Unyis! Sosok kucing yang sangat terkenal dan dihormati oleh para kucing di kampung Batu Kunawa. Sosok yang telah menginspirasi dan membuat kagum Rimpu, ternyata merupakan kucing peliharaan dari Ahmad Rida.
"Unyis pasti senang melihatmu, Rimpu!" kata Rida dengan yakin sambil tersenyum. "Tapi kemana dia? Makanannya bahkan belum dimakan." Padahal Rida telah menyiapkan makanan khusus untuk Unyis di lotengnya. Rumah Rida memang terbilang kecil namun memiliki sebuah loteng atau rumah bertingkat dua.
Di loteng inilah Unyis biasanya tidur. Dulu loteng tersebut merupakan kamar tidur bagi Almarhum Habib Darmawan Al Kadzim, kakek dari Rida yang sudah meninggal dunia 4 tahun lalu. Beliau lah yang pertama kali memberi nama Unyis pada kucing peliharaan di rumah itu. Dulu ... Rida tinggal berdua dengan beliau di rumahnya. Sejak kecil Rida memang di asuh oleh almarhum kakeknya tersebut.
Rimpu telah menghabiskan makanannya. Ia minum sebentar lalu berniat hendak menuju ke suatu tempat di rumah itu. Rimpu mulai penasaran, ingin tahu lebih jelas tentang sosok Unyis yang luar biasa. Tempat yang menarik perhatiannya tentu saja adalah bagian loteng dari rumah Rida. Disanalah Rimpu bisa mengendus bau para kucing hebat yang dahulu tinggal di rumah itu.
"Jadi, rumah ini merupakan tempat dimana Unyis itu tinggal? Dan tuan Rida adalah owner dari Unyis?" gumam Rimpu sembari pandangannya fokus menatap kelangit-langit atap rumah. Rimpu lalu berjalan mendekat ke sebuah tangga yang menuju ke arah loteng.
"Naiklah kalau kau mau naik, Rimpu!" kata Rida tersenyum lalu kemudian masuk ke dalam kamarnya untuk kembali beristirahat.
"Pantas saja tempat ini memiliki hawa yang kuat dan banyak bau dari urine kucing lain berserakan di sekitaran rumah yang tercium semenjak aku pertama kali kemari." Kata Rimpu. "Jauh lebih banyak dari tempat-tempat lain di kampung ini."
Wajar dan masuk akal bila rumah Rida menjadi tempat paling populer untuk dikunjungi para jantan teritorial sebagai kawasan berharga yang diperebutkan, terlebih ini adalah rumah dari Unyis. Rimpu kemudian naik menapaki anak-anak tangga menuju ke loteng dari rumah Rida.
"Jadi ini tempat tinggal para Unyis Rida yang legendaris? Aku bisa mengendus baunya. Bau dan aroma dari para legenda terdahulu ...." Rimpu terkagum. Matanya tidak berhenti fokus dan menggelayut memindai semua sudut ruangan loteng tersebut.
Mata Rimpu kemudian tertuju pada sebuah gambaran atau lukisan. Gambar dengan cat air buatan tangan yang menampilkan kelima sosok kucing.
Rimpu menengadah keatas tepat menatap ke dinding dimana kelima gambar kucing itu terpajang. Rimpu seketika teringat akan mimpinya tempo hari terkait 4 sosok kucing misterius dalam mimpinya tersebut. Para kucing di lukisan itu sangat mirip seperti yang ada di mimpi Rimpu waktu itu. Dari yang paling kiri, seekor kucing berperawakan agak bongsor dan terlihat berwiba! Kucing berwarna oren dan putih berekor pendek. Lalu disampingnya kucing yang berperawakan agak ramping! Masih berwarna oren dan putih dengan rasio warna seimbang namun berekor sangat panjang. Disampingnya lagi seekor kucing muda, seekor kucing remaja berwarna perak dan putih. Disebelah kanannya lagi adalah kucing berperawakan besar dan bongsor berwajah garang, berwarna putih dan hitam loreng agak dominan serta berekor panjang. Kemudian yang terakhir, seekor kucing betina belang tiga berperawakan sangat ramping berekor pendek.
Rimpu serasa mengenali gambar kucing betina yang terakhir!
"Apakah ini adalah ...,"
"Benar! Lukisan para Unyis Rida terdahulu ...." jawab seeekor kucing betina yang tiba-tiba berduduk tegap di belakang Rimpu.
Seketika Rimpu menoleh dan ia terkejut mengetahui siapa sosok kucing yang berada di belakangnya tersebut. "Anda...?!" gumamnya tak percaya.
"Ya, aku adalah Unyis di rumah ini. Lebih tepatnya Unyis Rida yang kelima. Para kucing biasa memanggiku Unyis X."
Rimpu mengeong, dia nampak senang bisa melihat kucing ini lagi.
"Jadi, anda tinggal disini? Dan anda adalah Unyis itu?" tanya Rimpu, "luar biasa!" decaknya. Matanya berbinar-binar, menggambarkan kekaguman yang semakin bertambah terhadap sosok yang ada di hadapannya tersebut. Kucing betina hebat itu ternyata adalah Unyis Rida.
"Tempat ini, loteng ini, adalah tempat para Unyis Rida terdahulu tinggal. Disinilah terukir sejarah para Unyis peliharaan Rida." Kata Unyis. "Namaku adalah Luri, tapi kau bisa memanggilku Unyis X saja seperti yang lain, nak. Aku sudah mengawasi dan memperhatikan dirimu sejak pertama kali kau dibawa kemari, ke kampung ini." Tegas Unyis X.
"Kenapa? Apa ada sesuatu dari diriku?" tanya Rimpu.
"Tidak ... tidak ada! Aku hanya memperhatikanmu dan merasa bahwa tuan Rida pasti akan menyukaimu kalau dia bertemu denganmu." Jawab Unyis X. "Sebenarnya aku sudah merasa bahwa tuan Rida pasti akan memeliharamu bila dia melihatmu. Feelingku ternyata benar!"
"Aku terkejut bahwa anda adalah salah satu Unyis yang dimaksud di kampung ini."
"Selamat datang di keluarga ini dan menjadi bagian dari kehidupan tuan Rida." Sambut Unyis X sembari tersenyum kepada Rimpu. "Kau bisa tidur dimana saja di rumah ini nak, aku tidur di loteng ini."
"Lukisan ini ... mereka para Unyis itu, kan?!" Rimpu menatap kembali lukisan kelima kucing di dinding loteng Rida.
"Benar! Dari yang kiri itu tuan Judarik, lalu tuan Kilir, tuan Je t'aime dan lalu tuan Karmak dan Aku, Luri ... Unyis Rida yang kelima." Unyis X memperkenalkan diri dan para kucing Rida sebelum dirinya. "Tuan Rida adalah manusia yang baik hati, berbakat dan juga kreatif. Dia selalu menyapa siapa saja kucing yang ia temui di jalan. Dialah yang menggambar kelima lukisan Unyis itu! Dia amat menghargai kehadiran Unyis yang pernah hadir mengisi kehidupannya, menemaninya dan menjadi sahabatnya sehingga tuan Rida tidak ingin kenangannya dengan para Unyis-nya itu terlupakan. Ini merupakan cara tuan Rida mengekspresikan kecintaannya kepada kucing peliharaannya. Dengan melukisnya."
"Jadi semua kucing hebat di lukisan itu dahulu adalah peliharaan tuan Rida. Merekalah yang disebut Unyis itu? Hebat!" gumam Rimpu.
"Ya! Mereka semua lah dahulu yang menjadi pelihara tuan Rida." Unyis X menceritakan bahwa Unyis pertama Rida yaitu tuan Judarik, dipelihara di rumah ini ketika Ahmad Rida masih sangat kecil, saat Rida berusia 4 atau 5 tahunan. Waktu itu, Almarhum kakek Rida yaitu Habib Darmawan Al Kadzim lah yang memelihara Judarik sang Unyis pertama yang dikenal sebagai Legendary Unyis. Sosok yang menjadi legenda bagi para kucing di kampung Batu Kunawa. Judarik konon disebut-sebut merupakan kucing terkuat di alam para kucing, tidak hanya di Batu Kunawa.
Berlanjut pada sosok Kilir, Unyis kedua yang dimiliki Rida. Kilir dikenal sebagai Successor Unyis karena pencapaiannya. Kilir dibawa oleh Ahmad Rida ketika Rida mulai memasuki bangku sekolah dasar kelas satu. Kematian dari Legendary Unyis membuat Rida sangat sedih dan terpukul lalu sang kakek menerima tawaran dari teman karibnya yaitu Pak Haji Baggio yang kucingnya baru saja melahirkan—agar Rida mau mengadopsi salah satu dari anak kucingnya.
Pak H. Baggio membolehkan Rida untuk bisa membawa seekor dari anak kucingnya.
"Saat itu, konon tuan Rida sendiri yang memilih anak kucing mana yang ingin dia bawa dan pelihara." Kata Unyis X menceritakannya kepada Rimpu. "Kau bisa melihatnya sendiri ... corak dan warna bulu Successor Unyis mirip dengan Legendary Unyis, bukan? Saat itu, tuan Rida amat menyukai kucing berwarna oren dan putih dikarenakan Unyis pertama yang ia miliki berwarna itu. Dari yang kudengar, tuan Kilir dibawa ke rumah ini dalam usia yang masih sangat muda, belum genap satu bulanan."
Unyis X kembali mengisahkan bahwa dahulu Kilir kecil sempat hilang dan lari ketika pertama kali ia dibawa ke rumah Rida. Hal tersebut membuat Rida bersedih namun tidak begitu lama Rida akhirnya senang saat sorenya Kilir kecil memutuskan kembali pulang ke rumah Rida. Rupanya, bagi Kilir kecil pun pulang ke rumah Rida merupakan pilihan terbaiknya. Sejak saat itu, Kilir dan Rida menjalin hubungan yang erat.
Kilir tumbuh menjadi Unyis terbaik Rida yang bisa menggantikan Judarik sang Legendary Unyis. Kilir merupakan Unyis yang menjadi peliharaan Rida ketika ia duduk dibangku sekolah dasar kelas 2 sampai kelas 6. Ketika Unyis kedua Rida ditemukan meninggal di atap rumah tetangga, Rida sangat berduka dan kehilangan. Kilir atau Successor Unyis dikenal sebagai Unyis dengan banyak pencapaian terkait pengaruh dan luas wilayah kekuasaan.
"Banyak hukum tak tertulis yang berlaku di Batu Kunawa dirumuskan oleh Successor Unyis." Tutur Unyis X kepada Rimpu. "Kilir merupakan Simbol superioritas dari Unyis yang revolusioner."
Unyis kelima mengatakan bahwa ia tidak cukup beruntung untuk bisa melihat kejayaan Legendary Unyis dan Successor Unyis di masa lampau. Hampir semua generasi kucing yang hidup di Batu Kunawa sekarang ini tidak ada yang cukup tua untuk dikatakan pernah melihat Unyis pertama dan kedua di masa jaya mereka. Faktanya, Semua kucing yang ada di Batu Kunawa sekarang merupakan generasi yang tidak pernah sezaman dengan Judarik maupun Kilir.
Kemudian Unyis X kembali melanjutkan ceritanya. Sekarang tentang Je t'aime, Unyis ketiga Rida yang dikenal sebagai Silver Unyis J karena corak warna bulunya yang putih abu-abu.
"Dia merupakan Unyis Rida yang termuda! Bahkan tuan Je t'aime merupakan Unyis dengan masa bakti tersingkat diantara semua Unyis Rida. Mungkin hanya sekitar 4 bulan Silver Unyis J menjadi peliharaan tuan Rida sampai akhirnya dia meninggal." Jelas Unyis X.
Unyis X menceritakan bahwa Je t'aime, Unyis ketiga Rida, merupakan Unyis terkuat dan terjenius yang pernah ada. "Jenius dalam gaya bertarung dan jenius dalam mengambil hati Rida." Kata Unyis X tentang Silver Unyis J.
Je t'aime ditemukan Rida di jalan g**g Enam. Saat itu Rida duduk dibangku kelas 1 SMP. Je t'aime berusia sekitar 4 bulan saat pertama kali dibawa untuk dipelihara dan meninggal di usia sekitar 8 bulan. Silver Unyis J dikenal sebagai pribadi kucing yang sangat aktif, ramah dan juga baik hati.
"Saat itu aku masih sangat kecil. Aku dan saudara-saudaraku ketika itu tinggal di g**g Sembilan di sebelah g**g Delapan ini." Kenang Unyis X. "Aku ingat tuan Je t'aime merupakan kucing yang sangat baik dan tidak ada yang menyangka bahwa ia merupakan kucing yang sangat kuat." Unyis kelima sempat mengetahui sosok Je t'aime atau Silver Unyis J tersebut.
"Saking kuatnya Silver Unyis J, kudengar semua kucing menghindari melawan dirinya." Papar Unyis X sambil menatap kepada lukisan kelima Unyis di dinding loteng.
"The Silver Ghost." Gumam Rimpu.
"Ya, bagaimana kau tahu itu?"
"Ada kucing yang memberitahuku tentang Unyis Rida." Jawab Rimpu. "Apa The Silver Ghost memang sekuat itu?"
"Konon tidak pernah ada kucing yang selamat dan masih bernyawa ketika bertarung melawannya nak. Silver Unyis J memiliki teknik mematikan! Sebuah teknik kucing misterius yang sangat berbahaya yang dikenal sebagai 'Lubang Setan'. Tuan Je t'aime merahasiakan teknik ini karena amat berbahaya dan hanya ia seorang yang bisa memakainya. Dia diberkahi dengan banyak karunia dan bakat sebagai seekor kucing. Dia disebut-sebut sebagai seekor kucing yang istimewa." Tegas Unyis X dengan raut wajah serius. "Itulah kenapa ia di sebut sebagai si Hantu Perak (The Silver Ghost) dari Batu Kunawa."
Unyis X lanjut menceritakan betapa ditakutinya Unyis ketiga Rida, bukan hanya di Batu Kunawa melainkan pamor dan reputasi Silver Unyis J juga dikenal sampai daerah Pasar Jumput dan kampung Swaka Permai yang berada di balik hutan di sebelah tembok di selatan Batu Kunawa. Semua kucing waktu itu mengenalnya sebagai si hantu perak yang berbahaya!
"Hubungan antara tuan Rida dan Silver Unyis J juga sangatlah kuat dan erat. Tuan Rida teramat menyayanginya kala itu." Unyis X kembali bercerita. "Rida melihat dengan matanya sendiri ketika tuan Je t'aime sakit dan sekarat. Tuan Rida menangis sangat keras dan seluruh tubuhnya bergetar hebat waktu itu. Tuan Rida merasakan kehilangan yang amat dalam dengan kematian Je t'aime. Kesedihannya saat itu mungkin bisa dikatakan melebihi ketika ia ditinggal oleh Legendary Unyis atau Successor Unyis walaupun ketika itu Rida juga menangis tetapi saat kehilangan Unyis ketiganya, malam itu juga Rida langsung jatuh sakit."
"Sedalam itukah tuan Rida menyayangi tuan Je t'aime?" tanya Rimpu menunduk dan ikut bersedih mendengarnya.
"Seperti itulah." Jawab Unyis X. "Setelah Silver Unyis J meninggal, tidak berselang lama, guruku tuan Karmak menjadi peliharaan tuan Rida. Tuan Karmak atau Pendulum Unyis adalah guru sekaligus mentorku sewaktu kecil dulu. Jauh sebelum aku dipelihara oleh tuan Rida."
Rimpu terdiam tenang masih mendengarkan paparan Unyis X.
"Saat kecil aku sering berjalan melintasi jalan pintas antara g**g Sembilan dan g**g Delapan. Kebetulan jalan itu berada tepat disamping rumah ini." Kata Unyis X yang dulunya berasal dari g**g Sembilan. Dan semenjak itu pula Luri dekat dan akrab dengan Rida dan juga akrab dengan Karmak, sang Pendulum Unyis. Karmak dan Luri sama-sama kucing yang berasal dari g**g Sembilan.
"Bagaimana sosok Pendulum Unyis itu? Dan apa artinya Pendulum?" tanya Rimpu penasaran.
"Disebut Pendulum karena teknik bertarung tuan Karmak ketika di dalam Warpzone. Ia mampu memanjangkan ekornya dan membuatnya fleksibel sehingga ujung ekornya terkoneksi dengan jejaring atas dari dimensi warpzone dan itu membuat guru Karmak mampu bergelayut, berotasi dan berputar dengan kecepatan luar biasa di dalamnya."
Warpzone? Apa itu? Pikir Rimpu yang baru saja mendengar istilah itu.
"Kau lihat lukisan itu? Di barisan keempat. Bagaimana tuan Rida menggambarkan penampilan dari Pendulum Unyis?" tanya Unyis X.
"Sangat garang ... dan berbadan bongsor besar!" jawab Rimpu sembari matanya tertuju pada lukisan itu.
"Ya! Seperti itulah Pendulum Unyis ...." kata Unyis X. "Guruku tuan Karmak merupakan satu-satunya Unyis Rida dengan latar belakang mantan kucing garong."
"Benarkah?!" Rimpu sedikit terkejut mendengarnya.
"Awalnya tuan Karmak mencuri di rumah ini, namun tuan Rida menyukainya dan akhirnya memeliharanya." Sambung Unyis X.
Luri mengisahkan ... sebagai mantan garong atau kucing pencuri—kehidupan dari gurunya itu sebelumnya sangatlah keras. Maka dari itu Pendulum Unyis dikenal sebagai Unyis yang sangat brutal ketika bertarung.
"Pendulum Unyis dikenal sebagai Unyis yang paling sering berkelahi. Dan paling aktif di lapangan." Lanjut Unyis X. "Pernah suatu ketika, Pendulum Unyis menghilang selama beberapa minggu. Tetapi kemudian ia pulang dengan sebelah wajahnya sobek parah atau hampir penggal. Saat itu, tuan Rida mengira bahwa Unyis-nya itu takkan bisa bertahan ataupun selamat. Perkiraannya salah! Tuan Karmak mampu pulih dan sembuh lalu beraktifitas seperti biasa." Unyis X mengenang kembali gurunya, Pendulum Unyis.
"Pendulum Unyis ternyata juga hebat!!" gumam Rimpu terkagum-kagum.
"Andai kau melihatnya dahulu. Badan dan bulu tuan guru Karmak tidak pernah mulus. Selalu kusam, kotor dan penuh luka disana sini." Timpal Unyis X. "Namun Rida tetap menyayangi Unyis-nya bagaimana pun rupa dan tampilannya."
Unyis kelima Rida juga menceritakan kepada Rimpu bahwa dari dulu, loteng ini merupakan tempat tinggal Unyis Rida dari generasi pertama sampai pada dirinya. Unyis X lalu beranjak dan berjalan keluar teras dari loteng. Loteng itu diapit oleh banyak rumah. Terlihat dari teras, pemandangan atap-atap genteng rumah warga sejauh mata memandang. Rimpu pun terlihat juga ikut keluar teras, dia mencoba naik ke tepi pagar kayu yang membatasi halaman teras loteng rumah Rida namun langkahnya masih belum terlalu gesit.
"Hati-hati terjatuh nak! Kau masih kecil. Sense dan refleks tubuhmu masih belum elastis sepenuhnya." Kata Unyis X memperingatkan.
Mendengar itu Rimpu tidak berniat naik ke tepi pagar itu lagi. Dia hanya memandangi pemandangan sekitar dari teras. Terlihat dari kejauhan sana ada seekor kucing yang melingkar tidur di sebuah atap lalu juga ada seekor kucing lainnya yang berjalan diatap yang lain.
"Inilah kampung Batu Kunawa dari atas." Kata Unyis X.
"Apa itu?" tanya Rimpu melihat ornamen mainan kucing dari plastik di atap rumah Rida.
"Sudah kukatakan bukan, bahwa tuan Rida itu adalah manusia yang kreatif. Selain lukisan Unyis di dalam tadi, monument para Unyis itu juga adalah bikinan tuan Rida." Jawab Unyis X.
Monument yang dilihat Rimpu tersebut berupa lima buah figure hewan plastik yang di repainting ulang oleh Ahmad Rida sesuai dengan corak dan warna bulu para Unyis peliharaannya. Sungguh pribadi yang sangat kreatif! Rida sebegitu menghargai kenangan dengan kucing-kucingnya.
Mainan plastik tersebut terdiri dari miniatur hewan yakni cheetah, hyena, singa betina, leopard dan macan tutul yang warnanya diubah sedemikian rupa oleh Ahmad Rida yang ia buat untuk dimaksudkan sebagai figurine para Unyis mulai dari Judarik, Kilir, Je t'aime, Karmak dan Luri. Seperti itulah kreatifnya seorang Ahmad Rida...!
"Rimpu! Kau sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Kau kucing tuan Rida sekarang! Mau kah kau menganggapku sebagai indukmu mulai sekarang?" tanya Unyis X tiba-tiba.
"Dengan senang hati!!" Rimpu langsung menjawab tanpa pikir panjang.
"Aku sudah menganggap anda sebagai indukku ketika kemarin anda menolongku. Kebetulan aku sudah lupa bagaimana rasanya punya induk." Kata Rimpu sembari menunduk dan meratap.
"Dengan kehadiranmu, aku bisa mengenang kembali anak-anakku yang telah tiada." Sahut Unyis X juga meratap. "Aku senang kau dipelihara oleh tuan Rida."
"Berapa banyak anak anda sebelumnya?" tanya Rimpu.
"Mungkin sekitar 14 ekor lebih, entahlah. Hampir kesemuanya telah tiada dan meninggal karena sakit sewaktu mereka kecil. Beberapa yang mampu dewasa telah merantau jauh keluar dari kampung Batu Kunawa ini."
"Aku dengan senang hati akan menjadi anak dari seorang Unyis Rida!" kata Rimpu dengan nada semangat dan rasa bangga.
"Aku akan menjadi induk sekaligus mentormu mulai sekarang, Rimpu. Panggil saja aku ibu!" pinta Unyis X. "Kelak kau mungkin bisa menjadi salah satu dari balam raja disini." Tambahnya.
"Balam raja?! Apa itu? Selama disini aku juga beberapa kali mendengar itu." Tanya Rimpu sambil beranjak dari teras loteng, kembali masuk ke dalam dan lalu duduk tengkurap.
"Balam raja merupakan sebutan bagi para kucing pejantan kelas atas! Biasanya berbadan bongsor. Lebih tepatnya kucing dengan jam terbang yang tinggi atau jantan teritori terunggul di kampung ini. Guruku, Pendulum Unyis, dahulu juga merupakan salah satu dari balam raja tersebut! Untuk sekarang, ada 4 balam raja di kampung ini." Jawab Unyis X.
"Aku masih belum mengerti." Celetuk Rimpu.
"Begini nak, para balam raja adalah kucing pejantan yang memiliki wilayah teritori terluas di Batu Kunawa." Terang Unyis X sembari turun lalu juga duduk tengkurap. "Sistem balam raja diciptakan oleh tuan Kilir sang Successor Unyis, sebagai kontrol atas para jantan superior agar bisa mengendalikan peta kekuatan yang lebih kecil dibawah mereka. Dengan kata lain ... untuk memastikan monopoli dan cara-cara feodal yang kotor bisa ditekan."
"Oke ... baiklah, ibu." Sahut Rimpu yang sebenarnya masih belum terlalu paham, mengingat ia kucing yang terbilang masih sangat muda dan belum mengerti apa-apa.
Satu hal yang Rimpu tahu bahwa dia ingin sepeti para Unyis Rida yang pernah tinggal di loteng ini. Rimpu ingin menjadi kucing dan pejantan yang tangguh dan kuat seperti kucing Rida lainnya.
Sekarang aku telah memiliki guru, mentor dan ibu, pikir Rimpu bersyukur.
Dialah Induk baru sekaligus panutan Rimpu sekarang. Dialah, Unyis dari Rida!