• Kepingan Cerita
“Maaf aunty Wu, terimakasih mau menunggu.” Mingzhi duduk dan melihat ke arah pria berkumis itu.
“Orang ini masih saja tetap disini. Hmm... Kelihatannya dia sungguh ingin mempermalukanku, baiklah kalau begitu. Biar kutemani kau bermain, awalnya aku membeli skill bahasa ibu hanya untuk membuatku tidak memalukan di depan keluarga Wu, tapi kalau kau mau mempermalukanku maka mari lakukan ini.” dalam hati Mingzhi
Pria itu menepuk tangannya sekali dengan keras.
“Pelayan! Tolong ambilkan menunya, Nyonya Wu sudah menunggu untuk memesan sesuatu.” Seru pria berkumis itu.
“Terima kasih atas kebaikannya tuan!” dengan nada sarkar Wu meilin mengatakannya.
“Sialan, dia ingin menjatuhkan status keluarga Wu di hadapan semua orang.” dalam hati Wu Meilin sambil menatap pria berkumis itu dengan pandangan sinis.
Pelayan itu segera datang dan memberikan menu dihadapan nyonya Wu. Namun Su Mingzhi langsung merebut menu itu.
“Ah! Aunty, kau tidak keberatan kalau aku memesan makanannya terlebih dulu, kan?”
“Ya ampun! Apa sih yang dipikirkan si bodoh ini? Apa dia ingin mempermalukan mommy juga?!” pikir Wu Shuan.
“Te, tentu, tentu Aunty tidak keberatan.” Dengan senyum yang sedikit dibuat-buat.
“Ah.... Mati aku, sekarang bagaimana aku akan menyelamatkan wajahku.” Pikir Wu Meilin.
“Haha... Tau rasa kau! Hari ini nama baik keluarga Wu akan merosot. Hmm... Jangan pikir kau bisa berjalan dengan angkuh lagi setelah hari ini.” dalam hati pria berkumis itu.
“Pelayan, tolong tulis pesananku dengan teliti! Mungkin ini agak membingungkanmu tapi ku harap kau bisa mengerti. Tolong berikan aku confit de canard dan gunakan daging dari d**a bebeknya saja. Untuk bagian leher kau bisa menjadikannya sup garbure. Tolong daging bebeknya menggunakan daging yang sudah diawetkan selama lebih dari sehari, 36 jam lebih bagus. Pengawetannya harus menggunakan Fleur de Sel, supaya rasa original frence nya lebih terasa. Gunakan bawang juga. Tepuk dagingnya dengan keduanya hingga kering. Gunakan herbal semacam timi juga. Oh! Suhunya harus di antara 170-275 farenheit saat di oven nanti. Usahakan daging tersebut menjadi empuk dan meleleh dan tolong untuk hasil akhirnya kau juga menambahkan pommes de terre à la sarladaise. Kurasa untuk minumannya... Citron presse saja cukup.”
Semua orang terdiam, bahkan pelayan yang sempat menyiapkan alat tulisnya pun terlihat tidak menulis apapun. Semua orang di meja lain yang mennyaksikan dan mendengar Mingzhi pun ikut teroerangah.
“Ma, maaf tuan! Bisakah anda memesannya menggunakan bahasa china saja?” kata pelayan itu.
“Eh?!!” Mingzhi memasang wajah bingung.
“Mingzhi... Apa kau mengikuti kursus bahasa prancis?” Kata Wu Shuan.
“Hah?!! Apanya? Jadi tadi aku mengatakan semua itu menggunakan bahasa prancis tanpa sadar? Yaampun, padahal aku hanya sekilas membaca beberapa kata dalam menu. Jadi ini adalah skill BAHASA IBU? Skill ini luar biasa! Kalau aku tidak suka memasak bagaimana aku bisa mengatakan omong kosong semacam itu.” dalam hati Mingzhi.
“Hahaha.... Aku hanya sedikit mempelajarinya.”
“Aunty Wu juga takjub! Aunty bahkan merasa bahasa prancis yang kau gunakan begitu fasih, bahkan itu terdengar seperti penutur bahasa aslinya. Nak Su! Kau hebat.”
“Ya ampun... Betapa kerennya teman sekelas si Wu Shuan ini, tak hanya tampan, tapu dia juga pintar. Sepertinya aku harus mendekatinya juga.” Pikir Wu Shian dengan pandangan berbinar-binar menatap Mingzhi.
“Jadi tuan... Untuk pesananannya? Maaf, saya hanya mengerti sedikit bahasa prancis jadi...”
“Ah! Tak apa... Lagipula paman disebelah anda terlihat seperti orang yang cinta budaya prancis, mungkin dia mengerti apa yang kukatakan barusan. Tak mungkin dia tak paham dengan bahasa prancis dari seorang pemula kan.”
Pria berkumis itu terkejut, dia sampai mengeluarkan keringat dingin.
“Tsk! Dasar iblis! Dia berbalik ingin mempermalukanku... Ah... Sepertinya aku tidak bisa bertindak apapun.” dalam hati pria berkumis itu.
“Ano... Sepertinya aku harus pergi, aku sudah mereservasi kursi sebelumnya, haha... Maaf mengganggu waktu anda Nyonya Wu.” Pria itu tersenyum dibuat buat sambil menggaruk kepalanya dan segera pergi menjauh dari sana.
Senyum Mingzhi sebelah mengangkat melihat pria berkumis itu pergi. Semua orang disana berbisik dan mengatai pria berkumis itu.
“Haha... Dia dipermalukan akhirnya, mencoba mengangkat bahu dan membusungkan d**a, malah dipaksa bersujud oleh anak itu.”
“Berpakaian ala orang prancis tulen, bahkan bahasa prancis pun dia tidak mengerti. Anak itu berpenampilan tak pantas tapi dia memiliki kemampuan yang pantas.”
“Don’t judge the book by it cover! Kurasa aku mengerti!”
Nyonya Wu Meilin tertawa kecil sambil melihat pria berkumis itu melangkah pergi.
“Nak Su, sebenarnya... Setelah bertemu denganmu secara langsung, wajahmu itu membawa beberapa kenangan yang dulu pernah Aunty rasakan.”
“Emm... Maksudnya bagaimana ya Aunty?”
“Wajahmu sama dengan wajah seseorang yang Aunty kenal, mungkin kamu ada hubungannya dengannya. Namanya... Su Rongzen, dia juga bermarga Su, ketika kamu tersenyum, sekilas kamu terlihat sangat mirip dengannya.”
Mingzhi tersenyum kecil lalu menunduk, tampak wajahnya mulai sedih, dengan mata yang berkaca-kaca diapun memberi tahu Nyonya Wu Meilin.
“Orang yang Aunty maksud adalah ibuku.”
Wu Meilin terkejut dan untuk beberapa saat tak mampu mengatakan apapun setelah mendengarnya.
“Ya! Su Rongzen adalah ibuku, dia akan terlihat seperti ini ketika tersenyum.” Mingzhi tersenyum dan tampak air matanya menetes.
“Sungguh takdir, pertemuan kita terhubung oleh takdir. Su Rongzen adalah sahabatku waktu kuliah dulu, kami mengambil jurusan dermatologi bersama, aunty, Su Rongzen dan ayahmu Zhao Mingde. Kabar terakhir yang aunty dengar tentang mereka adalah perceraian mereka dua belas tahun lalu.”
“Hehe... Aku tidak menyangka ternyata aunty Wu adalah sahabat ibuku, ini benar-benar takdir.”
“Ayahmu Zhao Mingde adalah seorang pria tertampan seangkatan kami, bahkan segenerasi kami. Dulu Aunty Wu dan Rongzen saling menaruh perasaan padanya. Namun Zhao Mingde telah jatuh cinta pada Su Rongzen. Yah, meskipun Aunty tidak mau mengakuinya tapi, ibumu adalah wanita yang jauh lebih cantik dari Aunty. Gara-gara penolakan oleh ayahmu, untuk beberapa waktu hubunganku dengan Su Rongzen jadi sulit dijelaskan. Mungkin rasa cemburu yang membuat kami memiliki celah dalam persahabatan kami. Ah... Aku merindukannya selama belasan tahun. Bagaimana keadaannya sekarang?”
Wu Shuan yang mengerti apa yang terjadi terhadap Mingzhi tiba-tiba memasang wajah sedih, dia mengerti bahwa seharusnya ibunya tidak harus mengungkit soal ibu Mingzhi.
“Aunty... Ibuku... Sudah meninggal setahun yang lalu, beliau sakit parah. (mingzhi menggelengkan kepalanya) tak ada dokter yang mampu menyembuhkannya.”
Wu Meilin terpukul mendengarnya dan tiba-tiba dia juga mengeluarkan air mata.
“Maaf, maaf... Aunty benar-benar tidak tau. Maafkan aunty karena bertanya demikian. Nak Su, bolehkah aunty tau dimana kalian tinggal setelah perceraian kedua orang tuamu?”
“Aku dan ibuku tinggal disebuah rumah kecil di dekat taman jinling. Sebelah utara kota Fuzhou. Perbatasan antara Sanming dan Fuzhou. Wu Shuan pernah sekali datang mampir kesana.”
“Begitu ya, daerah tersebut tidak memiliki perumahan elit apapun, setau Aunty... Bukankah itu tempat kumuh dipinggiran kota? Kau dan ibumu pasti telah melalui banyak kesulitan.”
“Tidak juga, meskipun di rumah gubuk yang kecil, setiap pagi aku selalu melihat ibuku tersenyum, walaupun beliau terbaring lemas diatas kasur, setiap aku bangun dari tidur... Senyuman ibu adalah yang pertama kali memberiku kehangatan daripada cahaya matahari di pagi hari. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun.”
“Nak Su, kau anak yang sangat berbakti. Aunty sangat kagum padamu, pastinya ibumu Su Rongzen merasakan lebih dari itu.”
“Terima kasih Aunty.”
“Ayahmu... Aku mendengar bahwa alasan dia menceraikan Su Rongzen adalah karena Ibumu telah selingkuh darinya. Aunty Wu tidak percaya bahwa Rongzen orang seperti itu. Bahkan, jika dipikir lebih jauh lagi, orang yang berselingkuh adalah Zhao Mingde itu sendiri. Rongzen tidak menikah lagi namu Mingde menikah tepat setelah perceraiannya dengan Rongzen.”
“Begitu ya? Kalau aku boleh tau, ayahku Zhao Mingzde menikah lagi dengan Siapa, Aunty?”
“Dia seorang pengusaha real estate ternama. Namanya Lin ChuXiao, yang Aunty tau dia seorang janda dengan satu putri seusiamu dan XiaoShuan.”
“Haha... Aunty mungkin tidak sadar, tapi aku dua tahun lebih tua dari Wu Shuan.”
Mingzhi tertawa menyembunyikan kesedihannya. Namun jauh daripada itu dia memiliki kemarahan yang terpendam dalam dirinya.
“Dia memfitnah ibuku berselingkuh.... Namun kenyataannya dirinyalah yang telah ingkar. Menelamtarkanku dan ibuku, bahkan dia tidak tau menau dengan apa yang terjadi pada ibu. Pria itu.... Aku harus membuat perhitungan padanya!” dalam hati Mingzhi.
“Terimakasih Aunty, mau menceritakan itu padaku. Bagaiman kalau kita membicarakan hal lainnya? Yang terpenting adalah sekarang aku tau kalau Aunty Wu bukanlah orang asing lagi bagiku.”
“Ya ampun... Anak ini pasti sudah melalui hal-hal yang pahit dalan hidupnya. Tapi dia tetap berpikiran positif dan terbuka. Aku sangat mengapresiasi anak ini. Tidak baik jika aku harus mengungkit masalah pribadinya terus menerus.” dalam hati Wu Meilin.
“Adik Su! Bagaimana kalau kita bicarakan soal kosmetik yang kau buat itu? Khasiatnya sangat luar biasa, aku sangat suka dengan itu. Aku ingin membelinya jika kau mau menjualnya padaku.” Wu Shian tiba-tiba membuka topik.
“Adik? Ah! Kakaknya Wu Shuan orang yang berterus terang.” Pikir Mingzhi.
“Aku telah memakainya sekali, dan hasilnya luar biasa... Seperti mengganti kulitku dengan kulit baru. Bahkan hal itu cukup membuatku ketakutan untuk pertama kalinya. Hah... Tapi semuanya melegakan, berkat itu pemotretanku benar-benar berjalan lancar. Kau boleh melihat hasilnya.”
Wu Shuan menyodorkan hpnya ke arah Mingzhi, dia memperlihatkan fotonya yang sedang memakai bikini pada Mingzhi. Mingzhi hanya menanggapinya dengan senyum yang dibuat-buat dan alisnya tampak bergetar.
“Hah? Apa adik lebih tertarik melihatnya secara langsung? Hehe... Kalau iya maka kakak ini tidak keberatan, tapu kau harus memberikan krimnya padaku secara ge.. Ra.. Tiss! Mungkin kau bisa melihatnya (Wu Shian menarik bajunya sedikit sehingga tampak belahan dadanya).”
“Dibanding harus mengatakan sikapnya yang berterus terang, ini malah lebih pantas dikatakan terlalu terbuka dan tak berpikir panjang. Bagaiman bisa pikiran kakak Wu Shuan bisa lebih kekanak kanakan dibandingkan dirinya. Wu Shuan malah terlihat lebih dewasa dan dapat diandalkan. Haaaaaa.....” dalam hati Mingzhi.
“Nak Su, maafkan anak Aunty yang satu ini, sikapnya memang seperti itu. Emmm.... Nak Su, kalau boleh Aunty mengusulkan. Bagaimana kalau gel buatanmu itu dipasarkan melalui perusahaan Aunty? Kita bisa membagikan keuntungannya Fifty Fifty. Kurasa ini akan menjadi bisnis bersekala besar. Mengingat kemanjuran gel tersebut. Bagaimana menurutmu?”