Ridho tanpa membawa apa pun. Uang tidak bawa, dompet kartu juga tertinggal termasuk ponsel yang masih diisi daya di kamar atas. Ridho membukakan pintu mobil untuk Yoan dan mempersilahkan masuk. Mobil itu memang tidak mewah sekali tapi cukup bagus dan sangat nyaman. Mobil BMW yang sudah dimodifikasi dengan tampilan yang sangat memukau. Mobil sudah melaju dengan kecepatan sedang dan memelan saat di pertengahan jalan. "Ada apa? Kita mau ke mana?" tanya Yoan curiga. "Mau ketemu klien dulu," jawab Ridho dengan suara dingin.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN