• Mimpi Buruk
Zhiqing berlari kearah Mingzhi secepatnya dan mencoba memukul Mingzhi. Pukulannya ditangkis Mingzhi dan Mingzhi membanting Zhiqing ke lantai. Zhiqing jatuh tepat disamping Xiaoran. Xiaoran berteriak ketakutan.
“Hahahahah... Coba teriak lebih keras! mungkin ada yang mendengarmu dari luar sana.”
Mingzhi tertawa sambil memegang perutnya.
“Teman-teman, sepertinya Xiaoran lupa sedang berada dimana. Ini tempat karaoke, bernyanyi sekeras apapun dengan mikrofon orang diluar ruangan ini juga tidak akan mendengarnya. Berteriakpun percuma saja.” sambung Mingzhi sambil tersenyum.
Mingzhi meraih interkom di samping pintu yang biasa digunakan untuk terhubung dengan seseorang di luar ruangan.
“Kecuali kalian menekan tombol ini dan mengatakan sesuatu, mungkin seseorang akan datang.”
“Mau kubantu menekankan ini untuk kalian?” sambung Mingzhi dengan senyum santainya.
Mingzhi memukul imterkom itu sampai rusak dalam sekali pukulan.
“Ups! Aku tidak sengaja mengacaukannya, bagaimana ini teman-teman? Apa aku akan dimintai ganti rugi? Ya ampun betapa kacaunya kita sekarang. Pintunya terkunci dan kuncinya sekarang ada di luar, interkom yang terhubung keluarpun rusak, kita terjebak disini.”
“Orang ini gila, dia psikopat! Senyumannya itu sangat berkebalikan dengan tindakannya yang menyeramkan, sial! Kenapa si b******k ini bisa berubah seperti ini.” Pikir Xia Baili.
Tak hanya dia yang berpikir begitu, semua orang kecuali Mingzhi disana juga berpendapat demikian, kini tak ada sesuatu yang bisa mereka lakukan kecuali mengeluarkan keringat dingin dari tubuh mereka.
“Sekarang kita terjebak disini, jadi mari kita membahas sesuatu bersama. Ada beberapa hal yang ingin kupastikan pada kalian.”
Mingzhi mengambil kursi dan duduk sambil menyilangkan kakinya.
“Guys! Ini diskusi serius, sebaiknya kalian menyimaknya dengan seksama, jadi kembalilah duduk ditempat kalian.”
“Fang Xiaoran! Apa kau akan tetap duduk dilantai seperti itu? Pergilah ke tempat dudukmu!”
Dengan tatapan yang penuh dengan ketakutan Xiaoran melihat Mingzhi dan tergesa gesa dia kembali ke kursinya. Wajahnya menundukkan pandangannya dari Mingzhi setelah itu.
“Fang Xiaoran, orang ini dengan senyum dan tawa sinisnya itu. Dia memperlakukanku lebih buruk dari pada binatang, dia tidak punya rasa menyesal telah merundungku selama ini. Hari ini kulihat wajahnya yang ketakutan seperti itu seolah dia sudah hancur. Berkali-kali kau menindasku dan kau hancur ketika aku sekali membalas perbuatanmu. Sialan, aku merasa buruk melakukan ini padanya meskipun dia tanpa ampun padaku.” dalam hati Mingzhi sambil menatap Xiaoran.
Mingzhi menghela nafasnya.
“Sebelumnya kalian bertanya bagaimana aku bisa kesini untuk menemui kalian, kan? Baiklah, ini hanyalah asumsiku saja. Kalian tidak kembali saat jam istirahat berakhir kupikir mungkin kalian mengadukan insiden itu pada pihak sekolah. Tapi tidak ada satupun orang yang tau mengenai itu, jadi kupikir jika insiden ini tersebar ke sekolah maka kau.... Li Saoqi dan kelompok payahmu itu akan dianggap sebagai lelucon disekolah karna tidak mampu menangani satu orang tanpa latar belakang apapun, benar?”
Li saoqi mengeratkan giginya dan mengepalkan tangannya sampai terlihat uratnya sambil menatap Mingzhi penuh kemarahan.
“Kuanggap itu benar, lalu... Tidak ada satupun dari pihak orang tua kalian yang superior itu tau bagaimana anak-anak mereka dipukuli, kenapa? Karna jika berita ini sampai ketelinga Li Yifan orang tuamu yang mafia berbahaya itu sampai terdengar. Maka ini sama seperti kau melemparkan kotoran ke wajah ayahmu. Benar? Kau pasti berpikir jika kau yang superior itu sampai dikalahkan olehku si orang kecil ini maka ayahmu akan membencimu, dan posisimu di organisasinya akan goyah. Kau tidak pergi ke rumah teman-temanmu karena keluarga mereka juga terkait dengan ayahmu, artinya jika salah satu tau maka beritanya akan dengan cepat diketahui oleh ayahmu. Maka kau memilih tempat ini.”
“Te, teman sekelas Su. Teman sekelas Su, mari kita sudahi saja masalah ini. Aku tidak akan membiarkan siapapun tahu yang terjadi, tidak akan ada lagi masalah diantara kita di masa depan. A, aku, aku juga akan memberikanmu kompensasi.”
“Kompensasi ya? Kedengaranya menarik. Berapa?”
“Sudah kuduga! Dasar orang miskin, begitu bicara soal uang dia baru akan mengeluarkan sifat aslinya.” dalam hati Saoqi sambil tersenyum.
“Aku akan memberimu lima ribu! Lalu kita lupakan semuanya. Bagaimana?”
Mingzhi tertawa terbahak-bahak.
“Apa itu kurang? Sial orang miskin begitu melihat kesempatan maka dia tidak akan melepasku tanpa memeras terlebih dulu.” dalam hati Saoqi.
“Kau beri aku lima ribu? Hahahah... Bahkan orang yang baru kutemui menghabiskannya dalam semalam di tempat ini.”
“Kutambah seribu lagi.”
“Sudah cukup Saoqi, cukup sesi tawar menawarnya. Aku tak ingin uangmu, aku ingin kau berlutut meminta maaf. Hanya kau tentunya, aku akan melepaskan mereka jika kau mau bersujud dan meminta maaf padaku.”
“Dasar Anjing! Beraninya kau....!”
Saoqi melihat sekelilingnya dan teman-temannya tampak menunduk dan tidak emosi mendengar Saoqi dihina seperti itu.
“Kalian? Kalian ingin aku bersujud padanya? Dasar orang tidak berguna.”
“Kau tidak mau bersujud? Sepertinya uang enam ribu yuan yang kau tawarkan padaku tidak cukup untuk membeli harga dirimu ya?”
“Su Mingzhi!!! Perhatikan sikapmu b******n! Jika kau lebih jauh daripada ini maka tak akan ada masa depan untukmu! Aku tidak akan bersujud ataupun memberikanmu uang sepeserpun!”
“Aku tau! Maka mari sudahi saja diskusi kita ini. Sekarang kita mulai permainan yang sering kita mainkan disini. Anjing dan majikan? Begitukah kalian menyebutnya? Kali ini aku akan menjadi majikannya. Majikan yang suka memelihara banyak anjing seperti kalian.”
“SU MINGZHIIIIII!!!” Saoqi berteriak dengan keras dengan penuh emosi.
BRAKK!!! kursi yang Mingzhi duduki dilempar melewati samping dari kepala Saoqi dan berakhir membentur tembok dan hancur.
“Buka baju dan celana kalian!”
Mendengar bunyi nyaring itu membuat kaki Saoqi dan kelompoknya gemetar, bahkan Liurong yang pingsanpun ikut gemetar mendengarnya.
“Ya ampun, ketika aku sadar ternyata Su Mingzhi sudah ada disini, aku tak tau dia mau apa lagi tapi kelihatannya dia marah sekali sekarang, lebih baik aku berpura-pura pingsan dan pura-pura tak tau saja.” pikir Liurong.
“Jika liurong tetap pingsan di situ buka saja semua pakaiannya. Semua! Pakaian dalam juga.” kata Mingzhi.
“Ah! Teman sekelas Su, aku baru terbangun saat kau melempar bangku. Terima kasih karna membangunkanku, tentu aku akan melepas pakaianku sendiri.” Liurong berkata sambil tertawa dengan sikap patuh.
“Auranya berbeda, tatapannya berbeda... Dia jadi sangat brutal sekarang, dia tidak peduli pada siapa dia meletakkan tangannya. Menakutkan, dia seperti mimpi buruk yang berjalan.” pikir Saoqi.
Semua orang melepaskan pakaiannya begitu juga Fang Xiaoran, tapi ketika dia hendak melepas bajunya, ketika pusarnya sudah terlihat Mingzhi menghentikannya.
“Kau... Kau tidak perlu melakukannya. Kau duduk saja!”
Xiaoran menatap Mingxhi dengan wajah ketakutan.
“Sial! Padahal dia juga sering merundungku, kenapa ini terasa sangat menyedihkan ketika aku ingin membalasnya. Rasanya jika aku melakukan ini padanya itu akan membuatku merasa bersalah.
“Fang Xiaoran, duduklah!”
Mingzhi membantu Xiaoran kembali ke tempat duduknya.
“Liurong! Apa kau membawa headset di tasmu? Bolehkah aku meminjamnya?”
“Tentu saja teman sekelas Su, akan segera ku ambilkan!”
“Tolong jaketmu juga, aku butuh itu!”
“Ay ay kapten!”
“Huft... Jika melawan maka dia tidak segan bersikap kejam, tapi kalau dituruti dia jadi tenang, sebaiknya kita memang harus menuruti kemauannya. Sial! Harga diriku hilang saat ini.” pjkir Zhiqing.
Liurong memberikan apa yang diminta oleh Mingzhi.
“Xiaoran? Apa ada lagu yang kau sukai di hpmu? Maukah kau mendengarnya?”
Xiaoran menggeleng dengan wajah ketakutan.
“Tolonglah! Aku ingin kau mendengarnya, pakai ini!”
Lalu Fang Xiaoran memakai headset itu dan mendengarkan musik sesuai dengan apa yang di minta Mingzhi. Lali mingzhi menaruh jaket Liurong di kepala Xiaoran sehingga jaketnya menutupi wajahnya.
“Fang Xiaoran sudah sangat Shock dengan apa yang terjadi hari ini, Su Mingzhi memahami itu dan dia ingin Fang Xiaoran tidak merasa lebih Shock lagi. Dia bersikap kejam namun akan lembut terhadap wanita. Ya ampun kenapa aku tidak jadi wanita saja dalam situasi ini.” Pikir Liurong.
“Apa yang terjadi? Aku tak dapat melihat apapun, aku tak dapat mendengar apapun yang sedang terjadi disini. Apa mungkin Su Mingzhi menghajar mereka lagi? Apa dia akan membuatku terlihat menyedihkan lagi? Aku tak mau semua ini! Tolong, tolong aku! Siapapun.” dalam hati Xiaoran
Seseorang mencolek Fang Xiaoran.
“Xiaoran! Xiaoran!”
“Apa Mingzhi akan melakukan hal buruk padaku? Tolong, ampuni aku.”
Jaket yang menutupi Xiaoran diambil dan Xiaoran melihat pada orang yang mengambil jaket itu.
“Xiaoran, Teman sekelas Su sudah pulang.”
Xiaoran melepaskan headsetnya.
“Eh... Kemana Su Mingzhi?”
“Teman sekelas Su sudah pulang, sebaiknya kita pulang juga.” Kata Liurong.
“Teman-teman... Sebaiknya kita sudahi saja, kita lupakan saja semua ini.” kata Xiaoran.
Lalu Xiaoran menangis terisak-isak.
“Aku setuju, sebaiknya kita berhenti mencari masalah pada Su Mingzhi dan minta maaf dengan benar padanya.” sambung Wu Zi.
“Benar, teman sekelas Su sudah bukan orang yang bisa ditindas lagi, semua ini kita dapatkan karena dia membalas dendam pada kita. Inilah karma kita.” kata Liurong.
“Ya! Aku juga tidak mau berurusan dengan monster macam dia, huft... Kakiku tak berhenti gemetar setelah dia memasuki pintu, Ya ampun! Dia benar-benar masalah.”
“Mari kita sudahi semua ini.”
“Ah.... Aku pasti akan bermimpi buruk nanti malam.”
“Bre! Kau tidak mau mengatakan apapun? Apa kau mau menyudahinya? Kami semua setuju untuk tidak membahas ini lagi dan meminta maaf pada Su Mingzhi, kau bagaimana?
****
Mingzhi terbaring di kasurnya, memikirkan segala tindakan yang telah dia lakukan hari ini. Dia membuka hpnya dan melihat foto-foto yang dia ambil di KTV ketika kelompok Saoqi tidak memakai pakaian mereka.
“Mereka... Mengambil gambarku ketika telanjang dan mulai menyebarkannya di internet. Ya ampun... Bagaimana mereka bisa tertawa dan senang dengan semua itu? Aku bahkan tak mengerti dimana letak kesenangannya. Haiz... Padahal aku berhasil membalas perbuatan mereka. Tapi ntah kenapa aku merasa buruk soal ini.”
Mingzhi menaruh hpnya di kasurnya dan menatap langit-langit beberapa waktu hingga akhirnya dia tertidur.