• Cong Wei
Malam yang begitu ramai di kota metropolitan, mobil-mobil mewah berlalu-lalang, pria dan wanita yang glamour saling bergandengan berlenggak-lenggok. Di depan sebuah bar yang sangat besar, terukir jelas nama bar tersebut dengan lampu-lampu yang gemerlap, sehingga orang yang berada di tempat jauhpun dapat melihatnya. Cahaya yang dipancarkan lampu-lampu itu lebih terang dari lampu manapun disekelilingnya, membuat benda itu mendominasi dan memberikan kesan agung pada nama yang terukir. Tiger Jade Bar, sebuah sarang bagi sekelompok orang ganas yang haus akan kekayaan dan kekuasaan, tempat para mafia haus darah.
Seorang pria yang tampak berumur sekitar tiga puluh lima tahunan dengan setelan jas yang sangat nyentrik berjalan dengan gaya yang tak kalah eksentriknya.
Seperti biasa di sebuah tempat megah pasti terdapat keamanan. Enam pria berbadan kekar dan juga tinggi berdiri di depan pintu, dua orang memegang alat pendeteksi logam.
Pria nyentrik itu diberhentikan, tangannya direntangkan sampai setinggi pundak oleh kedua penjaga yang memegang alat pendeteksi logam.
Tak ada yang salah dan alat itu tidak berbunyi sedikitpun.
Pria itu melangkah dan penjaga berikutnya meminta tanda pengenalnya.
“Sialan! Aku kan masih di bawah umur, selain kartu pelajar, memangnya aku punya ktp?” dalam hati Mingzhi.
“Tuan! Tolong tanda pengenalnya!”
Karna sedikit kecurigaan penjaga terhadap Mingzhi, orang yang memgang alat deteksi logam bergerak menutup jalan kabur Mingzhi.
“Gswat!” pikir Mingzhi, sambil melihat kebelakang.
Lalu Mingzhi mengeluarkan dompetnya dan memberikannya pada penjaga.
“Tanda pengenalku ada didalam.”
Penjaga itu memeriksa isi dompetnya, tak ada apapun di dalam dompet dan salah seorang penjaga memegang bahu Mingzhi.
“Coba kalian buka resleting di dalam dompet itu, kalian pasti akan menemukannya.”
Sesuai dengan arahan Mingzhi, penjaga itu membuka resleting dompet Mingzhi, ada begitu banyak uang di dalamnya. Penjaga itu mengambil semua uangnya dan menaruh dompet Mingzhi ke saku milik Mingzhi.
“Tuan Cong Wei, silahkan masuk!” sambil mempersilahkan dan memberi hormat.
Mingzhi akhirnya berhasil masuk ke dalam Tiger Jade Bar.
****
“Cih! Dasar anjing Li Yifei, untungnya uang itu milik tuannya sendiri. Anjing Li Yifei sangat tamak akan uang. Tak peliharaan tak majikan semuanya sama saja.”
Suara musik berdentum, sinar lampu bergerak kesana kemari bau farfum mahal bercampur bau minuman, wanita-wanita sexy memamerkan kemolekannya. Semua pemandangan itu baru bagi Mingzhi.
“Diantara banyak orang ini bagaimana caranya aku menemukannya?”
Mingzhi melihat sekeliling lalu melihat ke lantai dua.
“Orang yang ada di atas terlihat lebih kaya daripada mereka yang berkerumun di bawah, setidaknya satu pria dapat di keliling oleh banyak gadis cantik. Beginikah cara orang kaya menghabiskan uang?” pikir Mingzhi.
“Tempat itu ramai sekali, ada apa? Hmm... Mungkin aku bisa memanen beberapa point emosi disana.”
Mingzhi pergi ke pusat keramaian di lantai pertama. Semakin dekat semakin terdengar suara orang kegirangan, beberapa dari mereka teriak karena kesal dan yang lain dengan suara lantang bersorak sorai.
Terlihat sebuah piringan besar yang di isi oleng angka-angka. Sebuah bola berukuran kecil dilempar dan berputar dengan cepat di piringan itu.
Bola itu terhenti pada suatu angka, orang yang meletakkan chipnya pada angka tersebut menggandakan nilai chipnya dengan mengambil milik orang lain yang berpartisipasi. Benar, itu sebuah tempat dimana kau dapat kaya dengan cepat dan miskin di hitungan detik.
“Apa ini yang namanya Roulette? Tempat ini ramai dan setiap detiknya selalu menarik orang untuk datang kesini. Ini sempurna! Jika aku membuat keributan disini, mungkin b*jingan itu akan keluar. Kita coba saja!” pikir Mingzhi.
Mingzhi masuk ke sela-sela orang yang berkerumun disekeliling meja roulette. Mingzhi menaruh uang pecahan 100 yuan ke sebuah angka di atas meja.
“Hei hei hei! Apa ini? Pak tua, apa kau mau ikut taruhan dengan uang 100 yuan? Kau tidak lihat aturannya? Taruhannya minimal 1000.” kata salah seorang peserta judi roulette.
“Tsk! Kalau aku mau menaruh 10.000 yuan ke meja ini apa uang yang kau bawa sampai sebanyak itu?!” dalam hati Mingzhi sambil menatap orang itu dengan perasaan kesal.
“benar-benar! Kalau tak ada uang tak usah sok ikutan judi lah.” ujar peserta lainnya.
“Sangat memalukan, apa dia tidak tau kalau di meja ini hanya bisa menaruh minimal 10 chip ungu.”
Satu chip ungu bernilai 100 yuan, kuning bernilai 500, jingga bernilai 1000, dan chip merah bernilai 5000 yuan.
“Pak! Kau harus tukarkan uangmu dulu dengan chip sebelum ikut bertaruh, hmm! Dasar udik!” dengan ketus seorang wanita mengatakannya pada Mingzhi.
“Apa hanya itu uang yang kau punya? Miskin sekali, apa kau berpikir bisa menang dan menjadi kaya? Bahkan kau tidak mengerti caranya berjudi.”
Beberapa orang memberikan pendapat serupa dan terus mengkritik Mingzhi.
“Aku kesini bukan untuk menang, aku kesini untuk menyaksikan kalian kalah dan memberikan uang kalian kepadaku. Lantas kenapa kalau aku miskin? Lantas kenapa kalau aku kalah? Aku akan kehilangan semuanya, tapi 100 yuan pastilah bukan apa apa untuk kalian semua. Apa kalian takut kalah padaku?” kata Mingzhi.
Tampak semua orang mulai kesal mendengar omongannya dan itu membuat point emosi Mingzhi meningkat.
“Oh! Begini saja! Aku bukanlah orang yang tidak masuk akal. Selain uang 100 yuan yang dimeja, aku juga akan pertaruhkan setiap benda yang menempel ditubuhku kecuali celana dalam. Aku juga bersedia memanggil kalian ayah dan juga ibu. Tentunya aku juga akan menjilat sepatu kalian.” imbuh Mingzhi.
“Cihhh! Jangan nangesss!”
Dan dengan begitu taruhan pun dimulai, dengan sikap Mingzhi yang begitu implusif banyak orang tertarik untuk ikut dalam taruhan dan mencoba mempermalukan Mingzhi. Taruhannya sudah ada pada angka 1800 yuan dalam sekali jalan.
“Karena disini ada orang baru, biar saya beri tahu aturannya. Ada 49 slot angka di dalam piringan dan juga meja. Siapapun bebas menempatkan chipnya di slot. Hanya saja satu orang hanya memiliki hak untuk satu dan tidak lebih. Jika bola berhenti pada angka yang ditempati oleh sang petaruh, maka selain uang di meja menjadi miliknya, dealer akan memberikan uang sejumlah yang terdapat pada meja. Tapi jika semua angka meleset, maka uang di atas meja menjadi milik dealer. Apa kalian mengerti?”
“Haha! Harusnya kau berkata pada orang itu!”
Sambil menunjuk Mingzhi.
“Tertawalah kalian, dengan Imaginer aku bisa menempatkan bolanya sesuai kemauanku. Haha... Siap-siap miskin!” dalam hati Mingzhi sambil tersenyum.
“Pak! Apa anda tidak ingin memindahkan uang anda?” kata dealer pada Mingzhi.
“Tidak! Tidak perlu, itu angka keberuntunganku, angka 18.”
“Hahaha! Angka keberuntungan apa? Orang ini gila, apa kau pikir bolanya akan berhenti di angka keberuntunganmu seperti yang kau inginkan. Orang ini bodoh!”
Semuanya menertawai Mingzhi.
Lalu bola dilempar dan berputar dengan cepat, semua orang tertawa kecuali Mingzhi yang terus fokus pada bola. Bolanya menjadi semakin pelan dan pelan. Bolanya mendekat ke arah angka yang di pilih Mingzhi, suara tawa mereka semakin kecil. Dan ketika bolanya benar-benar berhenti di angka yang di pilih Mingzhi, mulut orang-orang itu terbungkam sepenuhnya.
“A a apa?!! Bagaimana?!”
“Hahaha! Sepertinya aku menang, lumayan 1800 yuan di kali dua. 3600 yuan dalam sekali putar. Sepertinya aku beruntung.” kata Mingzhi.
Seseorang memegang tangan Mingzhi dengan erat.
“Apa kau mau berhenti setelah menang begitu banyak pak?!” orang itu menatap Mingzhi dalam dalam.
Mingzhi menarik tangannya agar genggaman orang itu lepas. Mingzhi mengusap bajunya, dengan wajah sombong Mingzhi membetulkan kerah bajunya.
“Apa yang kalian pikirkan tentangku? Bukankah aku sudah bilang, aku kesini tidak untuk menang, melainkan menghabiskan uang kalian. Jika kalian masih punya banyak, maka aku tak akan pergi kemanapun.” Mingzhi tersenyum.
“Bagus! Siapa namamu?”
“Cong Wei! Pria yang dicintai dewi fortuna.” jawab Mingzhi.
Kesan orang terhadap Mingzhi menjadi naik, Mingzhi semeringah dalam hati karena memanen banyak poin emosi di meja judi itu.
“Bagaimana kalau taruhannya kita naikkan jadi 2000 atau dua koin jingga!” kata salah seorang peserta.
Semua mengikuti arahan orang itu dan meletakkan chip bernilai 2000 yuan ke atas meja. Mingzhi juga ikut bergabung dan meletakkannya persis di tempat dia meletakkan chipnya di awal, angka 18.
“Apa kau akan meletakkannya di temoat itu lagi? Apa kau berpikir angka itu garis finish yang membuag bolanya berhenti untuk bergerak?”
“Aku tak berpikir demikian, seperti yang aku bilang di awal. 18 adalah angka keberuntunganku.”
Semua orang semakin kesal dan berharap Mingzhi akan salah memilih angka kali ini. Tapi dengan skill ajaib yang dimiliki Mingzhi, kemenangannya sudah dijamin 100 persen.
“Hahaha... Raja judi yang ahli dalam melakukan kecurangan memang punya wajah melawan System curangku?! Mimpi lah!” pikir Mingzhi.
Sekali lagi bola dilempar dan perlahan berhenti tepat di angka yang di pilih Mingzhi.
“Haha! Aku menang lagi, tapi kali ini lebih banyak.” kata Mingzhi.
“Curang! Itu curang! Bagaimana dia bisa menang dua kali berturut turut ditempat yang sama? Apa kalian tidak berpikir kalau dia curang?”
“Benar! Dia pasti curang! Aku tidak terima ini!”
“Hah?! Curang kalian bilang?! Bukankah kalian yang bilang sendiri, bolanya tidak mungkin berhenti di angka keberuntunganku seperti yang aku harapkan. Lalu ketika bola itu benar-benar berhenti ditempatku, kalian mengatakan aku curang! Omong kosong!” kata Mingzhi.
“Bagaimana bisa ada kebetulan seperti itu, kau curang! Kembalikan uangku.”
“Kau menggonggong terlalu keras, apa aku menginjak ekormu? Dasar tak tahu malu, tidak terima kalah dan menuduh orang lain curang!” Jawab Mingzhi.
Suasana semakin gaduh, hal itu memancing semua orang yang ada di lantai dua melihat ke bawah. Dan orang yang ada di lantai teratas, yang mengawasi jalannya Bar melalui CCTV juga menaruh perhatiannya ke meja roulette.
Dengan kegaduhan yang semakin besar, dealernya merasa panik dan dia melihat ke arah kaca di lantai teratas tempat Li Yifei biasanya mengawasi Barnya. Benar saja tampak seorang yang berdiri melihat dari jendela itu.
“Gawat! Bos besar pasti marah kalau sampai kegaduhannya semakin tidak terkendali.” pikir si Dealer.
“Sodara-sodara! Harap tenang! Tidak ada yang namanya curang dalam roulette, itu adalah murni dari keberuntungan sang penjudi. Kalian tidak perlu saling menuduh.”
“Tapi dia menang dua kali di tempat yang sama? Memangnya ada orang di dunia ini yang memiliki keberuntungan seperti itu, hah?!!!”
“Dasar ampas! Tak mau menerima sebuah kekalahan dan kau sebut dirimu pria sejati, jika kau berpikir aku curang maka kau sendiri saja yang melempar bolanya sesuai keinginanmu. Apa kau berani?”
“Kau sendiri yang bilang! Jangan menyesalinya.”
“Kau boleh melempar, tapi kita harus menaikkan taruhannya. Dan jika aku kalah maka aku akan membayar kalian semua.”
“Hah?! Kau pikir kau bisa menang lagi? Dasar gila!”
“Katakan saja jika kalian takut!” kata Mingzhi.
“Pak! Meskipun kau sudah dua kali menang, kau tidak memiliki uang untuk membayar kami semua.”
“Sudah kubilang akan kubayar kalian semua. Aku punya dua ginjal!” kata Mingzhi.
Semua orang tersenyum sinis dan mengikuti keinginan Mingzhi. Putaran berikutnya akan dimulai.